Jumat, 17 April 2020

Cerpen: jalan takdir


Jalan takdir

Allah, dinginkan panasnya kalbu dengan salju keyakinan, dan padamkan bara jiwa dengan air keimanan....

Alunan musik di ruang keluarga merasuk indera pendengaran Nadia, pesta yang di gelar oleh teman ayahnya cukup mewah dan meriah, Nadia tidak menyukainya, namun, ayahnya memaksa untuk mengadakan acara, demi kesuksesan dalam bidang bisnis sekaligus acara untuk Nadia yang akan resmi menjadi mahasiswi.
Jam sudah menunjukkan pukul 09:00, Nadia belum juga beranjak dari ranjang mewahnya itu, dia bangun dan melangkah di depan kaca rias,  dia menyentuh kedua pipinya.
“ aku sudah dewasa, aku bukan anak SMA lagi, aku akan segera mengenal kampus!” lirih Nadia
Dia melepas rambut yang selalu di kepang satu itu, rambut panjang tergerai hingga ke bawah pinggang, sangat menggoda, pintu kamar terdengar diketuk dari luar, Nadia bangun dan membuka pintu kamarnya.
“ lagi apa kamu sayang, kok belum siap-siap, sebentar lagi ayah akan jemput kamu loh..!”  sapa seorang wanita anggun yang tak lain adalah bunda Nadia.
“ Nadia suntuk bunda, Nadia gak ingin keluar..! jawab Nadia dan kembali keranjang yang diikuti bundanya.
“ jangan begitu sayang, ayah susah payah menyediakan ini buat kamu, anak kesayangan bunda dan ayah, !” bunda mengelus kepala Nadia.
“ tapi Nadia tidak pernah menginginkannya bunda..!” lirih Nadia
“iya, bunda mengerti, tapi cobalah mengerti perasaan ayah juga... ayo pergilah ganti baju, kasian ayah menunggu...!” bundanya berlalu dari hadapan Nadia, setelah melihat anggukan dari putri semata wayang nya itu, dan sudah memastikan bahwa, Nadia akan bergabung di pesta itu.
Nadia mengikuti keinginan bundanya, dia berjaln ke arah lemari dan memilih gaun yang telah di hadiahkan ayahnya dua hari yang lalu, Nadia mengenakan gaun itu, dia terliha memesonadegan balutan gaun bewarna biru laut , dia mengoleskan sedikitbedak tipis dan lipstik di bibirnya, serta maskara untuk sedikit menghiasi bulu mata yang sudah cukup indah terbentuk itu, dia membiarkan ranbutnya erurai yang dihiasi dengan jepit rambut warna biru kesukaannya, sudah sepuluh menit Nadia menunggu kedatangan ayahnya, namun, tak juga kunjung datang.
Untuk mempersingkat waktunya bergabung dengan para tamu, Nadia memilih untuk turun seorang diri , dia berjalan perlahan menuruni tangga, disaat kakinya menyentuh anak tangga yang ke-8, semua mata tertuju padanya, hingga kaki itu menyentuh tangga yang terakhir, tida ada mata yang berkedip, seakan Nadia lah satu-satunya bunga yang sanggup mengeluarka wangi dan pesona yang sanggup mencuri berjuta pandanga ke arahnya.
Nadia memberkan senyuman terindahnya, lesung pipi terlihat jelas di wajah itu, manis dan sangat anggun, ayah Nadia yang sedari tadi terpaku dengan pesona putrinya itu tersadar, serta menghampiri putri semata wayangnya itu.
“kamu cantik sekali na,.. ini anak kesayangan ayah kan?” goda pak Razi ayah Nadia
Mendengar pujian ayahnya, Nadia hanya tersenyum, meski di lubuk hati dia tidak suka pesta itu..
  “Ndra, lo serius gak mau liat, cantik broe ....! Ucap Anto pada Indra, anak teman ayah Nadia.
Indra mengangkat kepala yang dari tadi mengamati layar ponsel di tangannya. Benar saja, sejurus kemudian dia terpaku dengan gadis yang baru saja dilihatnya.
  “Nah, gue bilang juga apa, cantik kan ?” goda Yanto yang melihat ketakjupan Indra pada Nadia.
Nadia tidak nyaman untuk berada di tengah-tengah suara musik yang keras, dia memilih menyendiri di taman, melihat indahnya bintang yang bertaburan di langit luas. Matanya tidak berkedip mencari bintang yang paling terang. Nadia menyentuh perlahan bayang-bayang bintang itu dengan tangan mungilnya. Dia hendak melangkah masuk, namun langkahnya terhenti dengan seorang yang berada di atas pohon mangga di belakang rumahnya.
 “Hei.....!”seru Nadia,orang itu menoleh.
“aku......?”tanya orang itu bingung.
“iya kamu ! ngapain disitu ? kamu bukan hantu kan?”
Setelah mendengar ucapan Nadia,dia turun mendekati gadis itu meskipun tegang.Nadia mencoba untuk bersikap biasa saja.
“Bukan, jelas aku manusia, kamu tuan rumah, ngapain di sini?” ujar cowok itu mempermainkan ranting pohon di tangannya.
“aku gak suka rame !”
“oh, gitu.... aku Indra....”
“Nadia”
“itu saja ?”
“tidak,Nadia Hanny Kanna !”
Setelah mengucapkan namanya, Nadia pamit dan berlalu. Dia menemui ayahnya di ruang tengah.
“Ayah,Nadia masuk ya, pening nih!”
“kamu sakit na?” Tanya pak Razi panik.
“ah gak yah, Cuma capek ajha kok!”
“yaudah, kamu istirahat gih...!”
Nadia mengecup lembut pipi ayah dan bundanya kebiasaan sedari kecil yang tidak pernah dilupakan terhadap kedua orang yang di kasihinya itu, Dikamar.Nadia membaringkan tubuh di atas ranjang, dia mencoba untuk memejamkan mata menunggu alam mimpi yang akan siap menghampiri.
*
Pagi yang mendung, Indra bangun pagi-pagi, mandi dan akan segera berangkat ke kampus, mama Indra sedari pagi sudah berangkat ke kantor, sudah kebiasaan setiap pagi rumah itu selalu kosong, ayah Indra tak lain adalah seorang pengusaha terkenal yang berbisnis di luar negara indonesia, jadi tidak mengherankan hanya berkumpul satu atau dua tahun sekali. Indra lah anak satu-satunya mereka, namun bagi Indra tidak ada sama sekali kebahagiaan. Walaupun kekayaan yang melimpah, dia sering merasa kesepian yang begitu dalam, dia berangkat dengan menggunakan mobil pribadinya. Kampus dengan rumah indra tidak seberapa jauh, hanya memerlukan waktu 10 menit untuk sampai, itu sudah terhitung waktu untuk mengatasi macet.
Sesampai di kampus, Indra di sambut oleh teman – temannya, Rafi, Yanto, Tomi, hanya Feri yang belum bergabung dengan mereka, sudah kebiasaan Feri selalu terlambat.
“keliatannya lo suntuk Ndra !” ujar Rafi
“gue bosan, nyokap gak pernah nyapa waktu pagi, dia gak pernah ngerti gue!”
“ udah, lo santai aja Ndra !” ujar Yanto bijak
Indra hanya bisa mengangguk dengan kata – kata sahabatnya itu, walau jauh di lubuk hatinya, dia merindukan kasih sayang sosok mama. Waktu masukpun tiba, mereka masuk ke ruang masing – masing, hanya indra dan Yanto yang satu ruang.
*
Nadia bersiap – siap untuk berangkat ke kampus, kebetulan dia hari ini masuk jam 10:00 , Bi minah,membantu keluarga nadia yang sudah bekerja sejak ayah menikah dengan bunda, Bi minah sudah menyediakan makan untuk nadia. Ayahnya yang berprofesi sebagai seorang pengusaha sudah berangkat sudah sejak pagi tadi, walau ayanh nadia seorang pengusaha namun nadia selalu mendapatkan kasihsayang yang lebih dari ke dua orang tuanya, bahkan sangat tidak pernah Bunda dan Ayah melupakan kebiasaan nadia. Jika pagi hari, di rumah hanya tinggal Bunda dan Bi Minah.
Selesai sarapan, nadia berangkat ke kampus dengan menggunakan angkutan umum, tidak pernah di menggunakan fasilitas pribadi yang telah lama di siapkan ayahnya .
Di kampus nadia menemui dosen Zahrizal, sesuai petunjuk Ayahnya, Nadia masih canggung dengan suasana kampus itu, namun dia begitu bersemangat untuk langsung mulai belajar, Nadia langsung menuju ke ruangan dengan pak Zahrizal.
“ assalamu’alaikum !” ucap pak zahrizal kepada semua yang ada di ruangan.
“Wa’alaikum salam !” semua serentak menjawab.
“ kenalkan,, yang bersama saya Nadia, dia akan menempati ruangan ini, !” dengan tegas pak Zahrizal memberi arahan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Nadia duduk di tempat yang telah di persiapkan, dan dosen memulai pelajaran, hari ini mungkin akan berlalu dengan baik bagi Nadia.....
*
Indra memasuki ruangan perpustakaan kampus yang sangat luas itu, dia mencoba untuk menghapus pikiran yang membuatnya begitu hampa. Dia berjalan menelusuri rak-rak buku yang bersih dan berkilat, tampak sangat terawat, kemudian dia memilih salah satu buku yang dianggap sangat menarik, saat sedang berjalan dering ponsel memecah lamunan Indra, saat meraih ponselnya tanpa sengaja kaki Indra tersangkut di rak buku, hingga dia terjatuh.
“mari, saya bantu!” sesosok cewek mengulurkan tangan membantu Indra berdiri, Indra menggapai tangan itu, mungil dan lembut.
“ terima.... ucapan Indra terpotong saat mengetahui sosok gadis yang berdiri di depannya.
“sama – sama, !” ucap Nadia tersenyum geli dengan tingkah Indra.
“kamu Nadia kan?”
“ iya, aku Nadia, ini obati luka kamu..!” Nadia menyerahkan obat luka.
Nadia berlalu dan duduk di salah satu meja di ruang itu, Indra terpaku melihat nadia berlalu.
Nadia menbaca buku dengan khitmat , halaman demi halaman di telusurinya, , Indra mendekati nadia dan duduk manis di hadapan. Nadia sempat tidak menyadari kehadiran indra, selepas indra menepuk meja di depan nadia, dia baru tersadar, sembari tersenyum, nadia mencoba memperbaiki duduknya.
“ eumm.. baru masuk atau pindahan?”
“ baru masuk, oya aku mau shalat dulu, udah azan, mau sekalian..?” tanya nadia sopan.
“aku, aku bukan islam nadia..!” ujar indra lirih.
“oh, maaf permisi..!” nadi berlalu dari hadapan indra, meski kaget, nadia mencoba untuk bersikap teang.
Selepas shalat, nadia kembali ke ruang perpustakaan, setelah belajar selama satu jam dia berjalan ke ruang belajarnya. Tepat jam 05:00 sore, Nadia pulang dengan kawan satu ruang yang baru saja di kenalnya.
*
“ Anto, kayaknya gue suka sama Nadia!”
Anto yang sedari tadi asik dengan layar laptop tertawa dengan pengakuan Indra, indra kesal karena merasa di tertawakan.
“iya...iya maaf terus mau lo apa ndra..?”
“gue juga gak tau, gue sering ak bisa tidur kalau mikirin dia, dan kemaren dia ajak gue shalat, tapi gue bilang bukan islam..!”
“lo coba aja tembak dia !”
“ gak semudah itu Anto, gue rasa nadia gak sama kayak cewek-cewek lain yang kita kenal.!”
*
Dirumah, mencari-cari sesuatu...
“kamu cari apa sayang?” tanya bunda
“oh gak bun, nadia cari pensil !” nadia gugup
“setelah itu, kamu makan ya?”
“ iya bunda..!”
Setelah bundanya berlalu, dia mencari kembali himgga akhirnya dia menemukannya, dia berdiri di depan cermin dan mencoba mengikat rambut panjang itu, serta mengenakan jelbab biru, wajah itu tampak anggun, nadia sudah memutuskan untuk mengenakannya, dia turun untuk sarapan, saat dia menyapa semua orang yang ada di ruangan itu, semua tertegun, merasa di perhatikan, nadia menepuk bahu bundanya.
“ na, kenapa pakek jelbab!”
“ nadia udah dewasa bunda, gak salah kan?”
“ kamu lebih cantik dengan njelbab sayang!”
Bundanya terharu dengan tekat nadia, dia  maju dan memeluk anak semata wayangnya, ayah nadia ikut memeluk anak kesayangannya, dia merasa sangat bahagia pagi ini, karena orang tuanya menghargai penampilan nadia.
Nadia berangkat kuliah seperti biasa, namun, pagi ini berangkat dengan ayahnya, tiba di kampus, nadia berjalan menuju ke ruang, namun, tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang sngat di kenalnya, yang tak lain adalah indra, dia terpaku dengan perubahan nadia, setelah tersenyum, nadia melangkah keruangnya, tiba di dalam ruang giliran teman-temannya yang menanggapi dengan reaksi orang sebelumnya, kembali nadia tersenyum, hari itu, nadia cukup lega dan bahagia.
*
“apa, nadia pakek jelbab?” anto kaget
Indra mengagguk lesu mendengar ucapan sahabatnya itu,kira-kira kenapa ya ndra…?
“Gw gak tau,tadi gw mau ajak Nadia makan,tapi gw liat perubahan dia,gw gak bias bilang apa-apa!
“Gw rasa lo ngak ada harapan untuk deketjn Nadia ndra!
“Maksud lo?”
“Ya,nyokap lo  pasti gak suka  kalau cewe lo beda agama dengan kekuarga kalian dan Nadia juga mungkin sudah menerima kenyataan!
“Terus gw harus gimana?
“Ndra,lo kan gak pernah deketin cewek,kok tiba-tiba lo malah suka sama Nadia sich?”
“Gw juga ngak tau malah gw bingung kenapa ini terjadi,malah kita beda agama lagi!
“Gw rasa lo mes….”
Belum habis kata-kata keluar dari mulut Yanto Indra sudah berlari kedepan taman untuk membantu Nadia yang terpeleset dengan rumput yang licin karena diguyur hujan semalam.Wajah Nadia kotor terkena tanah basah,bajunya berlepotan dengan lumpur dan genagan air kotor.
“kamu ngak apa-apa…?tanya Indra panik”
“gak,aku ngak kenapa-kenapa,makasih ya…!Nadia baangun dan membersihkan tanganya .”
“nih,pakek sapu tangan aku aja!tawar Indra.”
“eh ngak usah ngerepotin kamu aja!
“gak apa nih ambil!Indra menggenggamkan sapu tangan itu di tangan Nadia.Nadia tidak dapat berkata apa-apa lagi selain menerima pemberian Indra,ia membersihkan mukanya.”Namun ,baju masih  berleotan dengan tanah.
“makasih ya..nanti aku balikin sapu tangan kamu,aku harus pergi ada jam,permisi!!.
Indra tersenyum-senyum melihat kepergian Nadia,pesona seorang Nadia sangat tak bias dilupakannya,sangat tersentuh ditangannya kehangatan saat menyentuh tangan Nadia,walaupun hanya sebentar tapi ia tidak akan lupa kehangatan tangan itu,bahkan Indra ingin sekali menggenggam walau itu akan mustahil terjadi.Indra masih terpaku meski langkah dan tubuh gadis itu sudah tidak dapat dijangkau lagi oleh indra penglihatannya.Yanto mencoba mendekati Indra ,Yanto menepuk bahu Indra yang belum tersadar dari lamunannya.Indra kaget dan berpaling serta melihan Yanto berdiri di sebelahnya sambil tersenyum.
“lo harus punya pengorbanan untuk mencintai Nadia Ndra!”
“Maksud lo!”Indra heran
“Lo pikirin aja apa yang harus lo lakuin dan lo korbankan !Yanto berlalu dari hadpan Indra yang masih belum mengerti  dengan ucapan Yanto.
……….

“loh Na.kok kotor gini sich?
“ia nih,kepeleset tadi!
Makanya lain kali hati-hati dong,sana gih ganti baju,aku ada bawak baju kok tpi sedikit kebesaran!tawar Vani dengan nada khawatir.
“Iya makasih ya Van!
Selepas ganti baju,Nadia kembali ke ruang mengikuti pelajaran.Namun,langkah terhenti saat ia menabrak orang yang tidak dikenalinya itu.
“maaf saya tidak sengaja!ujar Nadia membantu orang itu berdiri.
“ya,ngak apa,
Orang itu belalu dari depan Nadia dan Nadia juga ikut kembali ke ruangannya betapa kaget Nadia ternyata orang yang ditabraknya  tadi adalah dosen agamanya.
“maaf Pak saya terlambat!
“ya silahkan duduk!
Dosen itu terlihat biasa saja namun lain bagi  Nadia,ia malu telah kurang hati-hati….
Nama saya Abdul,kalian bisa panggil saya Adul.Umur saya 28 tahun.
Berbagai prtanyaan muncul saat sesi pertanyaan dengan dosen muda itu,lain dengan Nadia yang hanya berdiam diri.Di ruangan itu hanya Nadia yang memakai jilbab walaupun semua diruangan itu mayoritas Islam.
Pertanyaan demi pertanyaan terlontarkan,Nadia hanya mengamati laptopnya.Saat materi yang diberikan selesai Pak Abdul pamit dan keluar dari ruangan.
……….

“Gw mau jujur sama Nadia Yan !”
“Gila,bisa-bisa Nadia jauhin lo!”
“Gw gak peduli yang penting dia tau perasaan gw!.”
Yanto diam,jika Indra sudah bertekat ia yakin akan susah untuk di cegah ,dia sifat sahabatnha itu prinsipnya akan susah digoyahkan.Dari kejauhan Tomi,Fery dan Rafi berjalan ke arah mereka.
“Hai broe,kok pada tegang gitu!
“Nih Indra suka sama Nadia!
“Huahahaha….Tomi tertawa terpingkal-pingkal.”
“Eh lo,bukannya bantuin gw malah ketawa!”Indra kesal.
“Iya iya maaf,terus gimana ?tanya Rafi
Diantara lima sahabat itu hanya Fery yang berfikir cepat dan dapat ide yang bagus-bagus.Namun, diajuga yang paling pendiam.
“Gw juga bingung!”
“Elo harus masuk Islam!jawab Fery santai
Ha!semua berpaling memandang Fery,ucapan Fery membuat mereka terkejut,Fery yang merasa,tidak memperdulikan dia hanya bersikap cuek.
“Gak mungkin lah,bisa mati gw sama nyokap!”
“Itu kan resiko lo,udah jtuh cinta sama Nadia!”
“Tapi ide Fery bener juga Ndra!”timpal Rafi
“Caranya?”Indra tak mengerti.
Fery memperbaiki posisi duduknya untuk menjelaskan kepada Indra.
“Gini,elo bilang dulu sama Nadia kalau lo suka sama dia,kalau dia permasalahin perbedaan agama ya…lo harus masuk islam kalau gak ya terserah lo..!”
“Wah mantap,Indra menjitak kepala Fery,dia kagum pada sahabatnya yang satu ini.Indra pergi menemui Nadia,ia mendapati Nadia di kursi taman berlakang kantin.
“Boleh aku duduk?”
“Oh ya silahkan !Nadia bergeser agar Indra dapat duduk di sampingnya.
“Na aku mau ngomong sesuatu”
Nadia tertarik mendengar ucapn Indra,ia menghentikan tangan nya yang sedang mengetik.
“Ya ngomong aja!”
“Aku ….aku suka sama kamu Na!ucap Indra lirih tapi cukup jelas terdengar di telinga Nadia,bagaikan petir yang menyambar telinganya.Namun,Nadia bersikap biasa saja,bagaimana mungkin  orang yang selama ini telah menyita pikirannya memang suka padanya.Nadia merasakan hal yang sama pada Indra tetapi ia mencoba untuk menipis perasaan itu.Nadia tahu bagaimana posisi merek,mereka berasal dari agama yang berbeda,jawaban apa yang akan diberikan?,harusakah dia menolak ?atau bagaimana.Nadia bingung harus menjawab apa,dia bingung,cukup bingug untuk menentukang jawaban,cukup lama Nadia terdiam menenangkan gemuruh hatinya.
“Halo Nadia!Indra mengipas-ngipaskan tangannya diwajah Nadia.”
“Eh, oh iya”
“Kamu ngak denger ya kamu bilang apa?”
“Iya aku denger kok,Ndra.Kamu pasti tau apa jawaban aku,kita beda agama Ndra dan itu ngak mungkin buat aku.”
“Aku akan masuk islam demi kamu.”
Nadia tersentak mendengar ucapan Indra yang sangat tegas itu.Segitu besarnyakah cinta laki-laki ini untukku?Nadia menunduk.
“Jangan masuk Islam demi aku tapi masuk Islam demi Allah!”Nadia berlalu dari hadapan Indra,hatinya masih gemetar dengan penuturan Indra.
……….

Indra duduk melamun di teras rumah mewahnya itu,ia sudah yakin untuk masuk Islam tiba-tiba.
“Ma,Indra mau masuk Islam!”Indra mencegah langkah mamanya itu yang berjalan keluar,mama Indra yang mendengar penuturan anaknya itu kaget hingga langkah itu terhenti,tiba-tiba…Plaak!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Indra,sebuah tamparan yang cukup membuat pipi kanannya panas.
“Kamu ngomong ap Indra?Mama ngak setuju!”
“Ma Idra sudah gede,Indra sudah tau mna yang benar dan mana yang gak!Indra yakin.”
“Oh,jadi maksud kamuagama keluarga kita itu sesat ya?”
Indra tidak menjawab bentakan mamanya,ia merasa jika mendengar suara azdan hatinya tentram,niat masuk Islam sudah ada sejak ia masih SMA,beda saat Ia mendengarka nyanyian di gereja malah hatinya semakin gundah.Mama Indra berlalu dengan muka yang marah dari hadapanIndra ,ia merasa anaknya benar-benar sudah keterlaluan,tetapi lain pada diri Indra. Salahkah ia mencari ketenangannya sendiri,Salahkah ia memilih kata hatinya?pertanyaan demi pertanyaan kelur dari hati Indra.
Di kamar Indra membereskan beberapa baju kedalam tas ia berniat untuk pergi beberapa hari,entah kemana tujuannya ia membawa beberapa uang lembara seratus ribu untuk kebutuhannya,juga ATM dan kartu kredit atas namanya sehingga mamanya tidak kasa untuk memblokir kartu itu sehingga Indra lebih leluasa untuk menggunakannya,dia melangkah menuruni tangga dengan tas ransel di punggung,dia melewati meja makan.
“INDRA…!”suara mama menghentikan langkah Indra,dengan malas ia menoleh kearah mamanya.
“Mau kemana kamu??”
“Mau pergi Indra mau cari kebebasan!”
Mama Indra melangkah tepat di hadapan Indra,plaak!!Sebuah tamparan  mengenai wajah indra ia meringis kesakitan.Namun,bukan Indra jika tekatnya bisa digoyahkan,Indra bukanlah orang yang akan mudah terpengaruh.Mungkin tidak ada yang bisa dipercaya olehnya,Indra betbalik hendak meninggalkan mamanya,dia tidak mengjiraukan mamanya yang marah besar.
“Indra,kalau kamu keluar melewati pintu itu maka jangan pernah kembali lagi,kamu bukan anak kami lagi!”Lantang mama Indra keras.
Indra yang mendengar bentakan mamanya itu berhenti melangkah,dia membalikkan badannya menghadap mama.Mama Indra yang berfikir bahwa anaknya sudah sadar dari emosinya,memandang Indra dari tempat ia berdiri.
“Ma,Indra udah besar maka Indra terima jika itu piliha mama.Indra tidak akan menginjak kaki dirumah ini lagi,permisi!”
Tak disangka itulah kata-kata yang keluar dari mulut Indra dan ia kembali melangkah,mama yang hanya bisa terpaku tidak dapat berbuat apa-apa dengan tingkah Indra,ia tau betul anak lelakinya itu yang sangat susah untuk digoyahkan tekatnya jangankan orang lain orangtuanya saja susah karena dia tau yang terbaik untuknya.Lain dengan mama lain pula dengan Indra,dia membawa beberapa juta uang cas dan belum tahu kemana tujuannya.
“Aku akan melamar kerja ke kantor Om Razi,dia pasti mau menerima aku!”harap Indra.
Dia melanjutkan BMW silver itu.mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi sama seperti pikiran Indra yang sedang tidak pas.Tepat diperempatan jalan Indra menginjak rem kuat-kuat,ban mobil itu menimbulkan suara decitan keras,semua yang ada disana menoleh kearah mobil itu.Seorang polisi menghampiri dan mengetuk kaca mobil Indra,dengan tenang ia membuka.
“Selamat siang mas!”
“Siang Pak!”
“Apakah mas tahu sudah mengganggu ketertiban lalu lintas karena mengemudi dengan kecepatan tinggi?”
“Maaf Pak,saya rasa saya tidak mengganggu siapa pun!”
“Dengan mas mengemudi dengan kecepatan tinggi itu sangat berbahaya bisa-bisa mas akan menghilangkan nyawa orang lain!”
“Kalau begitu saya minta maaf Pak,saya buru-buru ingin melihat Ayah saya di rumah sakit!”bohong Indra
“Bisakah mas tunjukkan SIM,KTP dan STNK!”pinta polisi itu .
Dengan tenang Indra menyerahkan,polisi itu hanya mengangguk tanda mengerti,lama polisi itu mengamati.
“Apakah saya boleh pergi Pak?”tanya Indra
“Maaf anda harus kami tilang tetapi saya tidak membawa surat tilang,bisakah anda ikut kami kekantor?”
“Maaf Pak nyawa ayah saya lebih penting dari pada ajakan bapak ini!”
Setelah mengambil surat-surt berharga itu Indra berlalu dari hadapan polisi yang bernama Haru itu,walau bagaimana pun Indra sempat melirik nama yang tertera di baju polisi Harun,yang membuat Indra bingung polisi kok ngak bawa surat tilang.Mengingat kejadiaan itu membuat Indra tersenyum kecil,Indra sempat melirik kaca spion mobilnya memastikan apakah polisi akan mengejarnya,benar saja polisi itu mengejar bahkan ia masih berusaha menertibkan pengendara lalu lintas.
“GEDUNG TEKSTIL *****”
Itulah nama yang tertera di gedung mewah itu,gedung yang slalu dipuji dan disanjung oleh masyarakat Jakarta.Gedung yang berdiri dengan tegak itu menjadi tempat favorit untuk melamar kerja.Indra menghentikan BMW itu tepat didepan gedung itu,dia berjalan masuk.Setelah cukup berurusan dengan ajudan ia berjalan keruangan om Razi.
“Selamat siang om!”Indra masuk
“Oh Indra,ya siang ,tumben,silahkan duduk!”indra duduk
“Om saya mau bekerja disini boleh?”
Mendenga  perkataan anak temannta itu Pak Razi kaget,bagaimana mungkin sedangkan ayah Indra adalah pengusaha terbesar,pikir Pak Razi dalam diam.
“Kenapa Indra?”
“Apanya yang kenapa om?”
“Ya,kenapa indra tiba-tiba meminta pekerjaan sama om?”
“Apa om keberatan?”
“Oh,sama sekali tidak,jika kamu tidak mau cerita om tidak masalah,kamu bisa mulai kerja besok,di bagian kepala gudang!”
“Terimakasih om!”
“Mama marah sama saya Indra om dan Indra mungkin tidak dianggap anak lagi bahkan Indra sudah pergi dari rumah”lanjut Indra
“Lho kenapa?Om Razi kaget
“Karena Indra mau masuk Islam!”
……….

Dikamar Nadia duduk bersila diatas ranjang dengan sebuah majalah remaja di tangan,tiba-tiba pikirannya teringat akan kejadian kemaren,kejadian yang cukup menyita waktu,hampir setiap menit Nadia memikirkan hal itu.
“Nadia!”mama berjalan masuk dan duduk disamping Nadia .
“Bunda kok belum tidur?”
“Gimana bunda mau tidur Nadia belu cium bunda!”
Dengan langsung Nadia mengecup kedua pipi itu,memang begitulah mereka meski Nadia sudah dewasa.Bermanja dengan bunda tidak akan berkurang.Bunda tersenyum merasakan ciuman putrinya itu,kecupan yang begitu hangat.
“Ayah kok ngak dicium nak?”goda ayah yang sudah berdiri di depan pintu kamar Nadia.
“Oh ayah!”Nadia berjalan menghampiri ayah dan mencium dan mencium lembut kedua pipi itu.Ayah tersenyum,menikmati kemanjaannya kepada Nadia dan Nadia kembali ke ranjang.
“Ayah,bisa keluar sebentar?”pinta bunda
“Lho kenapa,ayah mau temenin kalian!”
“Eh gak boleh ini rahasia perempuan,ayah mesti patuh!”timpal bunda
“Iya iya ayah keluar…..!”ayah mencium kedua pipi bunda dengan mesra dan segenap kelembutan yang ia miliki.
“Ayah Nadia cemburu,kan ayah punya dua bidadari!”
Ayah kembali mencium pipi Nadia,setelah tersenyum kepada dua bidadarinya,beliau pun berlalu keluar.
“Ada apa bun,kok serius amat?”
“Bunda mau baca majalah yang dikamar kamu sayang,kalau ada ayah kan bunda malu!”
Hahahaha….N adia tertawa terpingkal-pingkal,dia tidak dapat lagi menahan tawa dengan kekonyolan bunda namun,tak dapat dipungkiri Nadia sangat bersyukur dapat bermanja,dan mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua meski ia tahu banyak kawannya yang iri,tapi Nadia sangat menikmati sebelu Allah mengambil kebahagiaan itu,bagi Nadia orang tua segala-galanya walaupun bumi pengganti jelas ia tidak akan menkarnya.
Pagi yang sangat cerah,Nadia mengemaskan semua keperluannya sebelum berangkat kuliah,bunda dan ayah sudah duluan pergi ke rumah paman di Bandung,tinggallah bi minah dan satpam jika Nadia juga brangkat ke kampus.Saat Nadia membuka laci matanya tertuju pada sebuah sapu tangan yang tak lain adalah sapu tangan milik Indra yang belum dikembalikan namun sudah dicuci.Nadia meraih sapu tangan itu dan memasukkannya kedalam tas.Selepas mkan Nadia berangkat kuliah…
Di kampus Nadia mencari sosok Indra namun tidak juga menjumpainya, dia berjalan ke perpustakaan ternyata sosok Indra sedang membaca sebuah buku di sana,Nadia berjalan menghampirinya.Indra menoleh kearah yang mendekatinya ,jantung seakan berdetak sangan cepat dia hampir tidak mengontrol tingkahnya,dia seorang lelaki jadi ia pasti bisa menghadapi Nadia,seorang perempuan yang dikasihinya .Nadia duduk di depan Indra dia tidak tau harus menyapa apa,jika ia memberi salam Indra bukan muslim,lain dengan Indra jantungnya semakin scepat saat Nadia tersenyum kearahnya dan keringat dingin bercucuran didahi Indra dia berusaha sekuat mungkin untuk mengendalikan dirinya.Indra memperbaiki duduknya untuk menghilangkan grogi.
“Kamu sakit Ndra?”tanya Nadia
“Eh gak,oh iya!”aduh kok jadi gini!batin Indra
“Indra apa kamu sakit?”ulang Nadia
“Ngak kok Nan,eh ngomong-ngomong ada apa ya?”
“Ini aku mau balikin sapu tangan kamu,maaf ya terlambat aku lupa!”dia menyerahkan sapu tangan itu ke tangan Indra.
“Ya udah aku permisi!”
“Wa’alaikum salam Nadia!”lirih Indra namun sangat jelas terdengar di telinga Nadia,jantungnya bergetar hebat lngkah Nadia terhenti secara refleks,seperti ada yang memerintahkan,tubuh Nadia berbalik ke arah Indra,Nadia kembali mendekati Indra.
“Bisakah kamu ulang ucapan kamu tadi Indra?”pinta Nadia
“Wa’alaikum salam Nadia!”ulang Indra tersenyu!
“Dari mana kamu tau itu!”Nadia kembali duduk ke hadapan Indra
“Aku udah masuk Islam Na,kemarin dibantu ayah kamu!”
Nadia kaget namun ia tersenyum,sangat jelas di wajahnya kagum pada ayah,apalagi Indra ia memamerkan lusung pipi itu,Indra sangat tersentuh tak sengaja Nadia menyentuh tangan Indra dan memberi selamat,Indra merasakan kembali genggaman tangan itu tetapi ia harus menjaga sikap didepan Nadia,setelah merasa puas Nadia teringat sesuatu dan perlahan tangannya melepas genggaman tangan Indra.
“Bagaimana dengan keluarga kamu?”
“Tentu mereka marah Na,bahkan aku tidak dianggap lagi dan tidak boleh menginjakkan kaki di rumah mereka!”
Nadia terkejut dengan semua perkataan Indra ,namun ia menahan kekagetan itu,Indra telah memilih jalan yang benar Nadia yakin itu.
“Indra,apa kamu muslim karena aku?”lirih Nadia gemetar
“Tidak Na aku melakukan ini demi Allah!”Indra tersenyum
“Ya sudah,aku duluan ya,Assalamu’alaikum…!”
“Wa’alaikumsalam!!!!”
………….

12 Desemmber 2019
Indra sibuk membersihkan barang-barang di ruangan kerja sebagai kepala gudang.
“bagaimana, udah siap jadi wakil direktur?” Tanya om razi yang sudah berada di ambang pintu,memperhatikan kesibukan indra
“insya allah om,mohon petunjuknya ! indra tersenyum
Hari ini adalah hari yang menyenangkan buat indra sejak iya dipercayakan oleh om razi,jabatannya kini naik sebagai wakil direktur dikantor ayah nadia itu, sekarang indra sudah cukup mapan untuk menikah,dia sudah punya penghasilan yang melebih,namun masih saja hidup sendri dalam hati indra hanya satu nama NADIA HANNY KANNA.
Perempuan yang sudah memikat hatinya bertahun-tahun,sekarang indra tau nadia telah lulus dengan peringkat terbaik dan bekerja di salah satu lembaga sebagai pimpinan karyawan. Satu keunikan nadia yang sangat disukai indra walaupun kantor ayahnya begitu mewah,dia tetap memilih di tempat lain,sudah bertahun-tahun lamanya sosok nadia menyita pemikiran indra.

Nadia bersiap-siap untuk berangkat ke kantor ayah,hari ini dia izin kerja atas permintaa ayahnya,nadia mengenakan jilbab biru kegemarannya diambang garasi telah terparkir sebuah mobil yang bersih mengkilat.
“pak maman? Seru gadis itu.
tergopo-gopoh seorang lelaki tua menghampiri nadia,lelaki yang baru satu tahun belakangan bekerja di rumahnya.
“iya non ?
“ini buat bapak, Assalamu’alaikum !
Nadia memberikan uang lembar ratusan kepada lelaki itu,lelaki yang biasa disapa pak maman hanya bisa tersenyum.
Nadia melajukan mobil dengan santai. AC mobil membuat sejuk seisi ruang mobil yang sempit,sesampai disana, nadia memarkirkan mobilnya ditempat biasa.
Security tersenyum dengan kedatangan nadia, anak sang direktur,nadia juga ikut tersenyum memamerkan lesung pipi yang masih alami di wajah yang cukup anggun,nadia berlalu. Tidak perlu berurusan dengan sang ajudan,nadia langsung bias masuk menemui ayahnya, RAZI AUFA.
Di ruangan nadia terpaku,mengapa tidak yang ada diruangan itu bukanlah ayah namun dia tidak dapat mengenali karena membelakanginya.
“Assalamu’alaikum ! ucap nadia mengetuk pintu
“wa’alaikumussalam !.
Betapa terkejutnya nadia melihat indra berdiri tegak di depannya,nadia kembali tersenyum menghapus kekagetan di wajah dan masih tetap berfikir positif.
Indra membalas seyuman tulus gadis itu, jantung indra seakan susah untuk di atur, betapa tidak ! gadis itulah yang selalu ada dan selalu hadir dalam mimpi malamnya, melihat senyuman itu membuat hati seorang indra berbunga, sangking tertegunnya indra tiada henti memperhatikan nadia, sehingga nadia bingung dan merasa ada yang aneh dengan penampilannya.
“ ada apa ndra, apa ada yang aneh denganku?”
“oh gak, silahkan duduk!”
Nadia duduk tepat di depan meja direktur.
“ ayah aku mana? Kok kamu disini, gak baik tau!”
“siapa bilang gak baik, ini itu ruangan aku na, ayah kamu di sebelah, sekarang aku wakil ayah kamu!” jelas indra tersenyum
“oh, maaf, aku gak tahu, aku permisi, assalamu’alaikum.. !”
Nadia berbalik hendak berlalu, tiba-tiba.....
“ na, bisakah aku bicara sebentar?”
Nadia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap indra dan mengangguk tanda mengerti, dia kembali melangkah mendekati indra.
“kita ketaman aja yuk na..!”
Nadia mengikuti langkah indra, tak sadar nadia merasakan ketampanan indra, sangat mempesona, Astaghfirullah, nadia melamun yang tidak-tidak, buru-buru dia menyebut nama Allah ketika menyadarinya,  di taman, nadia dan indra duduk agak terpisah...
“kamu masih ingat gak kata-kataku dulu na?” mulai indra
“ kata-kata apa ndra, perasaan banyak yang kamu katakan kepadaku!”
Tiba-tiba, indra berjongkok di depan indra, dia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru, ya warna kesukaan nadia, yang sampai sekarang masih menjadi warna  vaforitnya, bahkan kamar nadia identik dengan serba biru,  nadia sedikit kaget...
“kamu mau gak jadi istri akun yang pertama dan yang terakhir na?”
Nadia masih diam, dia mendadak tidak dapat berpikir apa pun, dia memang menyukai indra sejak dulu, namun, nadia tidak langsung menjawab iya ataupun tidak, meski dia tahu jawaban yang sudah tersimpan di lubuk hati selama bertahun-tahun, indra memasukkan cicin di kotak itu ke jari manis nadia, kilauan emas terpancar saat sinar matahari menerpa, nadia tidak berontak sama sekali, meskipun dia sudah mulai salah tingkah, nadia tetap bersikap tenang.
“bagaimana dengan orang tua kamu ndra?”
“kanapa memang dengan mereka na, kan mereka gak menganggap aku lagi.!”
“ndra, meskipun begitu, mereka tetap orang tua kamu, aku akan mau nikah sama kamu jika kamu kenalkan mereka kepada ku..!”
“tapi itu tidak mungkin na...!” jawab indra lesu.
“demi Allah aku hanya mengharapkan izin dari mereka dan orang tuaku, tanpa itu maaf aku gak bisa...!”
“baiklah na, aku akan berusaha do’akan aku ya na...!”
Nadia tersenyum lesung pipi itu menambah keanggunan dan ciri khas seorang nadia, hati indra terasa sejuk melihat senyuman itu, ingin rasanya indra menatap mata jernih itu lebih lama, kalau saja indra tidak berpikir nadia akan marah, mungkin indra akan mengecup sekali kening itu, indra sangat menyayangi nadia, dia sangat ingat pas beraniin diri ke ruang nadia dulu, saat-saat masa kuliah walau mereka belum terlalu dekat entah mengapa waktu itu indra sangat berani.
Saat itu dengan tak sengaja indra menjatuhkan tas nadia, dan melihat secari kertas jatuh, an tertera sebuah tulisan asli dari tangan nadia. “ ku biarkan pertama kali mendapat kecupan dari seorang suami yang ku hormati dengan sepenuh hati”.
Sebab itu indra tidak akan pernah menuruti keinginannya untuk mengecup kening nadia, dia takut nadia akan berpikir yang aneh-aneh tentang dirinya.

*
“apa indra yang ayah maksud anak pak vandi yang teman bisnis ayah itu?”
“iya bun, dia sudah beberapa tahun kerja di kantor ayah, karna memilih masuk islam dia gak di akui mamanya lagi dan ayah juga sempat mikir kalau dia suka sama nadia, karna cara dia menatap nadia itu sangat berbeda, kemaren idra utarakan pada ayah kalau dia berniat untuk melamar nadia!”
“kasian dia yah, terus apa ayah terima?”
“ ya gak mungkin lah bunda, yang nikah sama indra kan nadia, jadi ayah suruh dia bilang dulu ke nadia, karna ayah mau nadia milih sendiri calon suami yang pantas untuknya, ayah ingin lihat nadia tetap hidup bahagia!”
Dua suami istri itu masih asik mengobrol dan bercanda ria, hingga sempat tak menyadari kedatangan nadia di ruang itu, nadia menghampiri kedua orang tuanya, mereka langsung terdiam nadia mencium tangan kedua orang tuanya.
“ayah, kemana aja, tadi nadia kekantor karna ayah suruh, tapi ayah gak ada disana..!” ketus nadia, dia sedikit kecewa, namun tak begitu di perlihatkan di depan orang tuanya,  tapi seakan ayah dan bunda sangat mengerti perasaan nadia, ayah menarik nafas dan memperbaki duduknya yang terlihat sedang mengatur susunan kata, dia tahu putrinya ini akan sangat marah jika tahu ayahnya berbohong , yang sebenarnya ayah menyuruh nadia datang supaya indra bisa mengobrol lebih banyak dengan nadia.
“maafin ayah na, tadi bunda sakit jadi terpaksa ayah pulang..!” alasan ayah.
“terus kenapa ayah gak bilang? Waktu nadia hubungi gak aktif lagi nomor ayah!”
“iya ayah minta maaf, tadi kebetulan lagi ada klien ayah matikan hp, dan lupa ayah hidupkan..!”
Nadia manyun, tapi akhirnya nadia tersenyum juga , tk kuasa dia marah-marah pada ayahnya, muka ayah di pasang selucu mungkin supaya nadia tidak kesal lagi, al hasil nadia tidak dapat lagi menahan tawa, nadia masih saja manja kepada orang tuanya meski sudah serbesar itu, tapi ayah dan bunda tidak pernah mempermasalahkannya.
Hari sudah mulai gelap, matahari kembali ke tempat peraduan, langit di hiasi bintang-bintang dan sang rembulan dengan setia menemani sang malam, nadia duduk menikmati keremangan malam semilir angin menyejukkan tubuh yang hanya berbalutkan sweter, nadia menikmatinya, wajah indra hadir begitu saja di pikirannya, apa yang akan dia lakukan? Akankah dia akan mengenalkan nadia kepada orang tuanya? Sebesar itukah cinta indra? Lirih batin nadia.
“na, tidurlah, ini sudah larut gak baik di luar..!” ujar bunda kepada nadia
“iya bun, !” nadia menuruti kemauan bundanya, dia bangun dan masuk kekamar setelah menghadiahkan kecupan termanisnya di kedua pipi bunda.
*
“aku harus temui papa dan mama, aku harus mintak maaf apapu yang terjadi mereka tetaplah orang tuaku, orang yang telah melahirkan dan merawatku, nadia benar aku harus bisa membuat mereka menerima keyakinanku, aku hanya butuh izin untuk meminmang seorang nadia, cinta akhiratku....”
Indra menerawang jauh seakan hatinya berdebat dengan pikiran, memutuskan suatu yang akan di lakukan indra, tekatnya sudah bulat dia akan datang menemui orang tuanya, sesuai yang di inginkan oleh nadia, indra akan memohon ampun kepada mereka.
indra berniat kepada Allah, ya sepenuhnya karna Allah, bagaimanapun indra tidak mau menjadi anak durhaka, dia mau meyakinkan orang tuanya ke jalan yang benar, indra masihlah indra yang dulu, indra yang tidak akan pernah tergoyahkan tekadnya, dan sekarang dia sudah matang untuk menghadap orang tuanya, sang mama yang selalu di rindukan oleh indra, dan papa yang sangat di nantikan kehadirannya, juga suasana rumah yang sudah bertahun-tahun di tinggalkan, termasuk juga sahabatnya yang sudah lama tak ada komunikasi dengan indra. Yang indra ketahui semua sahabatnya sudah berkerja di luar negeri, dan indra yakin suatu hari nanti mereka akan berkumpul lagi seperti masa-masa SMA dan kuliah...
Tiba-tiba indra ingat pada sosok yanto yang sangat di rindukan, mereka sudah bersama sedari kecil hingga perasaan mereka peka satu sama lain, bahkan banyak orang yang mengira mereka kakak beradik.
suara ponsel memecah lamunan indra, dia mengamati layar yang tertera nama yang begitu indah tersimpan di hatinya. NADIA SAYANG
Saat melihat nama itu, indra tersenyum sendiri, tidak lama dia meraih ponselnya.
“Assalamu’alaikum...!”
“wa’alaikum salam na... kenapa belum tidur?”
“aku belum ngantuk ndra!”
“ada apa na?”
“ aku Cuma mau tanyak keputusan kamu!”
“aku udah pikirin na, kita pergi lusa aku jemput kamu ya?”
“jangan, aku naik kendaraan umum aja, atau pinjam mobil ayah, mobilku masih di bengkel...!”
“gak, pokoknya aku jemput, tidur sana sudah malam...!”
“baik, Assalamu’alaikum indra..!
Setelah menjawab salam nadia, indra mengakhiri pembicaraan, indra tersenyum dalam diam, ntah mengapa hati dan pikirannya begitu bahagia, apa karena dia tidak sabar ingin segera menikah dengan nadia? Atau ingin segera melepas rindu kepada sosok orang tuanya. Entahlah itu semua hanya indralah yang tahu...
**
Hari yang di tunggu-tunggu indra pun tiba, hari ini adalah ahad, indra menempati janjinya pada nadia, indra menjemput nadia sangat pagi, sedangkan nadia masih siap-siap.
“itu untuk apa na?” tanya bunda melihat nadia mengoleskan coklat ke beberapa potong roti.
“buat indra bun, nadia rasa dia belum sarapan..!”
“ya udah, kalau udah pergi kamu hati-hati ya sayang..!”
“ya bun, Assalamu’alaikum..!”
“wa’alaikum salam..!”
Nadia mencium tangan dan mengecup kedua pipi bundanya, dan keluar menemui indra, nadia mendapati indra duduk di kursi teras.
“sarapan dulu ndra ini..!” nadia menyerahkan dua potong roti ke indra,
“gak usah na,m nanti di sana aja kita cari rumah makan..!”
“kalau kamu gak makan, aku gak mau pergi!” ketus nadia
“oke, oke aku makan!” indra menghabiskan kedua potong roti itu, akhirnya susu yang di bawa nadia pun kandas juga, semua masuk dengan mulus ke perut indra, hingga dia merasa cukup kenyang, baginya dengan melihat indra aja sudah sangat kenyang (hehehehe) lebay..
“makasih ya na, belum jadi istri udah perhatian banget!” goda indra yang membuat pipi nadia memerah.
“udah, ayo jalan sebelum aku berubah pikiran..!” nadia tersenyum membelakangi indra dan masuk ke mobil.
“galak amat...!”
*
“pak, tau gak orang di rumah ini kemana?” tanya indra kepada orang yang lewat di depan rumahnya.
“maaf mas saya tidak tahu..!”
“terima kasih ya pak?”
“sama-sama mas, permisi..!”
Indra heran dari pagi dia sudah menunggu di depan rumahnya namun, tak pula ada yang muncul, nadia sudah tertidur di dalam mobil terlahat sangat kelelahan, tak tega indra membangunkannya, dia juga tak mungkin pulang sebelum bertemu dengan orang tuanya.
Sebuah mobil xenia biru masuk ke perkarangan rumah besar itu, seorang wanita muda keluar, berjalan ke arah indra ya itulah mama yang selalu di rindukan indra, dia masih berdiri di tempat semula, tiba-tiba wanita itu memeluk tubuh indra, yang semula indra menyangka mamanya akan menampar ternyata salah, malah pelukan hangat itulah yang sudah bertahun-tahun tak dirasakan indra, tanpa sengaja air mata keluar dari kelopak mata indra, mamanya yang dulu dingin dan cuek, kini indra merasakan suatu kasih sayang dan kehangatan yang mengalir lembut dalam setiap aliran darah indra...
“maafin indra ma!” lirih indra mencium lutut mamanya...
“mama udah maafin kamu ndra, mama juga mintak maaf..!”
“gak ma, ini salah indra..!”
“indra, ajarin mama masuk islam..!”
Indra terpaku dengan perkataan mamanya, benarkan perempuan yang di kasihinya itu bersungguh-sungguh atau Cuma permainan saja? Tapi indra tidak mau berpikir yang aneh-aneh, memang itulah yang di dambakannya, indra mengangguk pasti..
sebuah senyuman jelas menggambarkan wajah wanita itu, nadia yang sedari tadi menyaksikan adegan itu, ikut meneteskan air mata haru dan bahagia.
akhirnya dia dapat menyatakan anak dan ibunya.dan mama indra bisa menerima perbedaan.perlahan nadia turun dari mobil.mama indra menoleh dan terpaku melihat wanita anggun dengan berbalut busana muslim,wajahnya teduh dan ceria,sebuah senyuman diberikan kepada nadia,dia membalas dengan tanpa ada paksaan.nadia berjalan meraih dan mencium tangan wanita itu.
    ‘’ma,ini nadia,aku kesini ingin minta izin sama mama dan papa untuk menikah dengannya!”
Wajah yang semula itu bahagia sekarang terlihar rona sedih yang tergambarkan.
“masuk dulu ndra, nanti mama ceritakan, ajak pula nadia masuk!”
“baik ma, ayo na...!”
Nadia dan indra melangkah beriringan masuk, indra mempersilahkan nadia duduk,m sedangkan mamanya di depan mereka.
“ndra, papa udah gak ada..!”
“maksud mama?” indra sangat kaget
“papa kamu udah meninggal dalam kecelakaan ndra, dia meninggal sebagai muslim..!”
“innalillahi wainnalillahi raji’un !” ucap indra dan nadia hampir bersamaan..
Indra tak dapat lagi menahan air matanya, bagaikan petir yang sangat keras melukai pendengaran dan hatinya, papa yang selalu di rindukan dan dinantikannya telah pergi jauh, tidak sempat indra menciumnya, tak sempat indra tersenyum semanis mungkin disaat papa menyambutnya, indra menangis dalam diam. Nadia tidak dapat berbuat apa-apa dia hanya bisa terdiam melihat indra yang sedih atas apa yang menimpa papa yang sangat di hormatinya.
“ kenapa mama gak kasih tau indra?”
“maafin mama ndra, mama udah cari kamu kemana-mana tapi tidak ada tanda-tanda kalau kamu akan berjumpa dengan mama..!”
“indra sayang papa ma,,!”
“iya, mama tahu ndra, papa pasti udah tenang disana, ini ada surat dari papa untuk kamu..!”
Indra meraih kertas kusam yang di sodorkan mamanya, tampak kertas itu sudah lama disimpan, indra membuka kertas itu terdapat beberapa kalimat jelas tertulis di lembaran kertas itu..

Dear indra yang selalu papa banggakan...
Indra, papa minta maaf sama kamu, papa udahn muslim ndra,dua ytahun sejak papa ketemu kamu itu mungkin papa kecewain kamu dan mama dengan memilih keyakinan lain, sebab itulah papa jarang pulang walau papa di jakarta, karna papa gak bisa beribadah dirumah, maafin papa ndra......
ndra, papa mengidap penyakit tumor sejak pertama kamu masuk kuliah, papa tulis  surat ini pada saat tumor itu sudah semakin ganas, papa tahu umur papa gak lama lagi, mungkin pada saat kamu membaca surat ini papa udah gak ada lagi, papa bersyukur masih bisa bertahan selama beberapa tahun, papa bersyukur sungguh ini suatu keajaiban....
papa udah gak sanggup lagi ndra, kamu gantiin papa pimpin perusahaan ya? Di jakarta.hubungi pengacara papa ndra.  Jagalah mama kamu ndra, jangan pernah sakiti hatinya, meski mama dingin dan cuek tapi yakinlah mama sangat sayang sama kamu, juga papa yang selalu merindukan kamu, jadilah anak yang selalu kami banggakan, yang selalu menjadi pelipur lara buat mama, kamu harus selalu semangat ndra.

Papa yang selalu merindukanmu (

Indra menangis membaca surat itu, baju yang di kenakan indra basah dengan air mata, matanya merah seketika mama dan nadia heran melihat indra yang menangis, taba-tiba indra memeluk erat mamanya pertama kali dalam hidup, indra terisak dalam pelukan mamanya, suatu kebahagiaan terbesar baginya tidak lupa indra memenjatkan syukur kepada allah, memang pahit di awal tapi sekaran sedikit terasa manisnya...
*
Pagi yang cerah, indra bersiap dari awal-awal sekali dai berniat pergi ke makam ayahnya dan segera ke rumah nadia , indra tidak sabar untuk segera meminang nadia, perempuan yang sangat di kasihi selain mamanya, indra sangat menyayangi nadia sepenuhnya karna Allah sayang yang sangat mendalam dan suci di lubuk hati indra, sungguh sayang yang sudah bertahun-tahun di bina dengan sangat baik oleh indra hanya untuk nadia seorang.
Mama indra keluar dengan balutan busana muslimah, indra sangat bahagia karna dapat melihat mamanya islam, dan dia pun dapat merasakan perubahan pada diri mamanya,
merekapun berangkat ke makam yamh hendak di tuju, mereka menemukan makam itu disamping sebuah makam yang kelihatan baru, karena tanahnya masih basah, oroma tanah menusuk indera penciuman mereka, sekarang indra berdiri di depan sebuah nisan yang cukup indah, nisan yang sengaja di ukir ayat Allah, mama indra sengaja membuatnya untuk papa, untuk menghargai keyakinan suaminya, indra berjongkok di depan gundukan tanah itu, indra menyiramkan air yang di bawanya ke nisan dan ke seluruh gundukan tanah itu, tak lupa juga indra memanjatkan do’anya untuk sang almarhum, setela merasa cukup puas, indra berpaling ke ara mamanya namun, indra mendapati wanita itu sedang meneteskan air mata yang semula tanpa disadarinya, indra mendekat merangkul pundak mamanya.
“sudah ma, jangan nangis lagi papa udah tenang disana, ayo kita pulang!” bujuk indra...
“mama rindu sama papa ndra..!”
“ma, ikhlaskanlah papa, supaya papa tidak terbebani papa pasti menunggu mama disana, jika mama setia sama papa!”
“mama janji ndra, tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi papa kamu di hati mama!”
“iya ma, indra percaya, ayo kita ke rumah nadia mareka pasti sudah menunggu lamaran kita ma..!”
“izinkan mama disini sebentar lagi ya ndra, kamu duluan gih ke mobil..!”
“ oke, tapi jangan lama ya ma..!”
Setelah melihat anggukan dari mama indra melangkah ke mobil, namu suara ponsel menghentikan langkahnya, sebuah pesan masuk ke ponselnya indra membukanya..

Dari .... om Razi
+6281262******
Indra.. sekarang om dirumah sakit, nadia kecelakaan kamu langsung kesini, dia kritis

Serasa petir menghantam dada indra,  badannya begitu lemas menghadapi kenyataan, bidadari hatinya terluka, hampir indra terjatuh, namun mama mencengkeram kedua lengan indra dengan kuat mencoba menompang tubuh itu, ada apa dengan semua ini Allah? Apa arti dari semua ini.... batin indra menjerit.
“ nadia ma...!”
“kenapa dengan nadia?”
“ dia....dia,, kecelakaan ma..!” ujar indra terata-bata
“dimana ndra..?”
“ indra gak tahu ma, tapi sekarang sudah di bawa ke rumah sakit!” indra mengatur kembali nafasnya.
“cepat kita ke sana..!”
Indra duduk dikursi depan, samping mamanya indra tidak dibolehkan untuk mengemudi dalam keadaan risau seperti itu, khawatir jika hal yang tidak di inginkan terjadi, pikiran indra menerawang jauh kepada sosok nadia, hatinya tidak tenang dengan keadaan orang yang dikasihinya..
setibanya dirumah sakit indra langsun turun dan berlari menelusuri koridor, tidak butuh waktu lama untuk segera tiba di UGD, dapat dengan jelas indra melihat dibalik kaca bening pintu itu, nadia terbujur lemah tak berdaya air mata metes mengalir di pipi indra melihat gadisnya begitu tak berdaya, indra dapat melihat dokter dengan perlahan memberasihkan simbahan darah di beberapa bagian tubuh nadia, indra semakin ngeri dengan kenyataan .
“Allah, lindungilah dia untukku.. titiplah dia padaku, akan ku jaga dia dengan segenap hatiku, berilah aku kesempatan Allah...! indra semakin menangis.
Dia tidak dapat lagi menahan tubuhya dan terduduk lemas di kursi.
“kamu yang sabar ya nak..!” ujar ayah nadia mendekati indra
“kenapa ini terjadi om, disaat indra akan meminang nadia, sudah lama indra mengharapkannya om..!”
Indra mendekap muka dengan kedua telapak tangannya, seakan dia sangat sedih, ingin rasanya dia berada dalam ruang itiu dan mengalirkan kehangatan, tenaga untuk nadia, agar dia san ggup bertahan..
“om tidak tahu indra, ini kuasa Allah, kita berdo’a saja supaya nadia baik-baik saja..!”
Saat itu seorang dokter keluar dari ruang gawat darurat tempat dimana nadia diperiksa. Wajah dokter tak terlihat nadia baik-baik saja, semua bangun dan sibuk menanyakan kondisi nadia, tidak terkecuali indra..
“dok, gimana nadia?”
“ maaf pak razi, nadia masih kritis kondisinya sangat parah saya sendiri tidak dapat menjamin keselamatannya...!” jelas dokter tanpa keraguan.
“ dokter jangan keterlaluan nadia pasti akan sembuh, dokter bukan Allah yang bisa menentukan takdir..!” geram indra mendorong dokter ke dinding, ayah nadia mencoba melerai juga mama indra dan bunda nadia.
“maaf mas, saya memang gak bisa menentukan takdir, tapi itu hanya berdasarkan banyak kejadian yang serupa yang telah kami tangani rata-rata tidak dapat tertolong kecuali akan ada suatu keajaiban yang telah Allah persiapkan..!”
Indra lemas tak terkira dia terduduk di lantai dengan wajah mendekap, air mata kembali menetes, baru saja dia merasakan kebahagiaan, tapi sekarang semua begitu hampa dokter melarang semua menjenguk nadia, karena khawatir akan terinfeksi.
demi nadia, semua hanya bisa memandangnya dari luar ruangan, tak ada yang bisa mendekati ranjangnya, indra tak henti memandang wajah teduh itu, dimata indra seakan wajah itu bersinar sangat terang, indra duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi, juga semua yang ada di sana. Tak lama indra pun tertidur, mungkin dia terlalu lelah menjaga nadia meskipun indra hanya bisa memandang dari jauh.
Dalam tidurnya alam mimpi menghampiri, dia melihat sebuah taman yang sangat indah harum dan penuh dengan eneka bunga yang tidak pernah di lihat indra sebelumnya. Banyak sungai-sungai yang jernih mengalir di dalamnya, taman itu laksana beralaskan lantai permata dan emas, burung banyak warna, warna yang setu tidak sama dengan yang lainnya, memang indra sama sekali tidak mengenal warna-warna itu, tapi indra tak kuasa untuk masuk, pintu taman itu seakan di batasi oleh tembok raksasa yang entah dimana jalan masuknya, indra heran mengapa dinding itu tembus pandang, tiba-tiba seorang perempuan yang sangat cantik dengan busana yang serba putih keluar dari taman itu dan menghampiri indra yang hanya berdiri , perempuan itu memberikan senyuman tulusnya kepada indra seakan dia mengenalnya, indra kaget yang ternyata itu adalah nadia, gadis yang di kasihinya, ya indra bertemu dengan nadia dalam mimpinya, indra mencoba menggapai tangan nadia tapi tidak bisa semakin indra mendekat dan menggapai, tangan dan gtubuh nadia semakin menjauh darinya, akhirnya indra mengalah, dia gak mau nadia kembali masuk ke dalam taman itu, meski hanya memandang dan merasakan kehadiran nadia, itu sudah cukup bagi indra, sungguh dia sangat merindukan nadia., indra mendengar dengan jelas sebuah kalimat muncul dari kedua bibir yang laksana semanis madu itu.
“nantikan aku ndra, akulah sang cinta akhiratmu, ku tunggu dirimu di surga Allah, kita akan bersama jika engkau setia padaku...!”
Kalimat yang sangat menyentuh hari indra, laksana setetes umbun yang sangat menyejukkan, perlahan nadia kembali masuk ke dalam tama itu, indra berusaha mengejar tapi bayangan itu dengan cepat menghilang di balik perpohonan di taman itu, yang sama sekali tak bisa di capai oleh indra, entah mengapa dia pun tidak tahu,
tinggallah indra sendiri dalam kebingungan, dia benar-benar tidak tahu akan kemana, dia tidak mengerti kenapa nadia meninggalkannya begitu saja,  dia pergi tanpa kata dari hadapan indra, bahkan dia tidak dapat menyentuh kedua tangan itu.
tiba-tiba indra terbangun saat mendengar azan subuh berkumandang, berkali-kali dia mengucap ikhtifar saat mengingat mimpinya tadi, indra mengambil wudhu dan segera shalat,tidak lupa indra berdo’a untuk kesembuhan nadia mimpiitu tergiang jelas di ingatan indra seakan itu sangatlah nyata, indra kembali ke ruang nadia ternaring, dia duduk di kursi, doker yang memeriksa nadia keluar indra langsung menghampiri, yang lain masih tertidur lelap dan tak tega indra membangunkannya, karna indra tahu mamanya dan juga orang tua nadia kelelahan.
“bagaimana dengan nadia dok?”
Dokter menarik nafas, mencoba merangkai setiap kata yang akan di berikan kepada indra.
“bangunkan semua keluarga dulu mas..!”
Indra menuruti semua kata-kata dokter, dia membangunkan semua yang ada di depan ruang nadia di rawat,saat bangun mereka  kaget melihat dokter juga ada di sana, paki razi lekas menghampiri dokter yang menangani anaknya.
“bagaimana perkembangan anak saya dok?”
“silahkan masuk semua menjenguk nadia pak..!” perintah dokter tegas.
“tapi, bukankah bisa terinfeksi dok?”
“ntahlah pak, nadia sangat lemah, lebih kritis dari kemarin, saya sendiri khawatir bahkan saya kurang yakin masih ada harapan..!”  jelas  dokter dengan keadaan lesu.
Tidak terpikir lagi, indra masuk dan berdiri di samping ranjang nadia, indra menatap lekat-lekat wajah nadia calon bidadarinya itu, siang dan malam indra merindukan keceriaan nadia, dia selallu bermunajad kepada Allah untuk kesembuhan nadia, pikiran indra terbayang akan mimpi yang datang semalam dalam tidurnya yang sekejab, indra tidak tahu apa makna mimpi itu yang terlihat begitu nyata, indra tak punya keberanian untuk menyentuh nadia walau sekedar untuk menggapai tangannya, dia takut nadia akan marah, indra hanya bisa memandang dan merasakan desahan nafas nadia yang lemah dan hampir tak terdengar, indra meraih handuk dan membalut tangannya,, dengan lembut indra mulai menyentuh ubun-ubun nadia, indra merasa dengan begitu nadia tidak akan marah kepadanya.
Air mata kembali menetes di kelopak mata indra, melihat keadaan indra yang sekarang membuatnya tak kuasa untuk menahan tangis, melihat gadis yang selalu ceria, ramah dan lucu, tapi kini?
dengan mata indra melihat tubuh mungil itu terbujur tak berdaya, semua bagaikan mimpi buat indra, mimpi buruk tentang kehidupan yang selalau datang, bertahun-tahun indra menunggu nadia, gadis yang sangat di kasihinya, gadis yang pertama kali mengajaknya shalat, namun, disaat indra akan segera mencapai mimpinya untuk meminang nadia semua sirna di depan mata, bunga yang sudah berkembang seakan layu secara perlahan, indra merasakan kesedihan yang begitu dalam.
indra melihat sendiri tiga jari kaki nadia di amputasi akibat kecelakaan itu, mengangat itu membuat indra semakin ngeri, indra yakin nadia akan bertahan, namu,  entahlah kuasa Allah, indra  mulai terisak lembut, bunda nadia mendekati indra.
“nak, duduklah di sofa, jangan bersedih di depan nadia, kamu gak mau kan melihatt nadia sedih?”
Indra mengangguk lesu dan menuruti permintaan bunda nadia, nafas indra terasa susah untuk keluar, betapa tidak?
selama nadia terbaring di ranjang rumah sakit, tidak henti indra meneteskan air mata, dalam shalat dan saat dia mrelihat nadia yang melawaan sakit di tubuhnya.
indra tak kuasa menahan air mata, meski dia sudah mencoba membujuk hatinya untuk tabah dan ikhlas atas semua ini...
*
Jam menunjukkan pukul 05:00 pagi, indra bergegas melaksanakan shalat shubuh,
malam ini, tugas indra dan ayah nadia yang berjaga, indra shalat terlebih dahulu, selepas shalat, indra kembali keruang nadia di rawat, giliran ayah yang melaksamnakan shalat..
Indra duduk di samping ranjang nadia. Wajah nadia sangatlah pucat jujur saja, indra di balut dengan rasa ketakutan yang mendalam, melihat gadis mungilnya tak berdaya.
“oh nadia aku merindukan keceriaanmu, aku rindu senyumanmu, aku rindu lesung pipi itu, aku rindu semua yang ada pada dirimu !” lirih indra
Indra menangkap suatu gerakan pada tangan nadia, indra kaget, tapi, dia sangat senang.
di pikirannya, terbayang bahwa nadia akan segera sadar dan sembuh kembali, perlahan dan sangat lemah nadia mencoba membuka matanya ini suatu keajaiban buat indra, dia menunggu nadia membuka matanya, namun betapa takutnya indra melihat mata itu seperti tidak ada semangat hidup, lesu dan redup indra semakin bertambah khawatir.
“ na, apa yang kamu rasain na?”
Sekian lama indra menunggu, tapi tak ada juga jawaban dari bibir nadia, indra membalutkan tangannya dengan handuk dan menyentuh lengan nadia, dia menggenggam tangan nadia dengan lembut.
“ na kamu udah sadar kan?”
Nadia tak juga menjawab, sekian lama nadia mengumpulkan semua kesadarannya, nadia tersenyum indra membalas senyuman itu, namun, rasa khawatir tak dapat di bendung, indra memanggil dokter.
“apa yang kamu rasain nak?” tanya dokter memastikan keadaan nadia.
“te...tena..ng !”
Dokter mulai heran dengan kondisi nadia.
“inn...dra..!”  lirih nadia lemah.
Indra melangkah ke depan nadia, ayah nadia masuk menemui putrinya di ranjang, dia tidak tahu apa yang terjadi, mengetahui nadia sadar ayahnya sangat bahagia, namun, saat melihat nadia rasa khawatir itu taklah hilang, wajah nadia sangat lah pucat.
“a..ayah, nadia sayang ayah dan bunda, nadia sayang?” ujar nadia terbata-bata.
Ayah meraih tangan nadia, terasa dingin dan sangat pucat, ayah kembali menangis melihat kondisi putrinya yang sekarang.
“na..!” kamu harus bertahan, ayah merindukan kamu, bunda pun begitu..!”
nadia tersenyum, ayah dengan lembut mengecup kening nadia.
“in..indra, aku mencintaimu karna Allah..!” ujar nadia lemah
Hati indra bergetar hebat,air mata kembali menetes, ayah ikut tersentuh mendengar ungkapan perasaan yang di utarakan putrinya itu, ungkapan cinta yang begitu tulus dan dalam artinya.
“maukah kamu menikah denganku na?”
Nadia mengangguk lesu, senyuman itu semakin lemah dari raut wajah nadia, , saat itu juga ayah menikahkan nadia kesayangannya dengan indra, dokter dan suster menjadi saksi ikatan itu terjalin, ikatan suci yang di ridhai Allah, nadia meneteskan air mata bahagia, ayah mengabarkan kepada bunda dan mama indra, agar mereka sesegera mungkin menuju rumah sakit, yang ternyata sudah di jalan yang sedang menghadapi macet, sudah menjadi rutinitas setiap paginya.
Nadia sangat bahagia, wajahnya seakan bersinar terang, indra menggenggam tangan mungil itu tanpa harus membalut dengan handuk, karna nadia sudah menjadi istri sah indra, ya cinta dunia dan insya Allah akhiratnya pula. Indra mencium kening nadia dengan segenap kasih dan sayang bergemuruh di hatinya, indra mengelus lembut kepala nadia, tiba-tiba...
Tangan nadia lebih dingin dari sebelumnya, indra semakin erat menggenggam,  nafas nadia esak seperti tertahan, indra semakin ketakutan.
“na kamu kenapa? Apa yang kamu rasain?”
“ se..sesak!”
Indra berlari memanggil dokter, betapa dodohnya indra sampai tak terpikir lagi untuk memecet alaram agar dokter segera datang,
semua mendampingi nadia di ruang gawat darurat, ayah, indra, bunda dan mama indra memasang wajah kekhawatiran melihat kondisi nadia yang tak sadarkan diri, tak satupun yang keluar, karna dokter mengerti kondisi nadia sudah tidak ada harapan begitu lemah dan tak berdaya, dokter memasang alat pemacu jantung berkali-kali,  indra menggenggam tangan nadia dengan kuat, seakan indra tak akan pernah sanggup untuk kehilangan nadia, tak lama, nadia membuka mata dokter merasa itu keajaiban, indra memeluk tubuh mungil nadia.
“in..indra aku udah gak kuat, aku..aku harus pergi..!”
“jangan bicara seperti itu na, kamu pasti akan semmbuh, aku janji akan terus ada di samping kamu..!”
“ maafin aku ndra, aku sayang kamu sebagai suamiku!”
Nadia kembali sesak beberapa kali dan kembali menutup mata beningnya itu, indra terisak, indra menyentuh nadi nadia, tidak ada getaran apa-apa, nadia telah pergi meninggalkan mereka semua, mama, indra, bunda dan ayah bergantian memeluk tubuh kaku nadia, indra tak sanggup lagi menahan luapan tangis, dia keluar dan terisak kelas di lantai.
“Allah kenapa begitu cepat engkau ambil dia dariku, mengapa kebahagiaan itu tidak untukku, mengapa Allah?” batin indra menjerit.
Indra semakin menangis, baru saja nadia menjadi miliknya, dan sekarang nadia telah pergi menghadap Allah Tuhannya, indra tidak memperdulikan lagi banyak orang yang menatapnya heran, dia tetap saja tak bisa membendung air matanya.
*
Indra menatap indahnya bintang di balik kaca bening jendela kamarnya, pandangan indra menerawang jauh entah kemana, hidupnya sangat tidak bersemangat, begitu hampa, dunia begitu gelap dan sempit bagi indra.
terbayang wajah lembut nadia di pikiran, seakan wajah itu tersenyum di balik kerlap-kerlip bintang memandang indra, hati indra menyimpan berjuta luka atas kehilangan nadia, tapi, dia juga harus berubah dari semua ujian ini, demi Allah, Tuhannya.
“indra, makan dulu, !” mama indra membawakan segelas susu dan nasi goreng kesukaan indra.
“ma, indra merindukan nadia, indra mau nunggu nadia kapanpun ma, , gak ada yang bisa gantiin nadia di hati indra, gadis yang pertama kali mengajak indra untuk shalat.!”
“kamu yakin akan terus seperti ini ndra? Kamu yakin gak mau menikah?”
“sangat yakin ma, indra mencintai nadia sepenuhnya karna Allah..!”
“kalau begitu, ikhlaskan lah nadia ndra, agar dia tenang di sisi Allah!”
“akan indra coba ma!”
Mama indra hanya bisa pasrah dan menuruti semua perkataan anaknya, dia tahu indra bukan orang yang bisa di paksakan...

Lihatlah kawan, cinta dapat memiliki segalanya, baik waktu maupun hati, tuhan memberikan kita cinta untuk menguji, seberapa besar cinta seorang Hamba kepada Allah, Indra telah berjanji tidak akan menggantikan nadia dengan yang lain dan dia selamanya hanya ada satu cinta selain cinta kepada mama dan Allah ialah cinta kepada sosok nadia,  dia membuktikannya dengan tidak akan menikah lagi seumur hidupnya, hanya ada satu istri, dan dia rela menduda,
hanya Allah yang tahu hari seorang hamba.

sekian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar