Jumat, 17 April 2020

Cerpen: jalan takdir

April 17, 2020 0 Comments

Jalan takdir

Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan, dan padamkan bara jiwa dengan air keimanan....

Alunan musik di ruang keluarga merasuk indera pendengaran Nadia, pesta yang di gelar oleh teman ayahnya cukup mewah dan meriah, Nadia tidak menyukainya, namun, ayahnya memaksa untuk mengadakan acara, demi kesuksesan dalam bidang bisnis sekaligus acara untuk Nadia yang akan resmi menjadi mahasiswi.
Jam sudah menunjukkan pukul 09:00, Nadia belum juga beranjak dari ranjang mewahnya itu, dia bangun dan melangkah di depan kaca rias,  dia menyentuh kedua pipinya.
“ aku sudah dewasa, aku bukan anak SMA lagi, aku akan segera mengenal kampus!” lirih Nadia
Dia melepas rambut yang selalu di kepang satu itu, rambut panjang tergerai hingga ke bawah pinggang, sangat menggoda, pintu kamar terdengar diketuk dari luar, Nadia bangun dan membuka pintu kamarnya.
“ lagi apa kamu sayang, kok belum siap-siap, sebentar lagi ayah akan jemput kamu loh..!”  sapa seorang wanita anggun yang tak lain adalah bunda Nadia.
“ Nadia suntuk bunda, Nadia gak ingin keluar..! jawab Nadia dan kembali keranjang yang diikuti bundanya.
“ jangan begitu sayang, ayah susah payah menyediakan ini buat kamu, anak kesayangan bunda dan ayah, !” bunda mengelus kepala Nadia.
“ tapi Nadia tidak pernah menginginkannya bunda..!” lirih Nadia
“iya, bunda mengerti, tapi cobalah mengerti perasaan ayah juga... ayo pergilah ganti baju, kasian ayah menunggu...!” bundanya berlalu dari hadapan Nadia, setelah melihat anggukan dari putri semata wayang nya itu, dan sudah memastikan bahwa, Nadia akan bergabung di pesta itu.
Nadia mengikuti keinginan bundanya, dia berjaln ke arah lemari dan memilih gaun yang telah di hadiahkan ayahnya dua hari yang lalu, Nadia mengenakan gaun itu, dia terliha memesonadegan balutan gaun bewarna biru laut , dia mengoleskan sedikitbedak tipis dan lipstik di bibirnya, serta maskara untuk sedikit menghiasi bulu mata yang sudah cukup indah terbentuk itu, dia membiarkan ranbutnya erurai yang dihiasi dengan jepit rambut warna biru kesukaannya, sudah sepuluh menit Nadia menunggu kedatangan ayahnya, namun, tak juga kunjung datang.
Untuk mempersingkat waktunya bergabung dengan para tamu, Nadia memilih untuk turun seorang diri , dia berjalan perlahan menuruni tangga, disaat kakinya menyentuh anak tangga yang ke-8, semua mata tertuju padanya, hingga kaki itu menyentuh tangga yang terakhir, tida ada mata yang berkedip, seakan Nadia lah satu-satunya bunga yang sanggup mengeluarka wangi dan pesona yang sanggup mencuri berjuta pandanga ke arahnya.
Nadia memberkan senyuman terindahnya, lesung pipi terlihat jelas di wajah itu, manis dan sangat anggun, ayah Nadia yang sedari tadi terpaku dengan pesona putrinya itu tersadar, serta menghampiri putri semata wayangnya itu.
“kamu cantik sekali na,.. ini anak kesayangan ayah kan?” goda pak Razi ayah Nadia
Mendengar pujian ayahnya, Nadia hanya tersenyum, meski di lubuk hati dia tidak suka pesta itu..
  “Ndra, lo serius gak mau liat, cantik broe ....! Ucap Anto pada Indra, anak teman ayah Nadia.
Indra mengangkat kepala yang dari tadi mengamati layar ponsel di tangannya. Benar saja, sejurus kemudian dia terpaku dengan gadis yang baru saja dilihatnya.
  “Nah, gue bilang juga apa, cantik kan ?” goda Yanto yang melihat ketakjupan Indra pada Nadia.
Nadia tidak nyaman untuk berada di tengah-tengah suara musik yang keras, dia memilih menyendiri di taman, melihat indahnya bintang yang bertaburan di langit luas. Matanya tidak berkedip mencari bintang yang paling terang. Nadia menyentuh perlahan bayang-bayang bintang itu dengan tangan mungilnya. Dia hendak melangkah masuk, namun langkahnya terhenti dengan seorang yang berada di atas pohon mangga di belakang rumahnya.
 “Hei.....!”seru Nadia,orang itu menoleh.
“aku......?”tanya orang itu bingung.
“iya kamu ! ngapain disitu ? kamu bukan hantu kan?”
Setelah mendengar ucapan Nadia,dia turun mendekati gadis itu meskipun tegang.Nadia mencoba untuk bersikap biasa saja.
“Bukan, jelas aku manusia, kamu tuan rumah, ngapain di sini?” ujar cowok itu mempermainkan ranting pohon di tangannya.
“aku gak suka rame !”
“oh, gitu.... aku Indra....”
“Nadia”
“itu saja ?”
“tidak,Nadia Hanny Kanna !”
Setelah mengucapkan namanya, Nadia pamit dan berlalu. Dia menemui ayahnya di ruang tengah.
“Ayah,Nadia masuk ya, pening nih!”
“kamu sakit na?” Tanya pak Razi panik.
“ah gak yah, Cuma capek ajha kok!”
“yaudah, kamu istirahat gih...!”
Nadia mengecup lembut pipi ayah dan bundanya kebiasaan sedari kecil yang tidak pernah dilupakan terhadap kedua orang yang di kasihinya itu, Dikamar.Nadia membaringkan tubuh di atas ranjang, dia mencoba untuk memejamkan mata menunggu alam mimpi yang akan siap menghampiri.
*
Pagi yang mendung, Indra bangun pagi-pagi, mandi dan akan segera berangkat ke kampus, mama Indra sedari pagi sudah berangkat ke kantor, sudah kebiasaan setiap pagi rumah itu selalu kosong, ayah Indra tak lain adalah seorang pengusaha terkenal yang berbisnis di luar negara indonesia, jadi tidak mengherankan hanya berkumpul satu atau dua tahun sekali. Indra lah anak satu-satunya mereka, namun bagi Indra tidak ada sama sekali kebahagiaan. Walaupun kekayaan yang melimpah, dia sering merasa kesepian yang begitu dalam, dia berangkat dengan menggunakan mobil pribadinya. Kampus dengan rumah indra tidak seberapa jauh, hanya memerlukan waktu 10 menit untuk sampai, itu sudah terhitung waktu untuk mengatasi macet.
Sesampai di kampus, Indra di sambut oleh teman – temannya, Rafi, Yanto, Tomi, hanya Feri yang belum bergabung dengan mereka, sudah kebiasaan Feri selalu terlambat.
“keliatannya lo suntuk Ndra !” ujar Rafi
“gue bosan, nyokap gak pernah nyapa waktu pagi, dia gak pernah ngerti gue!”
“ udah, lo santai aja Ndra !” ujar Yanto bijak
Indra hanya bisa mengangguk dengan kata – kata sahabatnya itu, walau jauh di lubuk hatinya, dia merindukan kasih sayang sosok mama. Waktu masukpun tiba, mereka masuk ke ruang masing – masing, hanya indra dan Yanto yang satu ruang.
*
Nadia bersiap – siap untuk berangkat ke kampus, kebetulan dia hari ini masuk jam 10:00 , Bi minah,membantu keluarga nadia yang sudah bekerja sejak ayah menikah dengan bunda, Bi minah sudah menyediakan makan untuk nadia. Ayahnya yang berprofesi sebagai seorang pengusaha sudah berangkat sudah sejak pagi tadi, walau ayanh nadia seorang pengusaha namun nadia selalu mendapatkan kasihsayang yang lebih dari ke dua orang tuanya, bahkan sangat tidak pernah Bunda dan Ayah melupakan kebiasaan nadia. Jika pagi hari, di rumah hanya tinggal Bunda dan Bi Minah.
Selesai sarapan, nadia berangkat ke kampus dengan menggunakan angkutan umum, tidak pernah di menggunakan fasilitas pribadi yang telah lama di siapkan ayahnya .
Di kampus nadia menemui dosen Zahrizal, sesuai petunjuk Ayahnya, Nadia masih canggung dengan suasana kampus itu, namun dia begitu bersemangat untuk langsung mulai belajar, Nadia langsung menuju ke ruangan dengan pak Zahrizal.
“ assalamu’alaikum !” ucap pak zahrizal kepada semua yang ada di ruangan.
“Wa’alaikum salam !” semua serentak menjawab.
“ kenalkan,, yang bersama saya Nadia, dia akan menempati ruangan ini, !” dengan tegas pak Zahrizal memberi arahan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Nadia duduk di tempat yang telah di persiapkan, dan dosen memulai pelajaran, hari ini mungkin akan berlalu dengan baik bagi Nadia.....
*
Indra memasuki ruangan perpustakaan kampus yang sangat luas itu, dia mencoba untuk menghapus pikiran yang membuatnya begitu hampa. Dia berjalan menelusuri rak-rak buku yang bersih dan berkilat, tampak sangat terawat, kemudian dia memilih salah satu buku yang dianggap sangat menarik, saat sedang berjalan dering ponsel memecah lamunan Indra, saat meraih ponselnya tanpa sengaja kaki Indra tersangkut di rak buku, hingga dia terjatuh.
“mari, saya bantu!” sesosok cewek mengulurkan tangan membantu Indra berdiri, Indra menggapai tangan itu, mungil dan lembut.
“ terima.... ucapan Indra terpotong saat mengetahui sosok gadis yang berdiri di depannya.
“sama – sama, !” ucap Nadia tersenyum geli dengan tingkah Indra.
“kamu Nadia kan?”
“ iya, aku Nadia, ini obati luka kamu..!” Nadia menyerahkan obat luka.
Nadia berlalu dan duduk di salah satu meja di ruang itu, Indra terpaku melihat nadia berlalu.
Nadia menbaca buku dengan khitmat , halaman demi halaman di telusurinya, , Indra mendekati nadia dan duduk manis di hadapan. Nadia sempat tidak menyadari kehadiran indra, selepas indra menepuk meja di depan nadia, dia baru tersadar, sembari tersenyum, nadia mencoba memperbaiki duduknya.
“ eumm.. baru masuk atau pindahan?”
“ baru masuk, oya aku mau shalat dulu, udah azan, mau sekalian..?” tanya nadia sopan.
“aku, aku bukan islam nadia..!” ujar indra lirih.
“oh, maaf permisi..!” nadi berlalu dari hadapan indra, meski kaget, nadia mencoba untuk bersikap teang.
Selepas shalat, nadia kembali ke ruang perpustakaan, setelah belajar selama satu jam dia berjalan ke ruang belajarnya. Tepat jam 05:00 sore, Nadia pulang dengan kawan satu ruang yang baru saja di kenalnya.
*
“ Anto, kayaknya gue suka sama Nadia!”
Anto yang sedari tadi asik dengan layar laptop tertawa dengan pengakuan Indra, indra kesal karena merasa di tertawakan.
“iya...iya maaf terus mau lo apa ndra..?”
“gue juga gak tau, gue sering ak bisa tidur kalau mikirin dia, dan kemaren dia ajak gue shalat, tapi gue bilang bukan islam..!”
“lo coba aja tembak dia !”
“ gak semudah itu Anto, gue rasa nadia gak sama kayak cewek-cewek lain yang kita kenal.!”
*
Dirumah, mencari-cari sesuatu...
“kamu cari apa sayang?” tanya bunda
“oh gak bun, nadia cari pensil !” nadia gugup
“setelah itu, kamu makan ya?”
“ iya bunda..!”
Setelah bundanya berlalu, dia mencari kembali himgga akhirnya dia menemukannya, dia berdiri di depan cermin dan mencoba mengikat rambut panjang itu, serta mengenakan jelbab biru, wajah itu tampak anggun, nadia sudah memutuskan untuk mengenakannya, dia turun untuk sarapan, saat dia menyapa semua orang yang ada di ruangan itu, semua tertegun, merasa di perhatikan, nadia menepuk bahu bundanya.
“ na, kenapa pakek jelbab!”
“ nadia udah dewasa bunda, gak salah kan?”
“ kamu lebih cantik dengan njelbab sayang!”
Bundanya terharu dengan tekat nadia, dia  maju dan memeluk anak semata wayangnya, ayah nadia ikut memeluk anak kesayangannya, dia merasa sangat bahagia pagi ini, karena orang tuanya menghargai penampilan nadia.
Nadia berangkat kuliah seperti biasa, namun, pagi ini berangkat dengan ayahnya, tiba di kampus, nadia berjalan menuju ke ruang, namun, tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang sngat di kenalnya, yang tak lain adalah indra, dia terpaku dengan perubahan nadia, setelah tersenyum, nadia melangkah keruangnya, tiba di dalam ruang giliran teman-temannya yang menanggapi dengan reaksi orang sebelumnya, kembali nadia tersenyum, hari itu, nadia cukup lega dan bahagia.
*
“apa, nadia pakek jelbab?” anto kaget
Indra mengagguk lesu mendengar ucapan sahabatnya itu,kira-kira kenapa ya ndra…?
“Gw gak tau,tadi gw mau ajak Nadia makan,tapi gw liat perubahan dia,gw gak bias bilang apa-apa!
“Gw rasa lo ngak ada harapan untuk deketjn Nadia ndra!
“Maksud lo?”
“Ya,nyokap lo  pasti gak suka  kalau cewe lo beda agama dengan kekuarga kalian dan Nadia juga mungkin sudah menerima kenyataan!
“Terus gw harus gimana?
“Ndra,lo kan gak pernah deketin cewek,kok tiba-tiba lo malah suka sama Nadia sich?”
“Gw juga ngak tau malah gw bingung kenapa ini terjadi,malah kita beda agama lagi!
“Gw rasa lo mes….”
Belum habis kata-kata keluar dari mulut Yanto Indra sudah berlari kedepan taman untuk membantu Nadia yang terpeleset dengan rumput yang licin karena diguyur hujan semalam.Wajah Nadia kotor terkena tanah basah,bajunya berlepotan dengan lumpur dan genagan air kotor.
“kamu ngak apa-apa…?tanya Indra panik”
“gak,aku ngak kenapa-kenapa,makasih ya…!Nadia baangun dan membersihkan tanganya .”
“nih,pakek sapu tangan aku aja!tawar Indra.”
“eh ngak usah ngerepotin kamu aja!
“gak apa nih ambil!Indra menggenggamkan sapu tangan itu di tangan Nadia.Nadia tidak dapat berkata apa-apa lagi selain menerima pemberian Indra,ia membersihkan mukanya.”Namun ,baju masih  berleotan dengan tanah.
“makasih ya..nanti aku balikin sapu tangan kamu,aku harus pergi ada jam,permisi!!.
Indra tersenyum-senyum melihat kepergian Nadia,pesona seorang Nadia sangat tak bias dilupakannya,sangat tersentuh ditangannya kehangatan saat menyentuh tangan Nadia,walaupun hanya sebentar tapi ia tidak akan lupa kehangatan tangan itu,bahkan Indra ingin sekali menggenggam walau itu akan mustahil terjadi.Indra masih terpaku meski langkah dan tubuh gadis itu sudah tidak dapat dijangkau lagi oleh indra penglihatannya.Yanto mencoba mendekati Indra ,Yanto menepuk bahu Indra yang belum tersadar dari lamunannya.Indra kaget dan berpaling serta melihan Yanto berdiri di sebelahnya sambil tersenyum.
“lo harus punya pengorbanan untuk mencintai Nadia Ndra!”
“Maksud lo!”Indra heran
“Lo pikirin aja apa yang harus lo lakuin dan lo korbankan !Yanto berlalu dari hadpan Indra yang masih belum mengerti  dengan ucapan Yanto.
……….

“loh Na.kok kotor gini sich?
“ia nih,kepeleset tadi!
Makanya lain kali hati-hati dong,sana gih ganti baju,aku ada bawak baju kok tpi sedikit kebesaran!tawar Vani dengan nada khawatir.
“Iya makasih ya Van!
Selepas ganti baju,Nadia kembali ke ruang mengikuti pelajaran.Namun,langkah terhenti saat ia menabrak orang yang tidak dikenalinya itu.
“maaf saya tidak sengaja!ujar Nadia membantu orang itu berdiri.
“ya,ngak apa,
Orang itu belalu dari depan Nadia dan Nadia juga ikut kembali ke ruangannya betapa kaget Nadia ternyata orang yang ditabraknya  tadi adalah dosen agamanya.
“maaf Pak saya terlambat!
“ya silahkan duduk!
Dosen itu terlihat biasa saja namun lain bagi  Nadia,ia malu telah kurang hati-hati….
Nama saya Abdul,kalian bisa panggil saya Adul.Umur saya 28 tahun.
Berbagai prtanyaan muncul saat sesi pertanyaan dengan dosen muda itu,lain dengan Nadia yang hanya berdiam diri.Di ruangan itu hanya Nadia yang memakai jilbab walaupun semua diruangan itu mayoritas Islam.
Pertanyaan demi pertanyaan terlontarkan,Nadia hanya mengamati laptopnya.Saat materi yang diberikan selesai Pak Abdul pamit dan keluar dari ruangan.
……….

“Gw mau jujur sama Nadia Yan !”
“Gila,bisa-bisa Nadia jauhin lo!”
“Gw gak peduli yang penting dia tau perasaan gw!.”
Yanto diam,jika Indra sudah bertekat ia yakin akan susah untuk di cegah ,dia sifat sahabatnha itu prinsipnya akan susah digoyahkan.Dari kejauhan Tomi,Fery dan Rafi berjalan ke arah mereka.
“Hai broe,kok pada tegang gitu!
“Nih Indra suka sama Nadia!
“Huahahaha….Tomi tertawa terpingkal-pingkal.”
“Eh lo,bukannya bantuin gw malah ketawa!”Indra kesal.
“Iya iya maaf,terus gimana ?tanya Rafi
Diantara lima sahabat itu hanya Fery yang berfikir cepat dan dapat ide yang bagus-bagus.Namun, diajuga yang paling pendiam.
“Gw juga bingung!”
“Elo harus masuk Islam!jawab Fery santai
Ha!semua berpaling memandang Fery,ucapan Fery membuat mereka terkejut,Fery yang merasa,tidak memperdulikan dia hanya bersikap cuek.
“Gak mungkin lah,bisa mati gw sama nyokap!”
“Itu kan resiko lo,udah jtuh cinta sama Nadia!”
“Tapi ide Fery bener juga Ndra!”timpal Rafi
“Caranya?”Indra tak mengerti.
Fery memperbaiki posisi duduknya untuk menjelaskan kepada Indra.
“Gini,elo bilang dulu sama Nadia kalau lo suka sama dia,kalau dia permasalahin perbedaan agama ya…lo harus masuk islam kalau gak ya terserah lo..!”
“Wah mantap,Indra menjitak kepala Fery,dia kagum pada sahabatnya yang satu ini.Indra pergi menemui Nadia,ia mendapati Nadia di kursi taman berlakang kantin.
“Boleh aku duduk?”
“Oh ya silahkan !Nadia bergeser agar Indra dapat duduk di sampingnya.
“Na aku mau ngomong sesuatu”
Nadia tertarik mendengar ucapn Indra,ia menghentikan tangan nya yang sedang mengetik.
“Ya ngomong aja!”
“Aku ….aku suka sama kamu Na!ucap Indra lirih tapi cukup jelas terdengar di telinga Nadia,bagaikan petir yang menyambar telinganya.Namun,Nadia bersikap biasa saja,bagaimana mungkin  orang yang selama ini telah menyita pikirannya memang suka padanya.Nadia merasakan hal yang sama pada Indra tetapi ia mencoba untuk menipis perasaan itu.Nadia tahu bagaimana posisi merek,mereka berasal dari agama yang berbeda,jawaban apa yang akan diberikan?,harusakah dia menolak ?atau bagaimana.Nadia bingung harus menjawab apa,dia bingung,cukup bingug untuk menentukang jawaban,cukup lama Nadia terdiam menenangkan gemuruh hatinya.
“Halo Nadia!Indra mengipas-ngipaskan tangannya diwajah Nadia.”
“Eh, oh iya”
“Kamu ngak denger ya kamu bilang apa?”
“Iya aku denger kok,Ndra.Kamu pasti tau apa jawaban aku,kita beda agama Ndra dan itu ngak mungkin buat aku.”
“Aku akan masuk islam demi kamu.”
Nadia tersentak mendengar ucapan Indra yang sangat tegas itu.Segitu besarnyakah cinta laki-laki ini untukku?Nadia menunduk.
“Jangan masuk Islam demi aku tapi masuk Islam demi Allah!”Nadia berlalu dari hadapan Indra,hatinya masih gemetar dengan penuturan Indra.
……….

Indra duduk melamun di teras rumah mewahnya itu,ia sudah yakin untuk masuk Islam tiba-tiba.
“Ma,Indra mau masuk Islam!”Indra mencegah langkah mamanya itu yang berjalan keluar,mama Indra yang mendengar penuturan anaknya itu kaget hingga langkah itu terhenti,tiba-tiba…Plaak!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Indra,sebuah tamparan yang cukup membuat pipi kanannya panas.
“Kamu ngomong ap Indra?Mama ngak setuju!”
“Ma Idra sudah gede,Indra sudah tau mna yang benar dan mana yang gak!Indra yakin.”
“Oh,jadi maksud kamuagama keluarga kita itu sesat ya?”
Indra tidak menjawab bentakan mamanya,ia merasa jika mendengar suara azdan hatinya tentram,niat masuk Islam sudah ada sejak ia masih SMA,beda saat Ia mendengarka nyanyian di gereja malah hatinya semakin gundah.Mama Indra berlalu dengan muka yang marah dari hadapanIndra ,ia merasa anaknya benar-benar sudah keterlaluan,tetapi lain pada diri Indra. Salahkah ia mencari ketenangannya sendiri,Salahkah ia memilih kata hatinya?pertanyaan demi pertanyaan kelur dari hati Indra.
Di kamar Indra membereskan beberapa baju kedalam tas ia berniat untuk pergi beberapa hari,entah kemana tujuannya ia membawa beberapa uang lembara seratus ribu untuk kebutuhannya,juga ATM dan kartu kredit atas namanya sehingga mamanya tidak kasa untuk memblokir kartu itu sehingga Indra lebih leluasa untuk menggunakannya,dia melangkah menuruni tangga dengan tas ransel di punggung,dia melewati meja makan.
“INDRA…!”suara mama menghentikan langkah Indra,dengan malas ia menoleh kearah mamanya.
“Mau kemana kamu??”
“Mau pergi Indra mau cari kebebasan!”
Mama Indra melangkah tepat di hadapan Indra,plaak!!Sebuah tamparan  mengenai wajah indra ia meringis kesakitan.Namun,bukan Indra jika tekatnya bisa digoyahkan,Indra bukanlah orang yang akan mudah terpengaruh.Mungkin tidak ada yang bisa dipercaya olehnya,Indra betbalik hendak meninggalkan mamanya,dia tidak mengjiraukan mamanya yang marah besar.
“Indra,kalau kamu keluar melewati pintu itu maka jangan pernah kembali lagi,kamu bukan anak kami lagi!”Lantang mama Indra keras.
Indra yang mendengar bentakan mamanya itu berhenti melangkah,dia membalikkan badannya menghadap mama.Mama Indra yang berfikir bahwa anaknya sudah sadar dari emosinya,memandang Indra dari tempat ia berdiri.
“Ma,Indra udah besar maka Indra terima jika itu piliha mama.Indra tidak akan menginjak kaki dirumah ini lagi,permisi!”
Tak disangka itulah kata-kata yang keluar dari mulut Indra dan ia kembali melangkah,mama yang hanya bisa terpaku tidak dapat berbuat apa-apa dengan tingkah Indra,ia tau betul anak lelakinya itu yang sangat susah untuk digoyahkan tekatnya jangankan orang lain orangtuanya saja susah karena dia tau yang terbaik untuknya.Lain dengan mama lain pula dengan Indra,dia membawa beberapa juta uang cas dan belum tahu kemana tujuannya.
“Aku akan melamar kerja ke kantor Om Razi,dia pasti mau menerima aku!”harap Indra.
Dia melanjutkan BMW silver itu.mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi sama seperti pikiran Indra yang sedang tidak pas.Tepat diperempatan jalan Indra menginjak rem kuat-kuat,ban mobil itu menimbulkan suara decitan keras,semua yang ada disana menoleh kearah mobil itu.Seorang polisi menghampiri dan mengetuk kaca mobil Indra,dengan tenang ia membuka.
“Selamat siang mas!”
“Siang Pak!”
“Apakah mas tahu sudah mengganggu ketertiban lalu lintas karena mengemudi dengan kecepatan tinggi?”
“Maaf Pak,saya rasa saya tidak mengganggu siapa pun!”
“Dengan mas mengemudi dengan kecepatan tinggi itu sangat berbahaya bisa-bisa mas akan menghilangkan nyawa orang lain!”
“Kalau begitu saya minta maaf Pak,saya buru-buru ingin melihat Ayah saya di rumah sakit!”bohong Indra
“Bisakah mas tunjukkan SIM,KTP dan STNK!”pinta polisi itu .
Dengan tenang Indra menyerahkan,polisi itu hanya mengangguk tanda mengerti,lama polisi itu mengamati.
“Apakah saya boleh pergi Pak?”tanya Indra
“Maaf anda harus kami tilang tetapi saya tidak membawa surat tilang,bisakah anda ikut kami kekantor?”
“Maaf Pak nyawa ayah saya lebih penting dari pada ajakan bapak ini!”
Setelah mengambil surat-surt berharga itu Indra berlalu dari hadapan polisi yang bernama Haru itu,walau bagaimana pun Indra sempat melirik nama yang tertera di baju polisi Harun,yang membuat Indra bingung polisi kok ngak bawa surat tilang.Mengingat kejadiaan itu membuat Indra tersenyum kecil,Indra sempat melirik kaca spion mobilnya memastikan apakah polisi akan mengejarnya,benar saja polisi itu mengejar bahkan ia masih berusaha menertibkan pengendara lalu lintas.
“GEDUNG TEKSTIL *****”
Itulah nama yang tertera di gedung mewah itu,gedung yang slalu dipuji dan disanjung oleh masyarakat Jakarta.Gedung yang berdiri dengan tegak itu menjadi tempat favorit untuk melamar kerja.Indra menghentikan BMW itu tepat didepan gedung itu,dia berjalan masuk.Setelah cukup berurusan dengan ajudan ia berjalan keruangan om Razi.
“Selamat siang om!”Indra masuk
“Oh Indra,ya siang ,tumben,silahkan duduk!”indra duduk
“Om saya mau bekerja disini boleh?”
Mendenga  perkataan anak temannta itu Pak Razi kaget,bagaimana mungkin sedangkan ayah Indra adalah pengusaha terbesar,pikir Pak Razi dalam diam.
“Kenapa Indra?”
“Apanya yang kenapa om?”
“Ya,kenapa indra tiba-tiba meminta pekerjaan sama om?”
“Apa om keberatan?”
“Oh,sama sekali tidak,jika kamu tidak mau cerita om tidak masalah,kamu bisa mulai kerja besok,di bagian kepala gudang!”
“Terimakasih om!”
“Mama marah sama saya Indra om dan Indra mungkin tidak dianggap anak lagi bahkan Indra sudah pergi dari rumah”lanjut Indra
“Lho kenapa?Om Razi kaget
“Karena Indra mau masuk Islam!”
……….

Dikamar Nadia duduk bersila diatas ranjang dengan sebuah majalah remaja di tangan,tiba-tiba pikirannya teringat akan kejadian kemaren,kejadian yang cukup menyita waktu,hampir setiap menit Nadia memikirkan hal itu.
“Nadia!”mama berjalan masuk dan duduk disamping Nadia .
“Bunda kok belum tidur?”
“Gimana bunda mau tidur Nadia belu cium bunda!”
Dengan langsung Nadia mengecup kedua pipi itu,memang begitulah mereka meski Nadia sudah dewasa.Bermanja dengan bunda tidak akan berkurang.Bunda tersenyum merasakan ciuman putrinya itu,kecupan yang begitu hangat.
“Ayah kok ngak dicium nak?”goda ayah yang sudah berdiri di depan pintu kamar Nadia.
“Oh ayah!”Nadia berjalan menghampiri ayah dan mencium dan mencium lembut kedua pipi itu.Ayah tersenyum,menikmati kemanjaannya kepada Nadia dan Nadia kembali ke ranjang.
“Ayah,bisa keluar sebentar?”pinta bunda
“Lho kenapa,ayah mau temenin kalian!”
“Eh gak boleh ini rahasia perempuan,ayah mesti patuh!”timpal bunda
“Iya iya ayah keluar…..!”ayah mencium kedua pipi bunda dengan mesra dan segenap kelembutan yang ia miliki.
“Ayah Nadia cemburu,kan ayah punya dua bidadari!”
Ayah kembali mencium pipi Nadia,setelah tersenyum kepada dua bidadarinya,beliau pun berlalu keluar.
“Ada apa bun,kok serius amat?”
“Bunda mau baca majalah yang dikamar kamu sayang,kalau ada ayah kan bunda malu!”
Hahahaha….N adia tertawa terpingkal-pingkal,dia tidak dapat lagi menahan tawa dengan kekonyolan bunda namun,tak dapat dipungkiri Nadia sangat bersyukur dapat bermanja,dan mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua meski ia tahu banyak kawannya yang iri,tapi Nadia sangat menikmati sebelu Allah mengambil kebahagiaan itu,bagi Nadia orang tua segala-galanya walaupun bumi pengganti jelas ia tidak akan menkarnya.
Pagi yang sangat cerah,Nadia mengemaskan semua keperluannya sebelum berangkat kuliah,bunda dan ayah sudah duluan pergi ke rumah paman di Bandung,tinggallah bi minah dan satpam jika Nadia juga brangkat ke kampus.Saat Nadia membuka laci matanya tertuju pada sebuah sapu tangan yang tak lain adalah sapu tangan milik Indra yang belum dikembalikan namun sudah dicuci.Nadia meraih sapu tangan itu dan memasukkannya kedalam tas.Selepas mkan Nadia berangkat kuliah…
Di kampus Nadia mencari sosok Indra namun tidak juga menjumpainya, dia berjalan ke perpustakaan ternyata sosok Indra sedang membaca sebuah buku di sana,Nadia berjalan menghampirinya.Indra menoleh kearah yang mendekatinya ,jantung seakan berdetak sangan cepat dia hampir tidak mengontrol tingkahnya,dia seorang lelaki jadi ia pasti bisa menghadapi Nadia,seorang perempuan yang dikasihinya .Nadia duduk di depan Indra dia tidak tau harus menyapa apa,jika ia memberi salam Indra bukan muslim,lain dengan Indra jantungnya semakin scepat saat Nadia tersenyum kearahnya dan keringat dingin bercucuran didahi Indra dia berusaha sekuat mungkin untuk mengendalikan dirinya.Indra memperbaiki duduknya untuk menghilangkan grogi.
“Kamu sakit Ndra?”tanya Nadia
“Eh gak,oh iya!”aduh kok jadi gini!batin Indra
“Indra apa kamu sakit?”ulang Nadia
“Ngak kok Nan,eh ngomong-ngomong ada apa ya?”
“Ini aku mau balikin sapu tangan kamu,maaf ya terlambat aku lupa!”dia menyerahkan sapu tangan itu ke tangan Indra.
“Ya udah aku permisi!”
“Wa’alaikum salam Nadia!”lirih Indra namun sangat jelas terdengar di telinga Nadia,jantungnya bergetar hebat lngkah Nadia terhenti secara refleks,seperti ada yang memerintahkan,tubuh Nadia berbalik ke arah Indra,Nadia kembali mendekati Indra.
“Bisakah kamu ulang ucapan kamu tadi Indra?”pinta Nadia
“Wa’alaikum salam Nadia!”ulang Indra tersenyu!
“Dari mana kamu tau itu!”Nadia kembali duduk ke hadapan Indra
“Aku udah masuk Islam Na,kemarin dibantu ayah kamu!”
Nadia kaget namun ia tersenyum,sangat jelas di wajahnya kagum pada ayah,apalagi Indra ia memamerkan lusung pipi itu,Indra sangat tersentuh tak sengaja Nadia menyentuh tangan Indra dan memberi selamat,Indra merasakan kembali genggaman tangan itu tetapi ia harus menjaga sikap didepan Nadia,setelah merasa puas Nadia teringat sesuatu dan perlahan tangannya melepas genggaman tangan Indra.
“Bagaimana dengan keluarga kamu?”
“Tentu mereka marah Na,bahkan aku tidak dianggap lagi dan tidak boleh menginjakkan kaki di rumah mereka!”
Nadia terkejut dengan semua perkataan Indra ,namun ia menahan kekagetan itu,Indra telah memilih jalan yang benar Nadia yakin itu.
“Indra,apa kamu muslim karena aku?”lirih Nadia gemetar
“Tidak Na aku melakukan ini demi Allah!”Indra tersenyum
“Ya sudah,aku duluan ya,Assalamu’alaikum…!”
“Wa’alaikumsalam!!!!”
………….

12 Desemmber 2019
Indra sibuk membersihkan barang-barang di ruangan kerja sebagai kepala gudang.
“bagaimana, udah siap jadi wakil direktur?” Tanya om razi yang sudah berada di ambang pintu,memperhatikan kesibukan indra
“insya allah om,mohon petunjuknya ! indra tersenyum
Hari ini adalah hari yang menyenangkan buat indra sejak iya dipercayakan oleh om razi,jabatannya kini naik sebagai wakil direktur dikantor ayah nadia itu, sekarang indra sudah cukup mapan untuk menikah,dia sudah punya penghasilan yang melebih,namun masih saja hidup sendri dalam hati indra hanya satu nama NADIA HANNY KANNA.
Perempuan yang sudah memikat hatinya bertahun-tahun,sekarang indra tau nadia telah lulus dengan peringkat terbaik dan bekerja di salah satu lembaga sebagai pimpinan karyawan. Satu keunikan nadia yang sangat disukai indra walaupun kantor ayahnya begitu mewah,dia tetap memilih di tempat lain,sudah bertahun-tahun lamanya sosok nadia menyita pemikiran indra.

Nadia bersiap-siap untuk berangkat ke kantor ayah,hari ini dia izin kerja atas permintaa ayahnya,nadia mengenakan jilbab biru kegemarannya diambang garasi telah terparkir sebuah mobil yang bersih mengkilat.
“pak maman? Seru gadis itu.
tergopo-gopoh seorang lelaki tua menghampiri nadia,lelaki yang baru satu tahun belakangan bekerja di rumahnya.
“iya non ?
“ini buat bapak, Assalamu’alaikum !
Nadia memberikan uang lembar ratusan kepada lelaki itu,lelaki yang biasa disapa pak maman hanya bisa tersenyum.
Nadia melajukan mobil dengan santai. AC mobil membuat sejuk seisi ruang mobil yang sempit,sesampai disana, nadia memarkirkan mobilnya ditempat biasa.
Security tersenyum dengan kedatangan nadia, anak sang direktur,nadia juga ikut tersenyum memamerkan lesung pipi yang masih alami di wajah yang cukup anggun,nadia berlalu. Tidak perlu berurusan dengan sang ajudan,nadia langsung bias masuk menemui ayahnya, RAZI AUFA.
Di ruangan nadia terpaku,mengapa tidak yang ada diruangan itu bukanlah ayah namun dia tidak dapat mengenali karena membelakanginya.
“Assalamu’alaikum ! ucap nadia mengetuk pintu
“wa’alaikumussalam !.
Betapa terkejutnya nadia melihat indra berdiri tegak di depannya,nadia kembali tersenyum menghapus kekagetan di wajah dan masih tetap berfikir positif.
Indra membalas seyuman tulus gadis itu, jantung indra seakan susah untuk di atur, betapa tidak ! gadis itulah yang selalu ada dan selalu hadir dalam mimpi malamnya, melihat senyuman itu membuat hati seorang indra berbunga, sangking tertegunnya indra tiada henti memperhatikan nadia, sehingga nadia bingung dan merasa ada yang aneh dengan penampilannya.
“ ada apa ndra, apa ada yang aneh denganku?”
“oh gak, silahkan duduk!”
Nadia duduk tepat di depan meja direktur.
“ ayah aku mana? Kok kamu disini, gak baik tau!”
“siapa bilang gak baik, ini itu ruangan aku na, ayah kamu di sebelah, sekarang aku wakil ayah kamu!” jelas indra tersenyum
“oh, maaf, aku gak tahu, aku permisi, assalamu’alaikum.. !”
Nadia berbalik hendak berlalu, tiba-tiba.....
“ na, bisakah aku bicara sebentar?”
Nadia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap indra dan mengangguk tanda mengerti, dia kembali melangkah mendekati indra.
“kita ketaman aja yuk na..!”
Nadia mengikuti langkah indra, tak sadar nadia merasakan ketampanan indra, sangat mempesona, Astaghfirullah, nadia melamun yang tidak-tidak, buru-buru dia menyebut nama Allah ketika menyadarinya,  di taman, nadia dan indra duduk agak terpisah...
“kamu masih ingat gak kata-kataku dulu na?” mulai indra
“ kata-kata apa ndra, perasaan banyak yang kamu katakan kepadaku!”
Tiba-tiba, indra berjongkok di depan indra, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru, ya warna kesukaan nadia, yang sampai sekarang masih menjadi warna  vaforitnya, bahkan kamar nadia identik dengan serba biru,  nadia sedikit kaget...
“kamu mau gak jadi istri akun yang pertama dan yang terakhir na?”
Nadia masih diam, dia mendadak tidak dapat berpikir apa pun, dia memang menyukai indra sejak dulu, namun, nadia tidak langsung menjawab iya ataupun tidak, meski dia tahu jawaban yang sudah tersimpan di lubuk hati selama bertahun-tahun, indra memasukkan cicin di kotak itu ke jari manis nadia, kilauan emas terpancar saat sinar matahari menerpa, nadia tidak berontak sama sekali, meskipun dia sudah mulai salah tingkah, nadia tetap bersikap tenang.
“bagaimana dengan orang tua kamu ndra?”
“kanapa memang dengan mereka na, kan mereka gak menganggap aku lagi.!”
“ndra, meskipun begitu, mereka tetap orang tua kamu, aku akan mau nikah sama kamu jika kamu kenalkan mereka kepada ku..!”
“tapi itu tidak mungkin na...!” jawab indra lesu.
“demi Allah aku hanya mengharapkan izin dari mereka dan orang tuaku, tanpa itu maaf aku gak bisa...!”
“baiklah na, aku akan berusaha do’akan aku ya na...!”
Nadia tersenyum lesung pipi itu menambah keanggunan dan ciri khas seorang nadia, hati indra terasa sejuk melihat senyuman itu, ingin rasanya indra menatap mata jernih itu lebih lama, kalau saja indra tidak berpikir nadia akan marah, mungkin indra akan mengecup sekali kening itu, indra sangat menyayangi nadia, dia sangat ingat pas beraniin diri ke ruang nadia dulu, saat-saat masa kuliah walau mereka belum terlalu dekat entah mengapa waktu itu indra sangat berani.
Saat itu dengan tak sengaja indra menjatuhkan tas nadia, dan melihat secari kertas jatuh, an tertera sebuah tulisan asli dari tangan nadia. “ ku biarkan pertama kali mendapat kecupan dari seorang suami yang ku hormati dengan sepenuh hati”.
Sebab itu indra tidak akan pernah menuruti keinginannya untuk mengecup kening nadia, dia takut nadia akan berpikir yang aneh-aneh tentang dirinya.

*
“apa indra yang ayah maksud anak pak vandi yang teman bisnis ayah itu?”
“iya bun, dia sudah beberapa tahun kerja di kantor ayah, karna memilih masuk islam dia gak di akui mamanya lagi dan ayah juga sempat mikir kalau dia suka sama nadia, karna cara dia menatap nadia itu sangat berbeda, kemaren idra utarakan pada ayah kalau dia berniat untuk melamar nadia!”
“kasian dia yah, terus apa ayah terima?”
“ ya gak mungkin lah bunda, yang nikah sama indra kan nadia, jadi ayah suruh dia bilang dulu ke nadia, karna ayah mau nadia milih sendiri calon suami yang pantas untuknya, ayah ingin lihat nadia tetap hidup bahagia!”
Dua suami istri itu masih asik mengobrol dan bercanda ria, hingga sempat tak menyadari kedatangan nadia di ruang itu, nadia menghampiri kedua orang tuanya, mereka langsung terdiam nadia mencium tangan kedua orang tuanya.
“ayah, kemana aja, tadi nadia kekantor karna ayah suruh, tapi ayah gak ada disana..!” ketus nadia, dia sedikit kecewa, namun tak begitu di perlihatkan di depan orang tuanya,  tapi seakan ayah dan bunda sangat mengerti perasaan nadia, ayah menarik nafas dan memperbaki duduknya yang terlihat sedang mengatur susunan kata, dia tahu putrinya ini akan sangat marah jika tahu ayahnya berbohong , yang sebenarnya ayah menyuruh nadia datang supaya indra bisa mengobrol lebih banyak dengan nadia.
“maafin ayah na, tadi bunda sakit jadi terpaksa ayah pulang..!” alasan ayah.
“terus kenapa ayah gak bilang? Waktu nadia hubungi gak aktif lagi nomor ayah!”
“iya ayah minta maaf, tadi kebetulan lagi ada klien ayah matikan hp, dan lupa ayah hidupkan..!”
Nadia manyun, tapi akhirnya nadia tersenyum juga , tk kuasa dia marah-marah pada ayahnya, muka ayah di pasang selucu mungkin supaya nadia tidak kesal lagi, al hasil nadia tidak dapat lagi menahan tawa, nadia masih saja manja kepada orang tuanya meski sudah serbesar itu, tapi ayah dan bunda tidak pernah mempermasalahkannya.
Hari sudah mulai gelap, matahari kembali ke tempat peraduan, langit di hiasi bintang-bintang dan sang rembulan dengan setia menemani sang malam, nadia duduk menikmati keremangan malam semilir angin menyejukkan tubuh yang hanya berbalutkan sweter, nadia menikmatinya, wajah indra hadir begitu saja di pikirannya, apa yang akan dia lakukan? Akankah dia akan mengenalkan nadia kepada orang tuanya? Sebesar itukah cinta indra? Lirih batin nadia.
“na, tidurlah, ini sudah larut gak baik di luar..!” ujar bunda kepada nadia
“iya bun, !” nadia menuruti kemauan bundanya, dia bangun dan masuk kekamar setelah menghadiahkan kecupan termanisnya di kedua pipi bunda.
*
“aku harus temui papa dan mama, aku harus mintak maaf apapu yang terjadi mereka tetaplah orang tuaku, orang yang telah melahirkan dan merawatku, nadia benar aku harus bisa membuat mereka menerima keyakinanku, aku hanya butuh izin untuk meminmang seorang nadia, cinta akhiratku....”
Indra menerawang jauh seakan hatinya berdebat dengan pikiran, memutuskan suatu yang akan di lakukan indra, tekatnya sudah bulat dia akan datang menemui orang tuanya, sesuai yang di inginkan oleh nadia, indra akan memohon ampun kepada mereka.
indra berniat kepada Allah, ya sepenuhnya karna Allah, bagaimanapun indra tidak mau menjadi anak durhaka, dia mau meyakinkan orang tuanya ke jalan yang benar, indra masihlah indra yang dulu, indra yang tidak akan pernah tergoyahkan tekadnya, dan sekarang dia sudah matang untuk menghadap orang tuanya, sang mama yang selalu di rindukan oleh indra, dan papa yang sangat di nantikan kehadirannya, juga suasana rumah yang sudah bertahun-tahun di tinggalkan, termasuk juga sahabatnya yang sudah lama tak ada komunikasi dengan indra. Yang indra ketahui semua sahabatnya sudah berkerja di luar negeri, dan indra yakin suatu hari nanti mereka akan berkumpul lagi seperti masa-masa SMA dan kuliah...
Tiba-tiba indra ingat pada sosok yanto yang sangat di rindukan, mereka sudah bersama sedari kecil hingga perasaan mereka peka satu sama lain, bahkan banyak orang yang mengira mereka kakak beradik.
suara ponsel memecah lamunan indra, dia mengamati layar yang tertera nama yang begitu indah tersimpan di hatinya. NADIA SAYANG
Saat melihat nama itu, indra tersenyum sendiri, tidak lama dia meraih ponselnya.
“Assalamu’alaikum...!”
“wa’alaikum salam na... kenapa belum tidur?”
“aku belum ngantuk ndra!”
“ada apa na?”
“ aku Cuma mau tanyak keputusan kamu!”
“aku udah pikirin na, kita pergi lusa aku jemput kamu ya?”
“jangan, aku naik kendaraan umum aja, atau pinjam mobil ayah, mobilku masih di bengkel...!”
“gak, pokoknya aku jemput, tidur sana sudah malam...!”
“baik, Assalamu’alaikum indra..!
Setelah menjawab salam nadia, indra mengakhiri pembicaraan, indra tersenyum dalam diam, ntah mengapa hati dan pikirannya begitu bahagia, apa karena dia tidak sabar ingin segera menikah dengan nadia? Atau ingin segera melepas rindu kepada sosok orang tuanya. Entahlah itu semua hanya indralah yang tahu...
**
Hari yang di tunggu-tunggu indra pun tiba, hari ini adalah ahad, indra menempati janjinya pada nadia, indra menjemput nadia sangat pagi, sedangkan nadia masih siap-siap.
“itu untuk apa na?” tanya bunda melihat nadia mengoleskan coklat ke beberapa potong roti.
“buat indra bun, nadia rasa dia belum sarapan..!”
“ya udah, kalau udah pergi kamu hati-hati ya sayang..!”
“ya bun, Assalamu’alaikum..!”
“wa’alaikum salam..!”
Nadia mencium tangan dan mengecup kedua pipi bundanya, dan keluar menemui indra, nadia mendapati indra duduk di kursi teras.
“sarapan dulu ndra ini..!” nadia menyerahkan dua potong roti ke indra,
“gak usah na,m nanti di sana aja kita cari rumah makan..!”
“kalau kamu gak makan, aku gak mau pergi!” ketus nadia
“oke, oke aku makan!” indra menghabiskan kedua potong roti itu, akhirnya susu yang di bawa nadia pun kandas juga, semua masuk dengan mulus ke perut indra, hingga dia merasa cukup kenyang, baginya dengan melihat indra aja sudah sangat kenyang (hehehehe) lebay..
“makasih ya na, belum jadi istri udah perhatian banget!” goda indra yang membuat pipi nadia memerah.
“udah, ayo jalan sebelum aku berubah pikiran..!” nadia tersenyum membelakangi indra dan masuk ke mobil.
“galak amat...!”
*
“pak, tau gak orang di rumah ini kemana?” tanya indra kepada orang yang lewat di depan rumahnya.
“maaf mas saya tidak tahu..!”
“terima kasih ya pak?”
“sama-sama mas, permisi..!”
Indra heran dari pagi dia sudah menunggu di depan rumahnya namun, tak pula ada yang muncul, nadia sudah tertidur di dalam mobil terlahat sangat kelelahan, tak tega indra membangunkannya, dia juga tak mungkin pulang sebelum bertemu dengan orang tuanya.
Sebuah mobil xenia biru masuk ke perkarangan rumah besar itu, seorang wanita muda keluar, berjalan ke arah indra ya itulah mama yang selalu di rindukan indra, dia masih berdiri di tempat semula, tiba-tiba wanita itu memeluk tubuh indra, yang semula indra menyangka mamanya akan menampar ternyata salah, malah pelukan hangat itulah yang sudah bertahun-tahun tak dirasakan indra, tanpa sengaja air mata keluar dari kelopak mata indra, mamanya yang dulu dingin dan cuek, kini indra merasakan suatu kasih sayang dan kehangatan yang mengalir lembut dalam setiap aliran darah indra...
“maafin indra ma!” lirih indra mencium lutut mamanya...
“mama udah maafin kamu ndra, mama juga mintak maaf..!”
“gak ma, ini salah indra..!”
“indra, ajarin mama masuk islam..!”
Indra terpaku dengan perkataan mamanya, benarkan perempuan yang di kasihinya itu bersungguh-sungguh atau Cuma permainan saja? Tapi indra tidak mau berpikir yang aneh-aneh, memang itulah yang di dambakannya, indra mengangguk pasti..
sebuah senyuman jelas menggambarkan wajah wanita itu, nadia yang sedari tadi menyaksikan adegan itu, ikut meneteskan air mata haru dan bahagia.
akhirnya dia dapat menyatakan anak dan ibunya.dan mama indra bisa menerima perbedaan.perlahan nadia turun dari mobil.mama indra menoleh dan terpaku melihat wanita anggun dengan berbalut busana muslim,wajahnya teduh dan ceria,sebuah senyuman diberikan kepada nadia,dia membalas dengan tanpa ada paksaan.nadia berjalan meraih dan mencium tangan wanita itu.
    ‘’ma,ini nadia,aku kesini ingin minta izin sama mama dan papa untuk menikah dengannya!”
Wajah yang semula itu bahagia sekarang terlihar rona sedih yang tergambarkan.
“masuk dulu ndra, nanti mama ceritakan, ajak pula nadia masuk!”
“baik ma, ayo na...!”
Nadia dan indra melangkah beriringan masuk, indra mempersilahkan nadia duduk,m sedangkan mamanya di depan mereka.
“ndra, papa udah gak ada..!”
“maksud mama?” indra sangat kaget
“papa kamu udah meninggal dalam kecelakaan ndra, dia meninggal sebagai muslim..!”
“innalillahi wainnalillahi raji’un !” ucap indra dan nadia hampir bersamaan..
Indra tak dapat lagi menahan air matanya, bagaikan petir yang sangat keras melukai pendengaran dan hatinya, papa yang selalu di rindukan dan dinantikannya telah pergi jauh, tidak sempat indra menciumnya, tak sempat indra tersenyum semanis mungkin disaat papa menyambutnya, indra menangis dalam diam. Nadia tidak dapat berbuat apa-apa dia hanya bisa terdiam melihat indra yang sedih atas apa yang menimpa papa yang sangat di hormatinya.
“ kenapa mama gak kasih tau indra?”
“maafin mama ndra, mama udah cari kamu kemana-mana tapi tidak ada tanda-tanda kalau kamu akan berjumpa dengan mama..!”
“indra sayang papa ma,,!”
“iya, mama tahu ndra, papa pasti udah tenang disana, ini ada surat dari papa untuk kamu..!”
Indra meraih kertas kusam yang di sodorkan mamanya, tampak kertas itu sudah lama disimpan, indra membuka kertas itu terdapat beberapa kalimat jelas tertulis di lembaran kertas itu..

Dear indra yang selalu papa banggakan...
Indra, papa minta maaf sama kamu, papa udahn muslim ndra,dua ytahun sejak papa ketemu kamu itu mungkin papa kecewain kamu dan mama dengan memilih keyakinan lain, sebab itulah papa jarang pulang walau papa di jakarta, karna papa gak bisa beribadah dirumah, maafin papa ndra......
ndra, papa mengidap penyakit tumor sejak pertama kamu masuk kuliah, papa tulis  surat ini pada saat tumor itu sudah semakin ganas, papa tahu umur papa gak lama lagi, mungkin pada saat kamu membaca surat ini papa udah gak ada lagi, papa bersyukur masih bisa bertahan selama beberapa tahun, papa bersyukur sungguh ini suatu keajaiban....
papa udah gak sanggup lagi ndra, kamu gantiin papa pimpin perusahaan ya? Di jakarta.hubungi pengacara papa ndra.  Jagalah mama kamu ndra, jangan pernah sakiti hatinya, meski mama dingin dan cuek tapi yakinlah mama sangat sayang sama kamu, juga papa yang selalu merindukan kamu, jadilah anak yang selalu kami banggakan, yang selalu menjadi pelipur lara buat mama, kamu harus selalu semangat ndra.

Papa yang selalu merindukanmu (

Indra menangis membaca surat itu, baju yang di kenakan indra basah dengan air mata, matanya merah seketika mama dan nadia heran melihat indra yang menangis, taba-tiba indra memeluk erat mamanya pertama kali dalam hidup, indra terisak dalam pelukan mamanya, suatu kebahagiaan terbesar baginya tidak lupa indra memenjatkan syukur kepada allah, memang pahit di awal tapi sekaran sedikit terasa manisnya...
*
Pagi yang cerah, indra bersiap dari awal-awal sekali dai berniat pergi ke makam ayahnya dan segera ke rumah nadia , indra tidak sabar untuk segera meminang nadia, perempuan yang sangat di kasihi selain mamanya, indra sangat menyayangi nadia sepenuhnya karna Allah sayang yang sangat mendalam dan suci di lubuk hati indra, sungguh sayang yang sudah bertahun-tahun di bina dengan sangat baik oleh indra hanya untuk nadia seorang.
Mama indra keluar dengan balutan busana muslimah, indra sangat bahagia karna dapat melihat mamanya islam, dan dia pun dapat merasakan perubahan pada diri mamanya,
merekapun berangkat ke makam yamh hendak di tuju, mereka menemukan makam itu disamping sebuah makam yang kelihatan baru, karena tanahnya masih basah, oroma tanah menusuk indera penciuman mereka, sekarang indra berdiri di depan sebuah nisan yang cukup indah, nisan yang sengaja di ukir ayat Allah, mama indra sengaja membuatnya untuk papa, untuk menghargai keyakinan suaminya, indra berjongkok di depan gundukan tanah itu, indra menyiramkan air yang di bawanya ke nisan dan ke seluruh gundukan tanah itu, tak lupa juga indra memanjatkan do’anya untuk sang almarhum, setela merasa cukup puas, indra berpaling ke ara mamanya namun, indra mendapati wanita itu sedang meneteskan air mata yang semula tanpa disadarinya, indra mendekat merangkul pundak mamanya.
“sudah ma, jangan nangis lagi papa udah tenang disana, ayo kita pulang!” bujuk indra...
“mama rindu sama papa ndra..!”
“ma, ikhlaskanlah papa, supaya papa tidak terbebani papa pasti menunggu mama disana, jika mama setia sama papa!”
“mama janji ndra, tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi papa kamu di hati mama!”
“iya ma, indra percaya, ayo kita ke rumah nadia mareka pasti sudah menunggu lamaran kita ma..!”
“izinkan mama disini sebentar lagi ya ndra, kamu duluan gih ke mobil..!”
“ oke, tapi jangan lama ya ma..!”
Setelah melihat anggukan dari mama indra melangkah ke mobil, namu suara ponsel menghentikan langkahnya, sebuah pesan masuk ke ponselnya indra membukanya..

Dari .... om Razi
+6281262******
Indra.. sekarang om dirumah sakit, nadia kecelakaan kamu langsung kesini, dia kritis

Serasa petir menghantam dada indra,  badannya begitu lemas menghadapi kenyataan, bidadari hatinya terluka, hampir indra terjatuh, namun mama mencengkeram kedua lengan indra dengan kuat mencoba menompang tubuh itu, ada apa dengan semua ini Allah? Apa arti dari semua ini.... batin indra menjerit.
“ nadia ma...!”
“kenapa dengan nadia?”
“ dia....dia,, kecelakaan ma..!” ujar indra terata-bata
“dimana ndra..?”
“ indra gak tahu ma, tapi sekarang sudah di bawa ke rumah sakit!” indra mengatur kembali nafasnya.
“cepat kita ke sana..!”
Indra duduk dikursi depan, samping mamanya indra tidak dibolehkan untuk mengemudi dalam keadaan risau seperti itu, khawatir jika hal yang tidak di inginkan terjadi, pikiran indra menerawang jauh kepada sosok nadia, hatinya tidak tenang dengan keadaan orang yang dikasihinya..
setibanya dirumah sakit indra langsun turun dan berlari menelusuri koridor, tidak butuh waktu lama untuk segera tiba di UGD, dapat dengan jelas indra melihat dibalik kaca bening pintu itu, nadia terbujur lemah tak berdaya air mata metes mengalir di pipi indra melihat gadisnya begitu tak berdaya, indra dapat melihat dokter dengan perlahan memberasihkan simbahan darah di beberapa bagian tubuh nadia, indra semakin ngeri dengan kenyataan .
“Allah, lindungilah dia untukku.. titiplah dia padaku, akan ku jaga dia dengan segenap hatiku, berilah aku kesempatan Allah...! indra semakin menangis.
Dia tidak dapat lagi menahan tubuhya dan terduduk lemas di kursi.
“kamu yang sabar ya nak..!” ujar ayah nadia mendekati indra
“kenapa ini terjadi om, disaat indra akan meminang nadia, sudah lama indra mengharapkannya om..!”
Indra mendekap muka dengan kedua telapak tangannya, seakan dia sangat sedih, ingin rasanya dia berada dalam ruang itiu dan mengalirkan kehangatan, tenaga untuk nadia, agar dia san ggup bertahan..
“om tidak tahu indra, ini kuasa Allah, kita berdo’a saja supaya nadia baik-baik saja..!”
Saat itu seorang dokter keluar dari ruang gawat darurat tempat dimana nadia diperiksa. Wajah dokter tak terlihat nadia baik-baik saja, semua bangun dan sibuk menanyakan kondisi nadia, tidak terkecuali indra..
“dok, gimana nadia?”
“ maaf pak razi, nadia masih kritis kondisinya sangat parah saya sendiri tidak dapat menjamin keselamatannya...!” jelas dokter tanpa keraguan.
“ dokter jangan keterlaluan nadia pasti akan sembuh, dokter bukan Allah yang bisa menentukan takdir..!” geram indra mendorong dokter ke dinding, ayah nadia mencoba melerai juga mama indra dan bunda nadia.
“maaf mas, saya memang gak bisa menentukan takdir, tapi itu hanya berdasarkan banyak kejadian yang serupa yang telah kami tangani rata-rata tidak dapat tertolong kecuali akan ada suatu keajaiban yang telah Allah persiapkan..!”
Indra lemas tak terkira dia terduduk di lantai dengan wajah mendekap, air mata kembali menetes, baru saja dia merasakan kebahagiaan, tapi sekarang semua begitu hampa dokter melarang semua menjenguk nadia, karena khawatir akan terinfeksi.
demi nadia, semua hanya bisa memandangnya dari luar ruangan, tak ada yang bisa mendekati ranjangnya, indra tak henti memandang wajah teduh itu, dimata indra seakan wajah itu bersinar sangat terang, indra duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi, juga semua yang ada di sana. Tak lama indra pun tertidur, mungkin dia terlalu lelah menjaga nadia meskipun indra hanya bisa memandang dari jauh.
Dalam tidurnya alam mimpi menghampiri, dia melihat sebuah taman yang sangat indah harum dan penuh dengan eneka bunga yang tidak pernah di lihat indra sebelumnya. Banyak sungai-sungai yang jernih mengalir di dalamnya, taman itu laksana beralaskan lantai permata dan emas, burung banyak warna, warna yang setu tidak sama dengan yang lainnya, memang indra sama sekali tidak mengenal warna-warna itu, tapi indra tak kuasa untuk masuk, pintu taman itu seakan di batasi oleh tembok raksasa yang entah dimana jalan masuknya, indra heran mengapa dinding itu tembus pandang, tiba-tiba seorang perempuan yang sangat cantik dengan busana yang serba putih keluar dari taman itu dan menghampiri indra yang hanya berdiri , perempuan itu memberikan senyuman tulusnya kepada indra seakan dia mengenalnya, indra kaget yang ternyata itu adalah nadia, gadis yang di kasihinya, ya indra bertemu dengan nadia dalam mimpinya, indra mencoba menggapai tangan nadia tapi tidak bisa semakin indra mendekat dan menggapai, tangan dan gtubuh nadia semakin menjauh darinya, akhirnya indra mengalah, dia gak mau nadia kembali masuk ke dalam taman itu, meski hanya memandang dan merasakan kehadiran nadia, itu sudah cukup bagi indra, sungguh dia sangat merindukan nadia., indra mendengar dengan jelas sebuah kalimat muncul dari kedua bibir yang laksana semanis madu itu.
“nantikan aku ndra, akulah sang cinta akhiratmu, ku tunggu dirimu di surga Allah, kita akan bersama jika engkau setia padaku...!”
Kalimat yang sangat menyentuh hari indra, laksana setetes umbun yang sangat menyejukkan, perlahan nadia kembali masuk ke dalam tama itu, indra berusaha mengejar tapi bayangan itu dengan cepat menghilang di balik perpohonan di taman itu, yang sama sekali tak bisa di capai oleh indra, entah mengapa dia pun tidak tahu,
tinggallah indra sendiri dalam kebingungan, dia benar-benar tidak tahu akan kemana, dia tidak mengerti kenapa nadia meninggalkannya begitu saja,  dia pergi tanpa kata dari hadapan indra, bahkan dia tidak dapat menyentuh kedua tangan itu.
tiba-tiba indra terbangun saat mendengar azan subuh berkumandang, berkali-kali dia mengucap ikhtifar saat mengingat mimpinya tadi, indra mengambil wudhu dan segera shalat,tidak lupa indra berdo’a untuk kesembuhan nadia mimpiitu tergiang jelas di ingatan indra seakan itu sangatlah nyata, indra kembali ke ruang nadia ternaring, dia duduk di kursi, doker yang memeriksa nadia keluar indra langsung menghampiri, yang lain masih tertidur lelap dan tak tega indra membangunkannya, karna indra tahu mamanya dan juga orang tua nadia kelelahan.
“bagaimana dengan nadia dok?”
Dokter menarik nafas, mencoba merangkai setiap kata yang akan di berikan kepada indra.
“bangunkan semua keluarga dulu mas..!”
Indra menuruti semua kata-kata dokter, dia membangunkan semua yang ada di depan ruang nadia di rawat,saat bangun mereka  kaget melihat dokter juga ada di sana, paki razi lekas menghampiri dokter yang menangani anaknya.
“bagaimana perkembangan anak saya dok?”
“silahkan masuk semua menjenguk nadia pak..!” perintah dokter tegas.
“tapi, bukankah bisa terinfeksi dok?”
“ntahlah pak, nadia sangat lemah, lebih kritis dari kemarin, saya sendiri khawatir bahkan saya kurang yakin masih ada harapan..!”  jelas  dokter dengan keadaan lesu.
Tidak terpikir lagi, indra masuk dan berdiri di samping ranjang nadia, indra menatap lekat-lekat wajah nadia calon bidadarinya itu, siang dan malam indra merindukan keceriaan nadia, dia selallu bermunajad kepada Allah untuk kesembuhan nadia, pikiran indra terbayang akan mimpi yang datang semalam dalam tidurnya yang sekejab, indra tidak tahu apa makna mimpi itu yang terlihat begitu nyata, indra tak punya keberanian untuk menyentuh nadia walau sekedar untuk menggapai tangannya, dia takut nadia akan marah, indra hanya bisa memandang dan merasakan desahan nafas nadia yang lemah dan hampir tak terdengar, indra meraih handuk dan membalut tangannya,, dengan lembut indra mulai menyentuh ubun-ubun nadia, indra merasa dengan begitu nadia tidak akan marah kepadanya.
Air mata kembali menetes di kelopak mata indra, melihat keadaan indra yang sekarang membuatnya tak kuasa untuk menahan tangis, melihat gadis yang selalu ceria, ramah dan lucu, tapi kini?
dengan mata indra melihat tubuh mungil itu terbujur tak berdaya, semua bagaikan mimpi buat indra, mimpi buruk tentang kehidupan yang selalau datang, bertahun-tahun indra menunggu nadia, gadis yang sangat di kasihinya, gadis yang pertama kali mengajaknya shalat, namun, disaat indra akan segera mencapai mimpinya untuk meminang nadia semua sirna di depan mata, bunga yang sudah berkembang seakan layu secara perlahan, indra merasakan kesedihan yang begitu dalam.
indra melihat sendiri tiga jari kaki nadia di amputasi akibat kecelakaan itu, mengangat itu membuat indra semakin ngeri, indra yakin nadia akan bertahan, namu,  entahlah kuasa Allah, indra  mulai terisak lembut, bunda nadia mendekati indra.
“nak, duduklah di sofa, jangan bersedih di depan nadia, kamu gak mau kan melihatt nadia sedih?”
Indra mengangguk lesu dan menuruti permintaan bunda nadia, nafas indra terasa susah untuk keluar, betapa tidak?
selama nadia terbaring di ranjang rumah sakit, tidak henti indra meneteskan air mata, dalam shalat dan saat dia mrelihat nadia yang melawaan sakit di tubuhnya.
indra tak kuasa menahan air mata, meski dia sudah mencoba membujuk hatinya untuk tabah dan ikhlas atas semua ini...
*
Jam menunjukkan pukul 05:00 pagi, indra bergegas melaksanakan shalat shubuh,
malam ini, tugas indra dan ayah nadia yang berjaga, indra shalat terlebih dahulu, selepas shalat, indra kembali keruang nadia di rawat, giliran ayah yang melaksamnakan shalat..
Indra duduk di samping ranjang nadia. Wajah nadia sangatlah pucat jujur saja, indra di balut dengan rasa ketakutan yang mendalam, melihat gadis mungilnya tak berdaya.
“oh nadia aku merindukan keceriaanmu, aku rindu senyumanmu, aku rindu lesung pipi itu, aku rindu semua yang ada pada dirimu !” lirih indra
Indra menangkap suatu gerakan pada tangan nadia, indra kaget, tapi, dia sangat senang.
di pikirannya, terbayang bahwa nadia akan segera sadar dan sembuh kembali, perlahan dan sangat lemah nadia mencoba membuka matanya ini suatu keajaiban buat indra, dia menunggu nadia membuka matanya, namun betapa takutnya indra melihat mata itu seperti tidak ada semangat hidup, lesu dan redup indra semakin bertambah khawatir.
“ na, apa yang kamu rasain na?”
Sekian lama indra menunggu, tapi tak ada juga jawaban dari bibir nadia, indra membalutkan tangannya dengan handuk dan menyentuh lengan nadia, dia menggenggam tangan nadia dengan lembut.
“ na kamu udah sadar kan?”
Nadia tak juga menjawab, sekian lama nadia mengumpulkan semua kesadarannya, nadia tersenyum indra membalas senyuman itu, namun, rasa khawatir tak dapat di bendung, indra memanggil dokter.
“apa yang kamu rasain nak?” tanya dokter memastikan keadaan nadia.
“te...tena..ng !”
Dokter mulai heran dengan kondisi nadia.
“inn...dra..!”  lirih nadia lemah.
Indra melangkah ke depan nadia, ayah nadia masuk menemui putrinya di ranjang, dia tidak tahu apa yang terjadi, mengetahui nadia sadar ayahnya sangat bahagia, namun, saat melihat nadia rasa khawatir itu taklah hilang, wajah nadia sangat lah pucat.
“a..ayah, nadia sayang ayah dan bunda, nadia sayang?” ujar nadia terbata-bata.
Ayah meraih tangan nadia, terasa dingin dan sangat pucat, ayah kembali menangis melihat kondisi putrinya yang sekarang.
“na..!” kamu harus bertahan, ayah merindukan kamu, bunda pun begitu..!”
nadia tersenyum, ayah dengan lembut mengecup kening nadia.
“in..indra, aku mencintaimu karna Allah..!” ujar nadia lemah
Hati indra bergetar hebat,air mata kembali menetes, ayah ikut tersentuh mendengar ungkapan perasaan yang di utarakan putrinya itu, ungkapan cinta yang begitu tulus dan dalam artinya.
“maukah kamu menikah denganku na?”
Nadia mengangguk lesu, senyuman itu semakin lemah dari raut wajah nadia, , saat itu juga ayah menikahkan nadia kesayangannya dengan indra, dokter dan suster menjadi saksi ikatan itu terjalin, ikatan suci yang di ridhai Allah, nadia meneteskan air mata bahagia, ayah mengabarkan kepada bunda dan mama indra, agar mereka sesegera mungkin menuju rumah sakit, yang ternyata sudah di jalan yang sedang menghadapi macet, sudah menjadi rutinitas setiap paginya.
Nadia sangat bahagia, wajahnya seakan bersinar terang, indra menggenggam tangan mungil itu tanpa harus membalut dengan handuk, karna nadia sudah menjadi istri sah indra, ya cinta dunia dan insya Allah akhiratnya pula. Indra mencium kening nadia dengan segenap kasih dan sayang bergemuruh di hatinya, indra mengelus lembut kepala nadia, tiba-tiba...
Tangan nadia lebih dingin dari sebelumnya, indra semakin erat menggenggam,  nafas nadia esak seperti tertahan, indra semakin ketakutan.
“na kamu kenapa? Apa yang kamu rasain?”
“ se..sesak!”
Indra berlari memanggil dokter, betapa dodohnya indra sampai tak terpikir lagi untuk memecet alaram agar dokter segera datang,
semua mendampingi nadia di ruang gawat darurat, ayah, indra, bunda dan mama indra memasang wajah kekhawatiran melihat kondisi nadia yang tak sadarkan diri, tak satupun yang keluar, karna dokter mengerti kondisi nadia sudah tidak ada harapan begitu lemah dan tak berdaya, dokter memasang alat pemacu jantung berkali-kali,  indra menggenggam tangan nadia dengan kuat, seakan indra tak akan pernah sanggup untuk kehilangan nadia, tak lama, nadia membuka mata dokter merasa itu keajaiban, indra memeluk tubuh mungil nadia.
“in..indra aku udah gak kuat, aku..aku harus pergi..!”
“jangan bicara seperti itu na, kamu pasti akan semmbuh, aku janji akan terus ada di samping kamu..!”
“ maafin aku ndra, aku sayang kamu sebagai suamiku!”
Nadia kembali sesak beberapa kali dan kembali menutup mata beningnya itu, indra terisak, indra menyentuh nadi nadia, tidak ada getaran apa-apa, nadia telah pergi meninggalkan mereka semua, mama, indra, bunda dan ayah bergantian memeluk tubuh kaku nadia, indra tak sanggup lagi menahan luapan tangis, dia keluar dan terisak kelas di lantai.
“Allah kenapa begitu cepat engkau ambil dia dariku, mengapa kebahagiaan itu tidak untukku, mengapa Allah?” batin indra menjerit.
Indra semakin menangis, baru saja nadia menjadi miliknya, dan sekarang nadia telah pergi menghadap Allah Tuhannya, indra tidak memperdulikan lagi banyak orang yang menatapnya heran, dia tetap saja tak bisa membendung air matanya.
*
Indra menatap indahnya bintang di balik kaca bening jendela kamarnya, pandangan indra menerawang jauh entah kemana, hidupnya sangat tidak bersemangat, begitu hampa, dunia begitu gelap dan sempit bagi indra.
terbayang wajah lembut nadia di pikiran, seakan wajah itu tersenyum di balik kerlap-kerlip bintang memandang indra, hati indra menyimpan berjuta luka atas kehilangan nadia, tapi, dia juga harus berubah dari semua ujian ini, demi Allah, Tuhannya.
“indra, makan dulu, !” mama indra membawakan segelas susu dan nasi goreng kesukaan indra.
“ma, indra merindukan nadia, indra mau nunggu nadia kapanpun ma, , gak ada yang bisa gantiin nadia di hati indra, gadis yang pertama kali mengajak indra untuk shalat.!”
“kamu yakin akan terus seperti ini ndra? Kamu yakin gak mau menikah?”
“sangat yakin ma, indra mencintai nadia sepenuhnya karna Allah..!”
“kalau begitu, ikhlaskan lah nadia ndra, agar dia tenang di sisi Allah!”
“akan indra coba ma!”
Mama indra hanya bisa pasrah dan menuruti semua perkataan anaknya, dia tahu indra bukan orang yang bisa di paksakan...

Lihatlah kawan, cinta dapat memiliki segalanya, baik waktu maupun hati, tuhan memberikan kita cinta untuk menguji, seberapa besar cinta seorang Hamba kepada Allah, Indra telah berjanji tidak akan menggantikan nadia dengan yang lain dan dia selamanya hanya ada satu cinta selain cinta kepada mama dan Allah ialah cinta kepada sosok nadia,  dia membuktikannya dengan tidak akan menikah lagi seumur hidupnya, hanya ada satu istri, dan dia rela menduda,
hanya Allah yang tahu hari seorang hamba.

sekian

Selasa, 07 April 2020

Cerpen : Bidadari Surga

April 07, 2020 0 Comments
Bidadari Syurga




Allah kujunjung tinggi nama-Mu,atas semua anugerah indah-Mu....

Langit mendung, awan menghitam, rintik hujan membasahi tanah kering, mentari menyapa sang alam, Maha suci Allah atas segala karunia-Nya.
Syafiq Riza Al-Fattah..
Biasa disebut Riza, seorang laki-laki yang di kenal berperilaku baik, yang selalu bertutur kata sopan, ramah dan penyayang. Riza telah lama mengabdikan dirinya di salah satu pondok pasantren di Bireuen yang lebih akrab di kenal ‘’ DARUL ISLAM’’. Sejak kelas 4 sekolah dasar dia telah mulai belajar di pondok itu, dengan suara merdu,dia sangat di harapkan untuk selalu melantunkan ayat suci Al-qur’an setiap waktu shalat tiba.
Mukanya terag laksana bulan purnama, harum laksana kasturi,hati bagaikan emas berperak murni,memukau hati dengan parasmenarik yang dia miliki, jika dapat dikatakan dia mewarisi setengah dari semua ketampanan di dunia ini, tidak ada satu orang pun yang akan menolak pinangan pemuda ini. Insya Allah.
Jam sudah menunjukkan pukul 09:00, namum Riza masih di tempat pembaringan, sembari mememerkan lantunan al-qur’annya, ayat demi ayat diucapkan dengan fashih dan merdu, semua telinga yang mendengar insya allah akan memuji kelebihan yang allah berikan kepadanya.
‘’Assalamu’alaikum mas riza !
Riza menyelesaikan satu ayat terakhir, kemudian menoleh dan menjawab salam Isan, seorang adik kelasnya.
‘’wa’alaikum salam.
‘’Abi ingin bertemu dengan mas, beliau menunggu di masjid.!
‘’baik, saya akan segera menemui beliau.
‘’kalau begitu saya permisi mas, Assalamu’alaikum.
‘’iya, wa’alaikum salam.
Riza bergegas menemui abi di masjid pondok, yang ternyata beliau sedang mengaji.
‘’Assalamu’alaikum! Riza memberi salam
Abi menyelesaikan bacaan terakhirnya dan menoleh ke arah Riza setelah menjawab salam dan mempersilahkan Riza duduk dihadapannya. Riza menyalami dan mencium tangan tua yang sangat di hormatinya itu.
‘’maaf bi, saya memenuhi panggilan abi.!
‘’benar, begini nak, minggu depan abi hendak memenuhi panggilan dari ulama turki, jadi abi harap kamu bisa abi percayakan untuk menggantikan abi sementara.
Riza menunduk dalam diam, zikir terucap lembut dari bibirnya, tiada henti memuji Allah, tuhan semesta alam, sekian lama, Riza masih bertasbih dalam diam , mengucap lembut asma Allah. Abi dengan sabar menunggu jawaban dari Riza, tidak ada nada pemaksaan dari permintaan abi.
‘’ abi, tugas ini sungguhlah berat, mampukah saya menjalankan amanah ini? Saya masih muda , belum berpengalaman. Bisakah saya menjadi imam seperti yang abi harapkan di pasantren ini? Walau hanya sementara, saya takut tadak mampu.
Abi Sulaiman menatab dalam-dalam, Riza terlihat menunduk.
‘’Nak, anggaplah abi ini ayahmu,seorang ayah yang hendak meminta sesuatu maksud kepada anak yang dipercayakannya, janga pernah berkata tidak sanggup, namun coba lah dulu,ucaplah tasbih, mulai semuaini dengan mengucap nama Allah, abi yakin kamulah orang yang tepat untuk semua ini, abi harap kamu bisa! Terang abi
Riza masih mempertimbangka, namun jelas tidak ada maksud untuk menolak permintaan abi yang telah di anggap sebagai orang tuanya, walaupun pahit, dia tidak langsung memuntahkannya kesmbali.
‘’Inaya Allah abi, saya akan mencoba !
‘’ Alhamdulillah.! Jawab abi bahagia
‘’ kalau begitu saya permisi bi, Assalamu’alaikum...
“ wa’alaikum salam.. !
Setelah beberapa hari waktu berjalan, tiba waktunya hari ahad, waktunya abi akan segera berangkat ke turki, rombongan orang-orang terpenting pasantren  mengantarkan abi ke bandara. Tepatnya banda aceh, bandara blang bintang, setelah keberangkatan abi, semua melepas dengan rasa sedih, kemudian rombongan itu kembali ke bireuen.
Riza masih canggung untuk menjalani hari pertamanya menggantikan abi, mulai hari itu, dia punya kesibukan yang baru, mulai dari menjadi imam hingga dia harus memberikan ringkasan ceramah kepada penghuni pasantren, baik yang datang dari dalam maupun masyarakat diluar lingkungan pasantren.
Hari-hari dilewati Riza dengan ketegangan dan kegembiraan, sudah satu minggu kepergian abi, dia sudah mulai terbiasa dengan tugas itu. Hari ini, dia duduk menikmati secangkir kopi di depan kamar tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:00, pagi masih di selimuti kabut, burung bergembira, memamerkan merdu suara nyanyiannya.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’ Wa’alaikum salam ustadz Amri, silahkan duduk..
‘’ saya dapat merasakan kemajuan pasantren mas, banyak masyarakat yang datang berkunjung untuk mendengarkan ceramah setiap sorenya, saya bangga sama mas, tidak salah abi memilih mas untuk menggantikannya.
‘’ tidak ustadz, saya tidak punya pengalaman, mungkin semua atas kesadaran masyarakat, dan tanpa bantuan rekan-rekan dan guru saya , mungkin saya tidak bisa, kita do’akan saja agar selalu mendapat rahmat Allah.
‘’ Aminnnn...
Waktu seakan berlalu dengan cepat, kini sudah sebulan kepergian abi ke Turki, Riza duduk di ruang abi dengan wajah kegelisahan.
‘’Assalamu’alaikum...! ucap mas Imran
‘’Wa’alaikum salam..! jawab Riza yang menyadari rekannya datang.
‘’ saya perhatikan mas terlihat begitu gelisah, ada masalah apa mas? Maaf saya lancang.
‘’ jujur saya tidak tahu mas, tiba-tiba saja saya gundah, entah apa yang akan terjadi, dari tadi saya gelisah terus, pikiran tidak nyaman.! Jelas Riza
‘’ sudah shalat mas?
‘’ Alhamdulillah sudah..
Sesaat suara ponsel berbunyi, ternyata bunyi ponsel Imran yang bersalawat dengan merdu, dia mengangkatnya terlihat Imran sedang sibuk berbicara, dan kemudian diakhiri dengan menjawab salam yang entah siapa di seberang sana.
‘’mas, saya permisi dulu ada sedikit keperluan..! pamit Imran
‘’ ya mas Imran, silahkan..
‘’Assalamu’alaikum..
‘’Wa’alaikum salam! Jawab Riza
Hari sudah memasuki waktu zhuhur, Riza bergegas ke kamarnya hendak mengganti pakaian untuk segera shalat, dia khawatir ada najis kecil di pakaian yang dikenakannya.
Namun betapa terkejut Riza saat melihat Zuhra telah berada dikamarnya, Zuhra seorang santriwati yang sudah lama punya  perasaan terhadap Riza, namun tak disangka, Zuhra seberani dan senekat itu untuk menjumpainya.
‘’ Astaghfirullah Zuhra, apa yang kamu lakukan disini? Tanya Riza kaget dan takut.
‘’ kenapa sih mas, mas benar-benar tidak mengerti Zuhra. Zuhra sudah lama suka sama mas, kenapa mas pura-pura tidak menyadarinya? Kenapa mas sekejam itu? Ratap zuhra di ranjang Riza.
‘’Zuhra kamu jangan begini,mas sudah menganggap kamu adik, mas sayang kamu sebagai adik, setidaknya kamu mengerti, kamu sudah dewasa, jangan seperti anak kecil..!
‘’biarlah mas mau berkata apa, mau sampai kapan aku mengerti kamu mas? Sedangkan mas gak pernah ngerti Zuhra, aku sayang dan cinta kamu mas.
Zuhra melepas jelbab dikepalanya, Riza semakin ketakutan, serasa sekujur tubuhnya lemas tak bertulang, gemetar tubuhnya tidak tahu harus berbuat apa, keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, sekejap teringat olehnya saat zulaikha menggoda nabi yusuf AS, rasa takut kepada Allah semakin mendalam, dia menyadari bahwa Zuhra sudah sepenuhnya dikuasai oleh hawa nafsu, Riza tidak mau Zuhra terjerumus sedemikian dalam.
‘’ Allah bantulah hambamu..! batin Riza memohon
Riza ,melompat menghindar dari Zuhra, dia menghambur ke arah pintu dan keluar dengan cepat, dia masih dapat mendengar tangisan Zuhra dikamarnya, riza segera menuju masjid, dia melakukan shalat, yang tadi tertunda dengan mengunakan sarung dimasjid, setelah shalat, Riza memohon ampun kepada Allah air mata terus mengalir membasahi pipi, menetes  di atas lantai masjid yang kering, hatinya gemetar saat mengingat apa yang telah dia alami, dia takut jika Allah tidak mengampuni kesalahan dan kelalaiannya, mungkin nerakalah tempatnya kembali nanti. Riza semakin menangis, selepas shalat dan mengganti celananya kembali,  dia bergeges ke ruang abi karna tidak berani ke kamar, khawatir kalau Zuhra masih di sana.
Hari sudah mulai gelap Hingga tengah malam Riza tidak berminat untuk tidur di kamarnya, dia memilih tidur di ruang abi, nyamuk yang begitu mengganggu membuat suara tepukan tangan Riza mengundang perhatian ustadz Amri yang kebetulan lewat, dengan hati-hati usrtadz membuka pintu ruang abi, spontan Riza kaget dan bangun dari tempatnya bersandar.
‘’astaghfirullah, ustadz saya sangka siapa..!” riza kaget
‘’Assalamu’alaikum mas Riza..!
‘’Wa’alaikum salam ustadz..
‘’mas kenapa masih disini? Banyak nyamuk, kenapa tidak tidur dikamar? Selidik ustadz Amri
Riza diam sejenak,ustadz memaksa untuk Riza memberikan alasan yang tepat, Riza yang tidak pandai berbohong kemudian menceritakan semua yang terjadi dikamarnya siang tadi.
‘’Allah, kenapa dia senekat itu! Gumam ustadz Amri dengan nada kaget tidak percaya.
‘’dia bilang suka sama saya mas,tapi saya tidak menduga dia akan bertindak seperti itu, saya bilang kalau saya sayang dia hanya sebatas adik, namun, dia tidak menerima dengan baik ucapan saya itu, maafkan saya mas, saya sempat melihat rambut yang merupakan auratnya, semua itu karna dia sudah terlanjur melepas kerudung.
‘’ tidak perlu minta maaf mas, saya percaya dan bisa mengerti , besok kita akan bicarakan ini bersama, serta kita minta keterangan dari Zuhra, ini tidak bisa dibiarkan, bisa-bisa semua santri akan lancang, untuk malam ini silahkan mas tidur dikamar saya..! jelas ustadz amri
“ terima kasih, sebaiknya jangan, saya tidur disini saja..!
“ disini banyak nyamuk, juga tidak ada ranjang, menambah seorang rekan tidak akan membuat sempit ranjang saya.
‘’baiklah mas, terima kasih..!
‘’sama-sama, ayo mari mas..
Malam itu Riza tidur dikamar ustadz Amri,selang dua jam, Riza bangun melakukan shalat malam, setelah puas menangis dalam do’anya dia tertidur, dan kembali bangun jam 05:00 pagi untuk melakukan shalat shubuh.
Saat mengambil wudhu dia sempat melihat Zuhra bersama ummi Salamah, istri abi sulaiman. Raut muka ummi tampak sangat tidak bersahabat, namun Riza tidak berani menerka apa yang akan terjadi, dengan Zuhra melihat sinis ke arahnya  membuat Riza canggung menjumpai ummi.
Hari sudah petang, Riza belum juga beranjak dari tempat dia melantunkan al-qur’annya, ustadz Amri sudah dari subuh berada di masjid, hari ini akhir dari semua tugas Riza, berhubung, sore nanti abi akan segera tiba di pasantren, waktu seakan sangat cepat berlalu.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam..!
Riza menjawab salam ustadz yang ternyata sudah berada disampingnya yang semula tanpa di sadari.
‘’Riza semua menunggumu di ruang abi, perihal masalahmu bersama Zuhra kemarin, saya beritahu Zuhra telah menfitnahmu, dan saya tidak mampu membela, karna ummi mempunyai bukti, namun saya percaya sama kamu mas Riza..!
Afi tidak berkata sepatah kata pun, mulutnya bagaikan di perintah untuk diam, air mata membasahi pipinya, bukan karena dia takut akan fitnah yang akan diterima,namun, rasa takut kepada Allah yang sangat mendalam.
Kakinya melangkah ke tempat semua berkumpul, saat pintu ruangan terbuka, semua mata tertuju padanya.bagaikan seekor kucing di antara para singa yang siap menelan dengan ganas,Riza mengucapkan salam dengan tenang, seisi ruangan menjawab, ummi tersenyum, Riza membalas seperti biasa.
‘’ Riza, ceritakan semua yang kamu dan Zuhra lakukan siang kemarin..! pinta ummi
Dengan air mata berurai, Riza menceritakan semua tanpa ada sedikitpun yang di tambah maupun di kurangi, ummi menerima dan mendengar semua dengan sabar, disaat Riza menjelaskan,Zuhra membantah dengan tegas bahwa Riza memang telah menyentuhnya, Riza kaget, mendengar perbuatan yang tidak pernah dia lakukan di utarakan, tetapi, dia mencoba untuk tetap tenang, Zuhra semakin tidak suka.
‘’ sudahlah mas, kamu memang telah menyentuhku hingga hidupku hancur semacam ini,ummi, diam itu artinya benar..! lantang Zuhra
‘’ Riza, kenapa kamu diam nak? Tanya unmmi
‘’ummi, untuk apa saya bersikeras di sini, untuk apa saya berdebat dengan susah  payah, atas semua perbuatan yang tidak pernah saya lakukan, hanya Allah yang tau semuanya, dan saya yakin hanya pengadilan Allah pulalah yang mampu membuktikan bahwa ini hanya fitnah dunia bagi saya...!
“diam kamu mas! Kata Zuhra memotong pembicaraan Riza
‘’ kamu yang diam Zuhra, biarkan Riza menjelaskan, baru kamu akan membantah, jika kamu tidak bisa diam, maka kamu lah yang pantas dikatakan bersalah! Jelas ustadz Amri
Zuhra tidak dapat bersua lagi, dia diam seribu bahasa, ustadz yang semula membentak Zuhra, mempersilahkan Riza kembali melanjutkan penjelasannya.
‘’mas Riza, silahkan penjelasannya!
‘’ demi Allah, semua seperti yang saya jelaskan tadi, tidak mungkin saya berbohong,karna saya takut sama Allah, Allah Maha Tau atas semua yang saya kerjakan.!
‘’ tetapi hasil yang sudah ada memang Zuhra tidak perawan lagi, dan itu membuktikan kamu bersalah..! jelas ummi
‘’Astaghfirullah, perihal itu sungguh saya tidak tahu, saya sudah membela diri sebisa saya ummi, saya terima semua hukuman yang ummi berikan untuk saya, tetapi saya tidak akan pernah menerima tuduhan ini..!
‘’sudahlah Riza, kamu jangan membantah lagi, semua bukti sudah jelas, maling mana ada yang mau ngaku..! kata ustadz Abdul yang tidak suka dengan Riza.
Riza mengangkat kepalanya yang tertunduk, sesuatu melintas di pikirannya, dia merasa ada yang janggal dengan semua bukti yang ada, dengan tidak mempedulikan ustadz Abdul yang semula menjatuhkannya dia lantang bertanya..
‘’maaf ummi, bisakah saya tahu kapan hasil visum itu keluar? Tanya Riza
‘’ tadi subuh, Zuhra menyerahkannya kepada ummi.
‘’ummi maaf jika saya lancang, bagaimana mungkin hasil keluar secepat itu, bukankah kejadian Zuhra menemui saya kemarin..?
Zuhra yang mendengar penjelasanRiza mengangkat kepalanya, raut muka Zuhra tampak kaget juga tidak berani membantah, ummi membenarkan apa yang Riza katakan, yang kemudian menoleh kepada Zuhra.
‘’ Zuhra, apa jawaban kamu?
‘’karna dokter yang memeriksa Zuhra adalah pamannya ummi.! Jawab ustadz Abdul spontan
‘’ dari mana anda tahu? Perhatian ummi berpusat kepada jawaban ustadz Abdul
‘’ saya... saya di ceritakan oleh Zuhra ummi..! jawab Abdul gugup
Allahuakbar...... Allahuakbar.....
Azan magrib berkumandang dengan merdu dari masjid, sidang untuk sementara di tunda, sudah waktu shlat dan juga sembari menunggu abi pulang. Saat semua bergegas bergegas hendak shalat, Riza mencium lembut tangan ummi, ummi membalas dengan senyuman dapat dirasakan oleh Riza, tangan tua itu menyentuh ubun-ubun nya.
Namun tak disangka saat mereka keluar, mobil yang membawa abi telah tiba di halaman pasantren, semua bergegas menemui abi, Riza berjalan paling belakang dengan beriringan bersama Zuhra dan ustadz Abdul yang melihatnya dengan tatapan sinis, Riza membalas dengan senyuman, walaupun senyumannya akan sia- sia karena tidak di balas, malah membuang muka, Riza berikhtifar dalam hati. Abi sempat memperhatikan Riza, Zuhra dan ustadz Abdul, juga merasa ada yang janggal, semua bersalaman menyambut kedatangan abi, Riza mencoba tersenyum dan mengucap salam, abi membalas dengan seulas senyuman, kemudian sama-sama mengerjakan shalat  di masjid, abi berdiri sebagai imam.
Tengah malam, Riza melaksanakan shalat malamnya, dan kembali menangis di setiap bait-bait do’a yang di lantunkan yang membuat hatinya bergetar, air mata jatuh membasahi sajadah tempatnya bersujud kepada Allah, Dia memohon ampun dan petunjuk dari tuhan yang Maha segalanya, agar terbukti bahwa semua yang terjadi atas dirinya hanyalah fitnah, tiba-tiba Riza kepikiran abi, ingin rasanya dia menanyakan kesehatan abi, juga ingin mendengar pengalaman maupun ilmu yang abi peroleh selama di Turki.
Orang yang sedang di pikirkan Riza, kaget mendengar penjelasan ummi Salamah, istrinya, perihal masalah Riza dan Zuhra, berkali-kali abi berikhtifar.
‘’ummi, sungguh abi tidak dapat mempercayakan Riza berbuat begitu, abi sudah sangat cukup mengenalnya, sejak kecil dia sudah berada di sini..!
‘’ummi juga gak percaya bi, tetapi ummi juga gak bisa membela tanpa bukti, tadi juga Riza membantah tentang hasil yang di tunjukkan Zuhra.
Ummi menjelaskan semua yang terjadi dalam sidang petang tadi, sesaat abi berpikir dan membenarkan perkataan Riza yang di jelaskan oleh istrinya, kemudian dia mengangkat ganggang telpon dan tampak memghubungi seseorang, setelah beberapa menit larut dalam pembicaraan, abi menutup telpon sembari mengucapkan terima kasih dan menjawab salam dari lawan bicara di seberang, dan kembali menemui istrinya.
‘’ abi menghubungi siapa? Tanya ummi
‘’ seseorang yang akan membantu menyelidiki semua ini mii..!
‘’ ummi masih takut Riza akan terbukti bersalah, padahal kita yakin dia gak mungkin atas semua ini, ummi yakin ini fitnah bi.!
‘’ ya abi juga berpikir demikian, kita berdo’a saja. Insya Allah besok akan tuntas semuanya, abi akan mencoba mencari bukti dan saksi...
‘’ Aminn, Allah pasti di pihak yang benar..!
Esok paginya, matahari terbit dengan kilauan cahaya memancar ke bumi, langit tampak sangat cerah dan mempesona, Riza sibuk menimba air untuk keperluan memasak dan mencuci. Hari masih terlalu pagi, masih di selimuti kabut, Riza masih berada di kamar ustadz Amri, karna dia tidak di izinkan untuk balik ke kamarnya olah ustadz Amri sebelum masalah ini selesai, Riza menuruti semua nasehat itu, dia terduduk di samping sumur dengan bermandikan peluh yang membuncah, ustadz Amri sudah berada di samping Riza.
‘’ Assalamu’alaikum...!
‘’Wa’alaikum salam..! Riza menoleh dan tersenyum
‘’ capek mas?
‘’sedikit ustadz ..! jawab Riza
‘’ anggap saja ini olahraga, kan masih pagi, jadi sehat..!
‘’ iya ustadz! Jawab Riza tersenyum
‘’ saya rasa, saya lebih suka mas Riza memanggil saya dengan sebutan mas saja, umur kita juga tidak jauh berbeda..!
Kenapa begitu ustadz..?
‘’ karna saya mau lebih akrab saja, mungkin dengan sebutan mas akan lebih menyenangkan..!
‘’ baik mas..! seraya tersenyum bersama
Waktu zuhur  telah berlalu, tepat jam 16:14 setelah shalat ashar, sidang kembali di lanjudkan.
Riza mengucap bismillah dan melangkah ,menuju ke ruangan abi, kemana mas Amri ya? Batin Riza
Setibanya di ruangan abi, tidak ada seorang pun di sana kecuali abi, Riza memberi salam seperti biasa, dengan senang hati abi menjawab dan bangun dari tempatnya bersandar. Kemana ummi dan yang lainnya bi? Tanya Riza sembari mencium tangan abi
Abi memeluk hangat Riza, bagaikan anak yang sudah lama ditinggalkannya dan bertemu kembali setelah bertahun-tahun berpisah.
‘’ mereka semua sudah ada di masjid, hari ini akan berlangsung di masjid..!
‘’ mari kita kesana bi..!
‘’ kenapa kamu sangat tenang nak? Tanya ummi keluar dari kamar mandi dengan air mata berurai
‘’ ummi...! Riza mencium tangan lembut ummi
‘’ untuk apa saya risau ummi, saya tidak pernah melakukan itu semua, saya yakin Allah akan menolong orang yang benar, seperti Allah menolong nabi yusuf dari fitnah zulaikha! Jelas Riza
‘’ sungguh tentram hatimu nak..! ummi tersenyum dengan lembut, kelembutan laksana seorang ibu, abi menyapu butiran bening dipipinya.
‘’ Riza mari kita ke masjid, abi harap kamu bisa bersikap tenang..!
‘’ baik abi..!
Mereka berjalan ke arah masjid, beriringan dengan tenang, sesampainya disana,  semua telah hadir dan menunggu mereka, abi membawa sebuah amplop besar yang tidak diketahui isinya oleh Riza, saat mereka memasuki masjid, dua wajah tidak senang melihat benci ke arah Riza, namun tidak lagi saat pandangan mereka tertangkap oleh abi, mereka menunduk, Zuhra tampak sangat gelisah, abi mulai membuka sidang yang akan dilanjutkan, setelah memberi salam, semua yang ada di ruangan itu serempak menjawab.
‘’ saya sebagai pimpinan pasantren merasa kecewa dengan semua masalah ini, jujur saya tidak menyangka murid-murid yang sangat saya banggakan bahkan saya percayakan akan berbuat tindakan semacam ini, tujuan kita semua berkumpul ialah melanjutkan sidang yang kemarin sempat tertunda, untuk itu saya persilakan untuk ummi menjelaskan apa yang telah di bahas kemarin..!
Ummi menjelaskan dengan rinci hingga tidak ada yang terlewatkan, sesekali ummi mencuri pandangan ke arah Riza yang tertunduk, dan ke arah Zuhra yang tampak pucat, dengan semua ketenangan, setelah ummi menjelaskan, abi mempersilahkan Riza untuk menjelaskan kembali. Dengan senang Riza menjelaskan. Setelah mendengar penjelasan muridnya itu, abi berjalan ke arah pintu, entah siapa yang akan di temuinya, tiba-tiba ustadz Amri masuk mengikuti langkah abi ke tempat yang telah dipersiapkan, sembari menyerahkan sebuah bungkusan kotak sedang ke tangan abi.
‘’Zuhra, apa benar kamu melepas jelbab di ranjang Riza? Tanya abi menyelidiki
‘’ Benar abi, karna Riza menarik jelbab saya..! ucap Zuhra dengan air mata palsunya.
‘’ tolong ustadz Amri jelaskan apa yang anda ketahui..! pinta abi.
‘’ sebelumnya saya mohon maaf, saya sudah lancang memasuki kamar mas Riza,  begini, tepat pagi tadi, saya masuk ke kamar mas Riza, kemudian saya menemukan kerudung Zuhra disana, saya bersama rekan-rekan sudah membawa untuk mengetahui hasil LAB. Dan terbukti disini tidak terdapat bekas jari Riza, hanya ada bekas jari Zuhra, berarti kami simpulkan semua penjelasan Zuhra tidak benar, bahkan tidak ada buktinya...!
Zuhra sangat terkejut mendengar penjelasan itu, mukanya sangat pucat, bagaikan tidak ada lagi setetes darah pun di tubuh itu.
Tiba-tiba...
Brakkk....
Suara pintu masjid yang di dorong paksa, terbentur dinding, seisi ruangan kaget. Sosok tubuh tegap dan ganas , masuk ke ruangan mesjid yang sederhana . orang itu berjalan ke arah mereka berkumpul ,Zuhra bangun dari duduknya  dan memeluk erat kaki orang yang tanpa sopan itu , dengan refleks orang yang di peluk Zuhra, mendorong keras Zuhra ke lantai , hingga kepalanya terbentur yang mengalirkan darah segar, Zuhra menangis dengan rasa ketakutan yang mendalam.
‘’ dasar kamu anak tidak tahu malu, kamu ini sudah membuat kami keluarga kamu malu, dengan makhluk  yang ada didalam perutmu itu, ..! geram orang itu menendang Zuhra yang merintis kesakitan.
Riza terkejut dengan kejadian itu, hatinya bertanya-tanya siapa orang itu,  siapa yang dibuat malu oleh Zuhra, dan apa yang di maksud makhluk dalam perut itu?
Astaghfirullah, ucap Riza lirih, dia menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang lahir dari benaknya. Perasaannya mengatakan bahwa Zuhra hamil, dan itu jelas membuktikan bahwa dia tidak bersalah, dan yang terlihat sangat murka itu adalah ayahnya, wajah Riza terlihat sangat pucat
Abi bangun dari tempat duduknya, dan berusaha menenangkan ayah Zuhra, namun, dia sudah sangat murka, dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya,  caci maki terlontarkan kepada Zuhra, kembali tangan itu melayang ke pelipis Zuhra, muka Zuhra penuh lembab dan darah.
‘’ ayah...ampun...ampun..! tangis Zuhra
‘’ tidak ada ampun buat kamu anak kurang ajar, mati lah yang pantas untuk kamu anak iblis..!
Tiba-tiba ayah Zuhra mengeluarkan sebuah pistol, yang seakan-akan siap menumpahkan semua isi kepala Zuhra, pistol itu di arahkan tepat ke kepala Zuhra. Riza sangat pucat tubuhnya bergetar, tidak pernah dia menyangka kejadian seperti ini akan terjadi. Ayah Zuhra membuka kunci pistol, yang hendak langsung membunuh Zuhra, dengan cepat Riza melompat merebut senjata itu dengan paksa, namun, pistol itu terjatuh tepat di depan ustadz Abdul, ayah Zuhra dengan geram memukul keras kepala Riza, ummi menangis menjerit, abi mencoba melerai, namun tidak ada guna, tubuh tua abi tak punya banyak kekuatan untuk melawan, ustadz Abdul mengambil pistol itu, Riza meminta agar pistol itu di singkirkan,, kembali pukulan ayah Zuhra menghantam keras muka Riza, bibirnya pecah diiringi tetesan darah, sesaat Riza kembali menyuruh ustadz Abdul menyingkirkan jauh-jauh pistol itu, tanpa di sangka ustadz Abdul mengarahkan ke arah Riza, dari belakang  ayah Zuhra kembali menyerang, dengan spontan Riza menunduk, hingga pelurunya menembus dada ayah Zuhra, , Abdul berlari keluar, namun terlambat, polisi sudah berada di luar dan meringkus Abdul,  juga mengangkat mayat ayah Zuhra, Zuhra menangis hisrteris, dia memeluk erat tubuh ayahnya, dia mengikuti mobil yang membawa ayahnya, dan mungkin tidak akan kembali ke pasantren, dia sempat meminta maaf kepada semua yang berada di ruangan itu, termasuk kepada Riza.
Riza pingsan, semua yang ada membawa Riza ke rumah sakit terdekat, abi memutuskan ikut, ummi dirawat di pasantren , karna ummi hanya shok, sedangkan Riza parah di bagian kepala dan muka.
Hari-hari berlalu, sudah seminggu Riza di rawat di rumah sakit, tidak sadarkan diri,surat al-baqarah kesukaannya terlantun indah dari mulut itu, seakan menenengkan jiwanya, dokter bilang kepalanya sudah mendingan, namun, dia belum juga sadarkan diri, abi kembali keruang Riza dirawat, abi memandang lekat-lekat wajah Riza,kembali abi menunduk, semua rekan-rekan yang menjenguk sudah kembali disaat abi masuk,
Abi berjalan ke arah jendela, memandang ramainya kota...
Bunda..... ! suara lirih Riza
Abi kembali ke ranjang Riza, dia telah sadar, namun belum membuka mata, perlahan mata itu bergerak membuka, abi berdiri tepat di hadapan Riza, kata syukur tanpa henti di panjatkan kepada Allah.
‘’abi..!
‘’kamu sudah sadar nak, apa kamu lapar?  Tanya abi
‘’ tidak bi, saya dimana?
‘’ kamu dirumah sakit..!
Abi memberi tahu kabar Riza yang telah sadar,
Dua hari pun berlalu, Riza di izinkan untuk pulang, di pasantren Riza menjalankan kembali hari-hari indahnya bersama orang-orang yang di kasihi, saat Riza sedang membaca dan membuat jadwal untuk anak-anak baru, mas Amri datang menemui Riza.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam..!
‘’mas, dipanggil abi di ruangan..!
‘’kira-kira ada apa ya mas? Tanya Riza heran
‘’oh, saya tidak tahu mas, saya hanya menyampaikan pesan, selain itu saya tidak tahu, kalau begitu saya permisi dulu, ada jadwal mengajar. Assalamu’alaikum...!
‘’wa’alaikum salam..!
Dengan penasaran Riza berjalan menelusuri halaman depan pasantren melangkah ke tempat dimana abi menunggu. Desiknya angin menyejukkan tubuh, membuat alunan indah di telinga, sayup-sayup acap terdengar suara gemuruh kendaraan di jalanan, sesampai ditempat abi, Riza mengetuk pintu sembari mengucap salam , abi menjawab dari dalam dan mempersilahkan Riza untuk masuk.
‘’ ada yang bisa saya bantu bi? Tanya Riza mencium tangan abi
‘’ duduk dulu nak..!
Riza menuruti perintah abi
‘’ begini, abi ingin menanyakan sesuatu sama kamu, bisa?
‘’ bisa bi, silahkan..!
‘’apakah kamu sudah siap untuk menikah..?
Jantung Riza seakan berhenti untuk berdetak, acap jelas di telinganya pertanyaan yang di lontarkan abi, pertanyaan yang tidak pernah terpikir, pertanyaan yang tidak pernah dia ketahui jawaban yang sesungguhnya. Riza terdiam, gemuruh hati dan pikiran terus terjadi silih berganti, kadang-kadang dia suka mengabaikan yang namanya pernikahan, bagaimana mungkan dia meminang seorang gadis sedangkan dia bukan orang yang berada, mana ada yang mau dengannya. Berkali-kali rekannya bertanya namun, dia selalu memberikan jawaban yang sekedar untuk bergurau, tetapi sekarang berbeda, dihadapanya sekarang adalah abi, bukan rekan-rekannya, seorang yang sudah dianggap sebagai orang tua dalam hidup Riza, orang yang sangat dikasihi, jelas ini bukanlah sekedar bercanda, wajah teduh abi penuh pengharapan atas jawaban Riza, yang akan terucap dari kedua bibirnya, bibir yang selalu bermunajat kepada Allah.
‘’Riza... kenapa nak?
‘’saya...saya tidak apa-apa bi..! jawab Riza gugup
‘’tetapi kenapa tiba-tiba abi menyinggung pernikahan? Tanya Riza lagi
‘’ umur kamu sudah cukup matang untuk membina rumah tangga nak, apa yang kamu harapkan lagi? Pernikahan juga suatu ibadah, bukankah kamu pernah bercerita bahwa bundamu dikampung, sangat mengharapkan suatu hari kamu akan mengenalkan dan membawa seorang wanita sebagai istrimu, membangun rumah tangga yang bahagia, ..! jelas abi
Riza hanya bisa terdiam , kristal bening jatuh dari sudut mata membasahi pipinya , penjelasan Abi sungguh menyayat lembut relung hati Riza . Kata-kata Abi tertancap begitu dalam di sanubari , mencerminkan kegundahan jiwa yang dia rasakan , Abi menatabnya dalam , perlahan Riza mulai membuka gerakan hendak mengutarakan sesuatu kepada Abi.
‘’sungguh saya tidak punya calon , jika Abi berkenan silahkan pilih yang terbaik untuk saya ,saya tidak pernah menuntut banyak atas pilihan Abi , karena saya percaya jika Abi pasti akan memilih yang terbaik bagi saya . Saya percaya , karena Abi sudah seperti orang tua untuk saya ! jelas Riza pasrah .
‘’Alhamdulillah , Abi akan mencoba . Insya Allah akan menjadi yang terbaik !
‘’Amin , saya punya satu persyaratan saja Abi !
‘’Jika Abi nanti menemukan calon untuk saya , saya ingin dia mampu menjalani kewajiban kepada allah , dan tidak kasar kepada orang tua saya !
‘’Baik nak , Abi akan mencari yang demikian , insya allah ada.Kalau begitu Abi permisi dulu , ada ceramah di mesjid lipah . assalamualaikum !
‘’waalaikum salam !
Hari terus berlalu , waktu terus berputar tanpa henti . Sudah seminggu , tidak ada kabar dari pembicaraannya dengan Abi minggu lalu . Riza duduk termenung, memerhatikan dahan yang bergoyang sambut menyambut diterpa angin pagi . Seusai shalat shubuh, Riza tidak tidur lagi , dia mencuci pakaian dan membereskan perpustakaan. Dua hari lalu dia telah melamar pekerjaan menjadi sopir di salah satu kantor di kota . Namun tidak disangka dengan kesopanan yang dia miliki , dia diterima dibidang mengurus gudang . dia tidak perlu bekerja setiap hari , namun hanya masuk tiga kali saja dalam seminggu, tentu saja tidak akan mengganggu aktifitasnya di pesantren . Dengan demikian Riza bisa lebih leluasa membagi waktu.pikirannya menerawang jauh , Akankah Abi tidak menemukan wanita yang cocok denganku ? batin Riza
Angin membelai lembut tubuhnya, matahari memancarkan sinar terang yang gemilang, menyentuh lembut di kulit dengan lembut dan panas yang terpancar ke bumi, Riza masih termenung memikirkan abi.
*
Orang yang sedang di pikirkan oleh Riza, sedang berada di salah satu masjid di banda aceh, menunggu orang yang di nantikan, berkali-kali abi mengusap peluh di dahi yang sudah bercucuran, mataharisudah berada di pertengahan , suara kendaraan riuh menghiasi jalan, laut bergelombang riang menunggu tibanya sang senja, sebuah mobil sedan berhenti di halaman masjid, abi masih bersandar, empat orang manusia tampak keluar dari mobil dan melangkah menuju masjid, abi yang datang bersama ummi beserta dua kerabat pasantren, bersiap-siap bangun menyambut tibanya sang tamu, untuk menghormati, sesudah memberi salam, disertakan jawaban dari abi dan rombongan, sang tamu di persilahkan untuk duduk, sebelum memulai maksud yang akan di utarakan, semu berbincang-bincang seputar sejarah berkembangnya pasantren DARUL ISLAM. Abi mengucap salam untuk awal mula dari pembicaraan yang akan di bahas.
‘’Wa’alaikum salam..! semua menjawab
‘’begini, saudaraku Drs.Abdul Rizis, saya hendak meminang putri Rahmah untuk anak didik kami di pasantren..! jelas abi mantap
‘’ saya dan kerabat, sangat menghormati niat pak kiai sebagai saudara saya, namun sebelumnya saya punya pertanyaan atas saya untuk bapak..!
‘’silahkan Razis..!
‘’ putri saya adalah orang buta, tuli bisu dan cacat, Insya Allah saya yakin batin dan hatinya baik, apakah anak didik bapak itu taat kepada orang tua, mengenal Allah dan apa dia mengenal al-qur’an beserta isinya? Tanya drs. Abdul Razis mantap
‘’ abi, benarkah semua itu kekurangan putri Rahmah? Tanya ummi setengah berbisik di telinga abi
‘’ yang penting hatinya ummi, Riza pun tidak menuntut banyak atas bidadari syurganya kelak..!
‘’ saudaraku, anak didik itu SYAFIQ RIZA AL-FATTAH namanya, pemuda yang sopan, penyayang, cinta pada rasul, taat kepada  Allah, dan tau tentang kitab-kitab Allah, juga mengimani rasul dan kitab-kitab Allah. Insya Allah..!
‘’ saya senang jika itu jawaban dari pak kiai, saya akan bersedia menikahkan putri saya dengan Riza, pemuda dari tanah Aceh, namun, sebelumnya, tolong sampaikan kekurangan dari putri saya Rahmah, kemudian saya akan senantiasa menunggu jawaban, bahagia atau tidak..
‘’baik, insya Allak, sore nanti kami akan kembali ke Bireuen..
Siang itu  mereka berbincang-bincang, serta makan siang bersama, tepat menjelang waktu ashar, rombongan tamu kembali ke tempat penginapan,  karna besok pagi akan segera kembali ke Padang, abi bersiap-siap untuk segera kembali ke pasantren, ummi terlihat sangat murung,..
Sore tiba.. abi beserta rombongan kembali ke pasantren..
‘’ ummi, kenapa terlihat tidak senang..?
‘’ummi takut Riza akan kecewa dengan calon yang kita kenalkan padanya..!
’’ tidak usah risau ummi, abi yakin Riza akan bahagia..!
‘’ Insya Allah bi..!
Setelah lima jam perjalanan, mereka sampai di pasantren, abi langsung ke masjid untuk menunaikan shalat, selepas shalat abi menemukan Riza yang duduk di anak tangga masjid, abi mendekati Riza yang duduk dengan al-qu’an di tangannya.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’eh abi, Wa’alaikum salam..!
‘’abi sudah mendapatkan calon untukmu Riza..! jelas abi sembari duduk di samping Riza
Hati Riza seakan ada embun yang menetes, entah apa yang membuat hati itu sedemikian sejuk, dia berpaling memandang abi, juga tidak lupa mencium tulus tangan abi..
‘’ wanita itu dari padang, putri adik seperguruan abi saat di Cairo dulu.! Lanjut abi lagi
‘’ apa dia bisa menerima orang tua saya abi?
‘’ Insya Allah nak, tapi abi harus mengutarakan sesuatu, dan itu terserah kamu atas jawaban yang akan kamu berikan..!
‘’apa itu abi?
‘’ nama gadis itu adalah putri rahmah, orang tuanya mengatakan bahwa Rahmah bisu, tuli, buta dan cacat, namun, hatinya baik, insya Allah..!
Air mata membasahi pipinya, bukan karena dia menyesal mendapatka jodoh wanita yang penuh kekurangan, melainkan entah mengapa Riza senang, tidak pernah dia merasa senyaman itu, hatinya bergetar, dia tetap akan bersyukur dengan jodoh yang di carikan abi dia yakin itu yang terbaik untuknya,  mungkin itulah bidadari syurga yang Allah anugerahkan untuknya, yang sengaja Allah titipkan untuk di jaga oleh Riza.
‘’apa kamu menyesal nak?
‘’tidak bi, saya tidak pernah menyesal, namun, saya minta waktu untuk memohon petunjuk dari Allah,.!
‘’Alhamdulillah, abi akan menghargai apa pun jawaban darimu nak..!
‘’ baik bi, insya Allah..!
‘’abi permisi, Assalamu’alaikum..!
“Wa’alaikum salam..!
Tengah malam Riza shalat istikharah dan memohon petunjuk dari Allah, atas seorang wanita yang di pilihkan abi untuknya,  siap shalat, Riza memohon petunjuk dalam do’a panjangnya.
Allah , Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang
menetes penuh keikhlasan, hamba yakin atas semua keagungan-Mu
dari-Mu lah semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan,
cinta dan kebaikan.
Tuangkan dalam jiwa yang bergolak
ini kedamaian. Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang nyata
tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu, tuhanku
Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan
memancar terang, dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secercah
sinar kebenaran
hamba berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera.
Hanya kepada-Mu manusia dapat bersandar dan bertawakal
Allah, sesungguhnya engkau lah yang dapat menghancurkan semua keraguan, yang dapat menunjukkan jalan yang lurus yang Kau kehendaki, izinkan pilihan ini yang terbaik untukku ya Allah, tuntun aku kejalan-Mu yang benar, izinkan aku berjalan di taman surga-Mu yang indah bersama anak dan istriku kelak, ridhai aku atas segala pilihan atas hidupku..  tabahkan hatiku atas segala nikmat yang akan engkau turunkan untukku , ya Allah, engkau lah tuhanku kepada engkaulah aku memohon petunjuk atas apa yang akan aku lakukan Ya Allah semoga apapun yang akan menjadi pilihanku yang juga menjadi pilihanMu. Allah aku sangat mengharapkan kebaikan yang akan Engkau turunkan untukku, semoga ini akan menjadi yang terbaik untukku, hamba ikhlas Ya Allah, karna Engkaulah sebaik baik penolong..
amin...amin... ya rabbal a’lamin..
Riza terisak dalam do’anya air mata mengalir membasahi pipi, dia telah menetapkan hati atas pilihannya dengan mantap, dengan penuh keikhlasan, dia telah menyerahkan semuanya kepada keridhaan Allah, perlahan dia menyapu air mata yang mengalir lembut, Riza mendekap muka dengan kedua tangannya, berbaring di atas sajadah hingga dia tertidur.
Waktu subuh tiba, Riza bangun melaksanakan shalat subuh, hari ini dia telah mantap untuk menemui abi, serta memberi jawaban, setelah shalat dan merasa matahari sudah cukup terang, Riza berjalan hendak menjumpai abi, kebetulan dia bertemu abi di masjid, dan menemuinya, abi mengajak Riza agar ke rumah, Riza menuruti dengan senang hati, sesampai di rumah abi, mereka hanya ber dua, din karenakan ummi pergi mengikuti pengajian di kampung sebelah, abi duduk di hadapan abi, tidak ada jamuan yang berlebihan, ummi dan abi tidak mempunyai anak, jadi sudah wajar rumah selalu sepi.
‘’ apa kamu sudah menemukan jawabannya nak? Tanya abi memulai
‘’insya Allah sudah bi, !
‘’bagaimana jawaban mu nak?
‘’saya menerima perjodohan ini bi.! Jawab Riza mantap, muka abi terlihat sangat bahagia
‘’tapi, bagaimana akan kekurangannya Riza? Apa kamu sanggup?
‘’insya Allah saya sanggup bi,.!
‘’ Alhamdulillah,abi senang Riza, nanti akan abi bicarakan dengan keluarga putri Rahmah..
‘’ baik bi, kalau begitu saya mohon diri, Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam..!
Riza kembali ke masjid, melaksanakan tugasnya memberi ceramah setiap hari rabu, dia merasa lega atas jawaban yang dia berikan kepada abi,
Setelah dua hari berlalu, abi menemui Riza di masjid, memberi kabar bahwa ijab kabul akan dilaksanakan dua hari lagi dengan tanpa di hadiri oleh sang calon istri, Riza menyetujui semua perkataan abi, dia senang hanya akan melihat dan menyentuh seorang wanita yang akan menjadi bidadari dalam hidupnya pada malam setelah pernikahannya., namun Riza tidak dapat mengundang orang tuanya karena mereka tidak akan bisa pergi, orang tua Riza pernah mengalami kecelakaan, dan cacat, hingga dia mesti berada di pasantre telah lama. Dia pernah berjanji pada bundanya bahwa suatu hari dia akan membawa seorang wanita yang akan menjadi istrinya, Riza senang, janji itu akan segera di tepati Riza terhadap kedua orang tuanya.
Hari pernikahan yang telah di tentukan pun di gelar, hari yang sangat bersejarah dalam hidup Riza, hari yang telah lama di nantikannya, acara itu digelar dengan sederhana, kedua keluarga menyetujui digelar di pasantren, setelah ijab kabul berlangsung, Riza telah mempunyai tanggung jawab terhadap seorang wanita yang telah dinikahinya.
Saat acara lekas selesai, ayah istri Riza menemuinya,
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam, ! Riza mencium tangan orang tua di depannya.
‘’bolehkah saya merangkul ayah..!
‘’ silahkan anakku..! Riza merangkul orang yang sudah menjadi ayahnya.
‘’ nak, temuilah istrimu dikamar, ayah sudah menyuruhnya menunggu mu di kamar kalian..!
‘’baik ayah, Assalamu’alaikum.
“Wa’alaikum salam..!
Perlahan Riza melangkah menemui istrinya, jantungnya berdebar dengan sangat cepat, Riza mengucap bismillah sebelum bembuka pintu, perlahan, pintu bergerak terbuka. Setelah beberapa langkah maju, Riza terkejut melihat punggung wanita dengan mengenakan mukena serba putih, Riza kaget, dia berlari keluar, dia sangat ingat perkataan abi, kalau istrinya buta, tuli, bisu dan cacat, tetapi wanita yang dia lihat tadi tidak cacat, sesuatu bermain dalam benaknya, dia takut apa yang terjadi antaranya dengan zuhra dulu akan terulang kembali, dia teramat takut, Riza yakin itu bukan istrinya Dia sangat ingat perkataan Abi dulu bahwa istrinya bisu buta tuli dan cacat, tidak mungkin orang cacat bisa berdiri tegak, walau dia tidak dapat melihat wajah wanita itu, wajah Riza menjadi teramat pucat dalam seketika...
‘’kenapa tidak masuk nak? Tanya ayah menghampiri Riza
“maaf yah, itu bukan Rahmah, istri saya, dia tidak cacat, !
Ayahnya tersenyum mendengar ucapan menantunya.
“Riza ayo duduk dulu...! ajak ayah
Riza duduk di sofa dan berhadapan dengan ayah mertuanya, tubuhnya masih gemetar dengan wajah masih pucat.
‘’nak, ayah memang pernah mengatakan pada abi, bahwa Rahmah, cacat, buta, tuli, dan bisu, yang ayah maksud, Rahmah cacat untuk melangkah ke tempat yang penuh dengan zina, bisu untuk membicarakan untuk orang lain, buta untuk melihat hal yang tidak berharga, dan tuli untuk mendengar yang tidak baik, ayah tidak menyekolahkan Rahmah, melainkan, ayah membiayai guru untuk mengajarkannya..!
Air mata Riza menetes, mengalir di pipinya, dia bersyukur atas semua anugerah yang telah di anugerahkan Allah untuknya. Setelah berpamitan dengan ayah, Riza kembali kekamar yang semula dia datangi,. Sesampai disana, dia bagaikan patung yang tidak dapat bersua lagi, didepannya benar-benar berdiri seorang bidadari, jika banyak pelukis dan pemahat di dunia, maka sungguh takkan mampu mereka melukis dan memahar rupa seindah ciptaan Allah ini,gadis dengan paras yang sangat cantik, Riza mematung beberapa saat, perlahan, dia memberanikan diri untuk maju, tangannya menjulur menyentuh ubun-ubun istrinya, Rahmah menyambut dam mencium tangan Riza, senyuman tulus di berikan kepada suaminya, senyuman pertamanya untuk laki-laki selain ayahnya.
‘’dik, mari kira shalat? Ajak Riza canggung
‘’ baik mas,.!
Setelah seminggu pernikahan mereka, Riza meminta izin kepada semua keluarga untuk membawa Rahmah menemui orang tuanya, setelah mendapat izin, Riza dan Rahmah pergi.
Dalam perjalanan, Riza tak hentinya memandang istri mungilnya yang tertidur, nyaman dan tentram hatinya dengan hanya memandang istri yang sangat disayangi Riza, berkali kali iya mengucap syukur atas apa yang telah Allah anungrahkan itu...
 sesampainya disana,Riza menemukan orang tuanya dihalaman rumah, dengan spontan Riza memeluk dan menangis di kedua telapak kaki bundanya.
‘’ ibu, Riza telah kembali, Riza telah membawa seorang yang akan menerima bunda, bidadari dunia dan surga Riza kelak bunda, maafkan atas semua kesalahan Riza pada bunda,,..!
Rahmah mencium tangan tua yang telah menjadi bundanya, namun, perlahan mata itu memejam, air mata mengalir bagaikan sungai yang tidak ada ujungnya, tiba-tiba tubuh bunda Riza tergolek lemah, bundanya pingsan,  Riza menangis, Riza mengangkat ke dalam..
“Bibi apa yang terjadi pada bunda?” tanya riza pada orang yang merawat bundanya.
“Sabarlah nak, saya sudah memeriksa bundamu, dan Allah sudah mengambilnya!”
 Bunda telah pergi di pertemuan mereka, setelah bertahun-tahun mereka berpisah bahkan Riza belum menuntaskan impiannya, yang dulu dia berharap saat dia pulang nanti maka dia akan merawat bundanya dengan penuh kesabaran dan kelembutan. Riza menangis, namun dia sadar bahwa dia tidak boleh terisak, orang yang dia sayang harus pergi dengan tenang. Rahmah mencoba menenangkan suaminya, seseorang menyentuh bahu Riza.
‘’sabarlah nak, bundamu sudah menunggumu sekian lama, ikhlaskan kepergiannya, jangan buat dia susah menghadap Allah! Jelas seorang yang selama ini menjaga bunda Riza
Riza bangun dan menyapu air matanya, Ya Allah, telah ku ikhlaskan kepergian bunda ku, tempatkan dia di surgamu, mudahkan dia jalan untuk menghadap mu! Batin Riza
Setelah kepergian ibunda tercintanya, Riza akan selalu mendo’akan bunda dan ayah yang di kasihinya, tidak akan pernah dia lupakan jasa yang telah Riza dapatkan dari mereka, Riza akan bangkit, dia akan memulai album baru kehidupan bersama istrinya Rahmah, bidadari dunia dan surganya.

tamat