Selasa, 07 April 2020

Cerpen : Bidadari Surga

Bidadari Syurga




Allah kujunjung tinggi nama-Mu,atas semua anugerah indah-Mu....

Langit mendung, awan menghitam, rintik hujan membasahi tanah kering, mentari menyapa sang alam, Maha suci Allah atas segala karunia-Nya.
Syafiq Riza Al-Fattah..
Biasa disebut Riza, seorang laki-laki yang di kenal berperilaku baik, yang selalu bertutur kata sopan, ramah dan penyayang. Riza telah lama mengabdikan dirinya di salah satu pondok pasantren di Bireuen yang lebih akrab di kenal ‘’ DARUL ISLAM’’. Sejak kelas 4 sekolah dasar dia telah mulai belajar di pondok itu, dengan suara merdu,dia sangat di harapkan untuk selalu melantunkan ayat suci Al-qur’an setiap waktu shalat tiba.
Mukanya terag laksana bulan purnama, harum laksana kasturi,hati bagaikan emas berperak murni,memukau hati dengan parasmenarik yang dia miliki, jika dapat dikatakan dia mewarisi setengah dari semua ketampanan di dunia ini, tidak ada satu orang pun yang akan menolak pinangan pemuda ini. Insya Allah.
Jam sudah menunjukkan pukul 09:00, namum Riza masih di tempat pembaringan, sembari mememerkan lantunan al-qur’annya, ayat demi ayat diucapkan dengan fashih dan merdu, semua telinga yang mendengar insya allah akan memuji kelebihan yang allah berikan kepadanya.
‘’Assalamu’alaikum mas riza !
Riza menyelesaikan satu ayat terakhir, kemudian menoleh dan menjawab salam Isan, seorang adik kelasnya.
‘’wa’alaikum salam.
‘’Abi ingin bertemu dengan mas, beliau menunggu di masjid.!
‘’baik, saya akan segera menemui beliau.
‘’kalau begitu saya permisi mas, Assalamu’alaikum.
‘’iya, wa’alaikum salam.
Riza bergegas menemui abi di masjid pondok, yang ternyata beliau sedang mengaji.
‘’Assalamu’alaikum! Riza memberi salam
Abi menyelesaikan bacaan terakhirnya dan menoleh ke arah Riza setelah menjawab salam dan mempersilahkan Riza duduk dihadapannya. Riza menyalami dan mencium tangan tua yang sangat di hormatinya itu.
‘’maaf bi, saya memenuhi panggilan abi.!
‘’benar, begini nak, minggu depan abi hendak memenuhi panggilan dari ulama turki, jadi abi harap kamu bisa abi percayakan untuk menggantikan abi sementara.
Riza menunduk dalam diam, zikir terucap lembut dari bibirnya, tiada henti memuji Allah, tuhan semesta alam, sekian lama, Riza masih bertasbih dalam diam , mengucap lembut asma Allah. Abi dengan sabar menunggu jawaban dari Riza, tidak ada nada pemaksaan dari permintaan abi.
‘’ abi, tugas ini sungguhlah berat, mampukah saya menjalankan amanah ini? Saya masih muda , belum berpengalaman. Bisakah saya menjadi imam seperti yang abi harapkan di pasantren ini? Walau hanya sementara, saya takut tadak mampu.
Abi Sulaiman menatab dalam-dalam, Riza terlihat menunduk.
‘’Nak, anggaplah abi ini ayahmu,seorang ayah yang hendak meminta sesuatu maksud kepada anak yang dipercayakannya, janga pernah berkata tidak sanggup, namun coba lah dulu,ucaplah tasbih, mulai semuaini dengan mengucap nama Allah, abi yakin kamulah orang yang tepat untuk semua ini, abi harap kamu bisa! Terang abi
Riza masih mempertimbangka, namun jelas tidak ada maksud untuk menolak permintaan abi yang telah di anggap sebagai orang tuanya, walaupun pahit, dia tidak langsung memuntahkannya kesmbali.
‘’Inaya Allah abi, saya akan mencoba !
‘’ Alhamdulillah.! Jawab abi bahagia
‘’ kalau begitu saya permisi bi, Assalamu’alaikum...
“ wa’alaikum salam.. !
Setelah beberapa hari waktu berjalan, tiba waktunya hari ahad, waktunya abi akan segera berangkat ke turki, rombongan orang-orang terpenting pasantren  mengantarkan abi ke bandara. Tepatnya banda aceh, bandara blang bintang, setelah keberangkatan abi, semua melepas dengan rasa sedih, kemudian rombongan itu kembali ke bireuen.
Riza masih canggung untuk menjalani hari pertamanya menggantikan abi, mulai hari itu, dia punya kesibukan yang baru, mulai dari menjadi imam hingga dia harus memberikan ringkasan ceramah kepada penghuni pasantren, baik yang datang dari dalam maupun masyarakat diluar lingkungan pasantren.
Hari-hari dilewati Riza dengan ketegangan dan kegembiraan, sudah satu minggu kepergian abi, dia sudah mulai terbiasa dengan tugas itu. Hari ini, dia duduk menikmati secangkir kopi di depan kamar tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:00, pagi masih di selimuti kabut, burung bergembira, memamerkan merdu suara nyanyiannya.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’ Wa’alaikum salam ustadz Amri, silahkan duduk..
‘’ saya dapat merasakan kemajuan pasantren mas, banyak masyarakat yang datang berkunjung untuk mendengarkan ceramah setiap sorenya, saya bangga sama mas, tidak salah abi memilih mas untuk menggantikannya.
‘’ tidak ustadz, saya tidak punya pengalaman, mungkin semua atas kesadaran masyarakat, dan tanpa bantuan rekan-rekan dan guru saya , mungkin saya tidak bisa, kita do’akan saja agar selalu mendapat rahmat Allah.
‘’ Aminnnn...
Waktu seakan berlalu dengan cepat, kini sudah sebulan kepergian abi ke Turki, Riza duduk di ruang abi dengan wajah kegelisahan.
‘’Assalamu’alaikum...! ucap mas Imran
‘’Wa’alaikum salam..! jawab Riza yang menyadari rekannya datang.
‘’ saya perhatikan mas terlihat begitu gelisah, ada masalah apa mas? Maaf saya lancang.
‘’ jujur saya tidak tahu mas, tiba-tiba saja saya gundah, entah apa yang akan terjadi, dari tadi saya gelisah terus, pikiran tidak nyaman.! Jelas Riza
‘’ sudah shalat mas?
‘’ Alhamdulillah sudah..
Sesaat suara ponsel berbunyi, ternyata bunyi ponsel Imran yang bersalawat dengan merdu, dia mengangkatnya terlihat Imran sedang sibuk berbicara, dan kemudian diakhiri dengan menjawab salam yang entah siapa di seberang sana.
‘’mas, saya permisi dulu ada sedikit keperluan..! pamit Imran
‘’ ya mas Imran, silahkan..
‘’Assalamu’alaikum..
‘’Wa’alaikum salam! Jawab Riza
Hari sudah memasuki waktu zhuhur, Riza bergegas ke kamarnya hendak mengganti pakaian untuk segera shalat, dia khawatir ada najis kecil di pakaian yang dikenakannya.
Namun betapa terkejut Riza saat melihat Zuhra telah berada dikamarnya, Zuhra seorang santriwati yang sudah lama punya  perasaan terhadap Riza, namun tak disangka, Zuhra seberani dan senekat itu untuk menjumpainya.
‘’ Astaghfirullah Zuhra, apa yang kamu lakukan disini? Tanya Riza kaget dan takut.
‘’ kenapa sih mas, mas benar-benar tidak mengerti Zuhra. Zuhra sudah lama suka sama mas, kenapa mas pura-pura tidak menyadarinya? Kenapa mas sekejam itu? Ratap zuhra di ranjang Riza.
‘’Zuhra kamu jangan begini,mas sudah menganggap kamu adik, mas sayang kamu sebagai adik, setidaknya kamu mengerti, kamu sudah dewasa, jangan seperti anak kecil..!
‘’biarlah mas mau berkata apa, mau sampai kapan aku mengerti kamu mas? Sedangkan mas gak pernah ngerti Zuhra, aku sayang dan cinta kamu mas.
Zuhra melepas jelbab dikepalanya, Riza semakin ketakutan, serasa sekujur tubuhnya lemas tak bertulang, gemetar tubuhnya tidak tahu harus berbuat apa, keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, sekejap teringat olehnya saat zulaikha menggoda nabi yusuf AS, rasa takut kepada Allah semakin mendalam, dia menyadari bahwa Zuhra sudah sepenuhnya dikuasai oleh hawa nafsu, Riza tidak mau Zuhra terjerumus sedemikian dalam.
‘’ Allah bantulah hambamu..! batin Riza memohon
Riza ,melompat menghindar dari Zuhra, dia menghambur ke arah pintu dan keluar dengan cepat, dia masih dapat mendengar tangisan Zuhra dikamarnya, riza segera menuju masjid, dia melakukan shalat, yang tadi tertunda dengan mengunakan sarung dimasjid, setelah shalat, Riza memohon ampun kepada Allah air mata terus mengalir membasahi pipi, menetes  di atas lantai masjid yang kering, hatinya gemetar saat mengingat apa yang telah dia alami, dia takut jika Allah tidak mengampuni kesalahan dan kelalaiannya, mungkin nerakalah tempatnya kembali nanti. Riza semakin menangis, selepas shalat dan mengganti celananya kembali,  dia bergeges ke ruang abi karna tidak berani ke kamar, khawatir kalau Zuhra masih di sana.
Hari sudah mulai gelap Hingga tengah malam Riza tidak berminat untuk tidur di kamarnya, dia memilih tidur di ruang abi, nyamuk yang begitu mengganggu membuat suara tepukan tangan Riza mengundang perhatian ustadz Amri yang kebetulan lewat, dengan hati-hati usrtadz membuka pintu ruang abi, spontan Riza kaget dan bangun dari tempatnya bersandar.
‘’astaghfirullah, ustadz saya sangka siapa..!” riza kaget
‘’Assalamu’alaikum mas Riza..!
‘’Wa’alaikum salam ustadz..
‘’mas kenapa masih disini? Banyak nyamuk, kenapa tidak tidur dikamar? Selidik ustadz Amri
Riza diam sejenak,ustadz memaksa untuk Riza memberikan alasan yang tepat, Riza yang tidak pandai berbohong kemudian menceritakan semua yang terjadi dikamarnya siang tadi.
‘’Allah, kenapa dia senekat itu! Gumam ustadz Amri dengan nada kaget tidak percaya.
‘’dia bilang suka sama saya mas,tapi saya tidak menduga dia akan bertindak seperti itu, saya bilang kalau saya sayang dia hanya sebatas adik, namun, dia tidak menerima dengan baik ucapan saya itu, maafkan saya mas, saya sempat melihat rambut yang merupakan auratnya, semua itu karna dia sudah terlanjur melepas kerudung.
‘’ tidak perlu minta maaf mas, saya percaya dan bisa mengerti , besok kita akan bicarakan ini bersama, serta kita minta keterangan dari Zuhra, ini tidak bisa dibiarkan, bisa-bisa semua santri akan lancang, untuk malam ini silahkan mas tidur dikamar saya..! jelas ustadz amri
“ terima kasih, sebaiknya jangan, saya tidur disini saja..!
“ disini banyak nyamuk, juga tidak ada ranjang, menambah seorang rekan tidak akan membuat sempit ranjang saya.
‘’baiklah mas, terima kasih..!
‘’sama-sama, ayo mari mas..
Malam itu Riza tidur dikamar ustadz Amri,selang dua jam, Riza bangun melakukan shalat malam, setelah puas menangis dalam do’anya dia tertidur, dan kembali bangun jam 05:00 pagi untuk melakukan shalat shubuh.
Saat mengambil wudhu dia sempat melihat Zuhra bersama ummi Salamah, istri abi sulaiman. Raut muka ummi tampak sangat tidak bersahabat, namun Riza tidak berani menerka apa yang akan terjadi, dengan Zuhra melihat sinis ke arahnya  membuat Riza canggung menjumpai ummi.
Hari sudah petang, Riza belum juga beranjak dari tempat dia melantunkan al-qur’annya, ustadz Amri sudah dari subuh berada di masjid, hari ini akhir dari semua tugas Riza, berhubung, sore nanti abi akan segera tiba di pasantren, waktu seakan sangat cepat berlalu.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam..!
Riza menjawab salam ustadz yang ternyata sudah berada disampingnya yang semula tanpa di sadari.
‘’Riza semua menunggumu di ruang abi, perihal masalahmu bersama Zuhra kemarin, saya beritahu Zuhra telah menfitnahmu, dan saya tidak mampu membela, karna ummi mempunyai bukti, namun saya percaya sama kamu mas Riza..!
Afi tidak berkata sepatah kata pun, mulutnya bagaikan di perintah untuk diam, air mata membasahi pipinya, bukan karena dia takut akan fitnah yang akan diterima,namun, rasa takut kepada Allah yang sangat mendalam.
Kakinya melangkah ke tempat semua berkumpul, saat pintu ruangan terbuka, semua mata tertuju padanya.bagaikan seekor kucing di antara para singa yang siap menelan dengan ganas,Riza mengucapkan salam dengan tenang, seisi ruangan menjawab, ummi tersenyum, Riza membalas seperti biasa.
‘’ Riza, ceritakan semua yang kamu dan Zuhra lakukan siang kemarin..! pinta ummi
Dengan air mata berurai, Riza menceritakan semua tanpa ada sedikitpun yang di tambah maupun di kurangi, ummi menerima dan mendengar semua dengan sabar, disaat Riza menjelaskan,Zuhra membantah dengan tegas bahwa Riza memang telah menyentuhnya, Riza kaget, mendengar perbuatan yang tidak pernah dia lakukan di utarakan, tetapi, dia mencoba untuk tetap tenang, Zuhra semakin tidak suka.
‘’ sudahlah mas, kamu memang telah menyentuhku hingga hidupku hancur semacam ini,ummi, diam itu artinya benar..! lantang Zuhra
‘’ Riza, kenapa kamu diam nak? Tanya unmmi
‘’ummi, untuk apa saya bersikeras di sini, untuk apa saya berdebat dengan susah  payah, atas semua perbuatan yang tidak pernah saya lakukan, hanya Allah yang tau semuanya, dan saya yakin hanya pengadilan Allah pulalah yang mampu membuktikan bahwa ini hanya fitnah dunia bagi saya...!
“diam kamu mas! Kata Zuhra memotong pembicaraan Riza
‘’ kamu yang diam Zuhra, biarkan Riza menjelaskan, baru kamu akan membantah, jika kamu tidak bisa diam, maka kamu lah yang pantas dikatakan bersalah! Jelas ustadz Amri
Zuhra tidak dapat bersua lagi, dia diam seribu bahasa, ustadz yang semula membentak Zuhra, mempersilahkan Riza kembali melanjutkan penjelasannya.
‘’mas Riza, silahkan penjelasannya!
‘’ demi Allah, semua seperti yang saya jelaskan tadi, tidak mungkin saya berbohong,karna saya takut sama Allah, Allah Maha Tau atas semua yang saya kerjakan.!
‘’ tetapi hasil yang sudah ada memang Zuhra tidak perawan lagi, dan itu membuktikan kamu bersalah..! jelas ummi
‘’Astaghfirullah, perihal itu sungguh saya tidak tahu, saya sudah membela diri sebisa saya ummi, saya terima semua hukuman yang ummi berikan untuk saya, tetapi saya tidak akan pernah menerima tuduhan ini..!
‘’sudahlah Riza, kamu jangan membantah lagi, semua bukti sudah jelas, maling mana ada yang mau ngaku..! kata ustadz Abdul yang tidak suka dengan Riza.
Riza mengangkat kepalanya yang tertunduk, sesuatu melintas di pikirannya, dia merasa ada yang janggal dengan semua bukti yang ada, dengan tidak mempedulikan ustadz Abdul yang semula menjatuhkannya dia lantang bertanya..
‘’maaf ummi, bisakah saya tahu kapan hasil visum itu keluar? Tanya Riza
‘’ tadi subuh, Zuhra menyerahkannya kepada ummi.
‘’ummi maaf jika saya lancang, bagaimana mungkin hasil keluar secepat itu, bukankah kejadian Zuhra menemui saya kemarin..?
Zuhra yang mendengar penjelasanRiza mengangkat kepalanya, raut muka Zuhra tampak kaget juga tidak berani membantah, ummi membenarkan apa yang Riza katakan, yang kemudian menoleh kepada Zuhra.
‘’ Zuhra, apa jawaban kamu?
‘’karna dokter yang memeriksa Zuhra adalah pamannya ummi.! Jawab ustadz Abdul spontan
‘’ dari mana anda tahu? Perhatian ummi berpusat kepada jawaban ustadz Abdul
‘’ saya... saya di ceritakan oleh Zuhra ummi..! jawab Abdul gugup
Allahuakbar...... Allahuakbar.....
Azan magrib berkumandang dengan merdu dari masjid, sidang untuk sementara di tunda, sudah waktu shlat dan juga sembari menunggu abi pulang. Saat semua bergegas bergegas hendak shalat, Riza mencium lembut tangan ummi, ummi membalas dengan senyuman dapat dirasakan oleh Riza, tangan tua itu menyentuh ubun-ubun nya.
Namun tak disangka saat mereka keluar, mobil yang membawa abi telah tiba di halaman pasantren, semua bergegas menemui abi, Riza berjalan paling belakang dengan beriringan bersama Zuhra dan ustadz Abdul yang melihatnya dengan tatapan sinis, Riza membalas dengan senyuman, walaupun senyumannya akan sia- sia karena tidak di balas, malah membuang muka, Riza berikhtifar dalam hati. Abi sempat memperhatikan Riza, Zuhra dan ustadz Abdul, juga merasa ada yang janggal, semua bersalaman menyambut kedatangan abi, Riza mencoba tersenyum dan mengucap salam, abi membalas dengan seulas senyuman, kemudian sama-sama mengerjakan shalat  di masjid, abi berdiri sebagai imam.
Tengah malam, Riza melaksanakan shalat malamnya, dan kembali menangis di setiap bait-bait do’a yang di lantunkan yang membuat hatinya bergetar, air mata jatuh membasahi sajadah tempatnya bersujud kepada Allah, Dia memohon ampun dan petunjuk dari tuhan yang Maha segalanya, agar terbukti bahwa semua yang terjadi atas dirinya hanyalah fitnah, tiba-tiba Riza kepikiran abi, ingin rasanya dia menanyakan kesehatan abi, juga ingin mendengar pengalaman maupun ilmu yang abi peroleh selama di Turki.
Orang yang sedang di pikirkan Riza, kaget mendengar penjelasan ummi Salamah, istrinya, perihal masalah Riza dan Zuhra, berkali-kali abi berikhtifar.
‘’ummi, sungguh abi tidak dapat mempercayakan Riza berbuat begitu, abi sudah sangat cukup mengenalnya, sejak kecil dia sudah berada di sini..!
‘’ummi juga gak percaya bi, tetapi ummi juga gak bisa membela tanpa bukti, tadi juga Riza membantah tentang hasil yang di tunjukkan Zuhra.
Ummi menjelaskan semua yang terjadi dalam sidang petang tadi, sesaat abi berpikir dan membenarkan perkataan Riza yang di jelaskan oleh istrinya, kemudian dia mengangkat ganggang telpon dan tampak memghubungi seseorang, setelah beberapa menit larut dalam pembicaraan, abi menutup telpon sembari mengucapkan terima kasih dan menjawab salam dari lawan bicara di seberang, dan kembali menemui istrinya.
‘’ abi menghubungi siapa? Tanya ummi
‘’ seseorang yang akan membantu menyelidiki semua ini mii..!
‘’ ummi masih takut Riza akan terbukti bersalah, padahal kita yakin dia gak mungkin atas semua ini, ummi yakin ini fitnah bi.!
‘’ ya abi juga berpikir demikian, kita berdo’a saja. Insya Allah besok akan tuntas semuanya, abi akan mencoba mencari bukti dan saksi...
‘’ Aminn, Allah pasti di pihak yang benar..!
Esok paginya, matahari terbit dengan kilauan cahaya memancar ke bumi, langit tampak sangat cerah dan mempesona, Riza sibuk menimba air untuk keperluan memasak dan mencuci. Hari masih terlalu pagi, masih di selimuti kabut, Riza masih berada di kamar ustadz Amri, karna dia tidak di izinkan untuk balik ke kamarnya olah ustadz Amri sebelum masalah ini selesai, Riza menuruti semua nasehat itu, dia terduduk di samping sumur dengan bermandikan peluh yang membuncah, ustadz Amri sudah berada di samping Riza.
‘’ Assalamu’alaikum...!
‘’Wa’alaikum salam..! Riza menoleh dan tersenyum
‘’ capek mas?
‘’sedikit ustadz ..! jawab Riza
‘’ anggap saja ini olahraga, kan masih pagi, jadi sehat..!
‘’ iya ustadz! Jawab Riza tersenyum
‘’ saya rasa, saya lebih suka mas Riza memanggil saya dengan sebutan mas saja, umur kita juga tidak jauh berbeda..!
Kenapa begitu ustadz..?
‘’ karna saya mau lebih akrab saja, mungkin dengan sebutan mas akan lebih menyenangkan..!
‘’ baik mas..! seraya tersenyum bersama
Waktu zuhur  telah berlalu, tepat jam 16:14 setelah shalat ashar, sidang kembali di lanjudkan.
Riza mengucap bismillah dan melangkah ,menuju ke ruangan abi, kemana mas Amri ya? Batin Riza
Setibanya di ruangan abi, tidak ada seorang pun di sana kecuali abi, Riza memberi salam seperti biasa, dengan senang hati abi menjawab dan bangun dari tempatnya bersandar. Kemana ummi dan yang lainnya bi? Tanya Riza sembari mencium tangan abi
Abi memeluk hangat Riza, bagaikan anak yang sudah lama ditinggalkannya dan bertemu kembali setelah bertahun-tahun berpisah.
‘’ mereka semua sudah ada di masjid, hari ini akan berlangsung di masjid..!
‘’ mari kita kesana bi..!
‘’ kenapa kamu sangat tenang nak? Tanya ummi keluar dari kamar mandi dengan air mata berurai
‘’ ummi...! Riza mencium tangan lembut ummi
‘’ untuk apa saya risau ummi, saya tidak pernah melakukan itu semua, saya yakin Allah akan menolong orang yang benar, seperti Allah menolong nabi yusuf dari fitnah zulaikha! Jelas Riza
‘’ sungguh tentram hatimu nak..! ummi tersenyum dengan lembut, kelembutan laksana seorang ibu, abi menyapu butiran bening dipipinya.
‘’ Riza mari kita ke masjid, abi harap kamu bisa bersikap tenang..!
‘’ baik abi..!
Mereka berjalan ke arah masjid, beriringan dengan tenang, sesampainya disana,  semua telah hadir dan menunggu mereka, abi membawa sebuah amplop besar yang tidak diketahui isinya oleh Riza, saat mereka memasuki masjid, dua wajah tidak senang melihat benci ke arah Riza, namun tidak lagi saat pandangan mereka tertangkap oleh abi, mereka menunduk, Zuhra tampak sangat gelisah, abi mulai membuka sidang yang akan dilanjutkan, setelah memberi salam, semua yang ada di ruangan itu serempak menjawab.
‘’ saya sebagai pimpinan pasantren merasa kecewa dengan semua masalah ini, jujur saya tidak menyangka murid-murid yang sangat saya banggakan bahkan saya percayakan akan berbuat tindakan semacam ini, tujuan kita semua berkumpul ialah melanjutkan sidang yang kemarin sempat tertunda, untuk itu saya persilakan untuk ummi menjelaskan apa yang telah di bahas kemarin..!
Ummi menjelaskan dengan rinci hingga tidak ada yang terlewatkan, sesekali ummi mencuri pandangan ke arah Riza yang tertunduk, dan ke arah Zuhra yang tampak pucat, dengan semua ketenangan, setelah ummi menjelaskan, abi mempersilahkan Riza untuk menjelaskan kembali. Dengan senang Riza menjelaskan. Setelah mendengar penjelasan muridnya itu, abi berjalan ke arah pintu, entah siapa yang akan di temuinya, tiba-tiba ustadz Amri masuk mengikuti langkah abi ke tempat yang telah dipersiapkan, sembari menyerahkan sebuah bungkusan kotak sedang ke tangan abi.
‘’Zuhra, apa benar kamu melepas jelbab di ranjang Riza? Tanya abi menyelidiki
‘’ Benar abi, karna Riza menarik jelbab saya..! ucap Zuhra dengan air mata palsunya.
‘’ tolong ustadz Amri jelaskan apa yang anda ketahui..! pinta abi.
‘’ sebelumnya saya mohon maaf, saya sudah lancang memasuki kamar mas Riza,  begini, tepat pagi tadi, saya masuk ke kamar mas Riza, kemudian saya menemukan kerudung Zuhra disana, saya bersama rekan-rekan sudah membawa untuk mengetahui hasil LAB. Dan terbukti disini tidak terdapat bekas jari Riza, hanya ada bekas jari Zuhra, berarti kami simpulkan semua penjelasan Zuhra tidak benar, bahkan tidak ada buktinya...!
Zuhra sangat terkejut mendengar penjelasan itu, mukanya sangat pucat, bagaikan tidak ada lagi setetes darah pun di tubuh itu.
Tiba-tiba...
Brakkk....
Suara pintu masjid yang di dorong paksa, terbentur dinding, seisi ruangan kaget. Sosok tubuh tegap dan ganas , masuk ke ruangan mesjid yang sederhana . orang itu berjalan ke arah mereka berkumpul ,Zuhra bangun dari duduknya  dan memeluk erat kaki orang yang tanpa sopan itu , dengan refleks orang yang di peluk Zuhra, mendorong keras Zuhra ke lantai , hingga kepalanya terbentur yang mengalirkan darah segar, Zuhra menangis dengan rasa ketakutan yang mendalam.
‘’ dasar kamu anak tidak tahu malu, kamu ini sudah membuat kami keluarga kamu malu, dengan makhluk  yang ada didalam perutmu itu, ..! geram orang itu menendang Zuhra yang merintis kesakitan.
Riza terkejut dengan kejadian itu, hatinya bertanya-tanya siapa orang itu,  siapa yang dibuat malu oleh Zuhra, dan apa yang di maksud makhluk dalam perut itu?
Astaghfirullah, ucap Riza lirih, dia menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang lahir dari benaknya. Perasaannya mengatakan bahwa Zuhra hamil, dan itu jelas membuktikan bahwa dia tidak bersalah, dan yang terlihat sangat murka itu adalah ayahnya, wajah Riza terlihat sangat pucat
Abi bangun dari tempat duduknya, dan berusaha menenangkan ayah Zuhra, namun, dia sudah sangat murka, dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya,  caci maki terlontarkan kepada Zuhra, kembali tangan itu melayang ke pelipis Zuhra, muka Zuhra penuh lembab dan darah.
‘’ ayah...ampun...ampun..! tangis Zuhra
‘’ tidak ada ampun buat kamu anak kurang ajar, mati lah yang pantas untuk kamu anak iblis..!
Tiba-tiba ayah Zuhra mengeluarkan sebuah pistol, yang seakan-akan siap menumpahkan semua isi kepala Zuhra, pistol itu di arahkan tepat ke kepala Zuhra. Riza sangat pucat tubuhnya bergetar, tidak pernah dia menyangka kejadian seperti ini akan terjadi. Ayah Zuhra membuka kunci pistol, yang hendak langsung membunuh Zuhra, dengan cepat Riza melompat merebut senjata itu dengan paksa, namun, pistol itu terjatuh tepat di depan ustadz Abdul, ayah Zuhra dengan geram memukul keras kepala Riza, ummi menangis menjerit, abi mencoba melerai, namun tidak ada guna, tubuh tua abi tak punya banyak kekuatan untuk melawan, ustadz Abdul mengambil pistol itu, Riza meminta agar pistol itu di singkirkan,, kembali pukulan ayah Zuhra menghantam keras muka Riza, bibirnya pecah diiringi tetesan darah, sesaat Riza kembali menyuruh ustadz Abdul menyingkirkan jauh-jauh pistol itu, tanpa di sangka ustadz Abdul mengarahkan ke arah Riza, dari belakang  ayah Zuhra kembali menyerang, dengan spontan Riza menunduk, hingga pelurunya menembus dada ayah Zuhra, , Abdul berlari keluar, namun terlambat, polisi sudah berada di luar dan meringkus Abdul,  juga mengangkat mayat ayah Zuhra, Zuhra menangis hisrteris, dia memeluk erat tubuh ayahnya, dia mengikuti mobil yang membawa ayahnya, dan mungkin tidak akan kembali ke pasantren, dia sempat meminta maaf kepada semua yang berada di ruangan itu, termasuk kepada Riza.
Riza pingsan, semua yang ada membawa Riza ke rumah sakit terdekat, abi memutuskan ikut, ummi dirawat di pasantren , karna ummi hanya shok, sedangkan Riza parah di bagian kepala dan muka.
Hari-hari berlalu, sudah seminggu Riza di rawat di rumah sakit, tidak sadarkan diri,surat al-baqarah kesukaannya terlantun indah dari mulut itu, seakan menenengkan jiwanya, dokter bilang kepalanya sudah mendingan, namun, dia belum juga sadarkan diri, abi kembali keruang Riza dirawat, abi memandang lekat-lekat wajah Riza,kembali abi menunduk, semua rekan-rekan yang menjenguk sudah kembali disaat abi masuk,
Abi berjalan ke arah jendela, memandang ramainya kota...
Bunda..... ! suara lirih Riza
Abi kembali ke ranjang Riza, dia telah sadar, namun belum membuka mata, perlahan mata itu bergerak membuka, abi berdiri tepat di hadapan Riza, kata syukur tanpa henti di panjatkan kepada Allah.
‘’abi..!
‘’kamu sudah sadar nak, apa kamu lapar?  Tanya abi
‘’ tidak bi, saya dimana?
‘’ kamu dirumah sakit..!
Abi memberi tahu kabar Riza yang telah sadar,
Dua hari pun berlalu, Riza di izinkan untuk pulang, di pasantren Riza menjalankan kembali hari-hari indahnya bersama orang-orang yang di kasihi, saat Riza sedang membaca dan membuat jadwal untuk anak-anak baru, mas Amri datang menemui Riza.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam..!
‘’mas, dipanggil abi di ruangan..!
‘’kira-kira ada apa ya mas? Tanya Riza heran
‘’oh, saya tidak tahu mas, saya hanya menyampaikan pesan, selain itu saya tidak tahu, kalau begitu saya permisi dulu, ada jadwal mengajar. Assalamu’alaikum...!
‘’wa’alaikum salam..!
Dengan penasaran Riza berjalan menelusuri halaman depan pasantren melangkah ke tempat dimana abi menunggu. Desiknya angin menyejukkan tubuh, membuat alunan indah di telinga, sayup-sayup acap terdengar suara gemuruh kendaraan di jalanan, sesampai ditempat abi, Riza mengetuk pintu sembari mengucap salam , abi menjawab dari dalam dan mempersilahkan Riza untuk masuk.
‘’ ada yang bisa saya bantu bi? Tanya Riza mencium tangan abi
‘’ duduk dulu nak..!
Riza menuruti perintah abi
‘’ begini, abi ingin menanyakan sesuatu sama kamu, bisa?
‘’ bisa bi, silahkan..!
‘’apakah kamu sudah siap untuk menikah..?
Jantung Riza seakan berhenti untuk berdetak, acap jelas di telinganya pertanyaan yang di lontarkan abi, pertanyaan yang tidak pernah terpikir, pertanyaan yang tidak pernah dia ketahui jawaban yang sesungguhnya. Riza terdiam, gemuruh hati dan pikiran terus terjadi silih berganti, kadang-kadang dia suka mengabaikan yang namanya pernikahan, bagaimana mungkan dia meminang seorang gadis sedangkan dia bukan orang yang berada, mana ada yang mau dengannya. Berkali-kali rekannya bertanya namun, dia selalu memberikan jawaban yang sekedar untuk bergurau, tetapi sekarang berbeda, dihadapanya sekarang adalah abi, bukan rekan-rekannya, seorang yang sudah dianggap sebagai orang tua dalam hidup Riza, orang yang sangat dikasihi, jelas ini bukanlah sekedar bercanda, wajah teduh abi penuh pengharapan atas jawaban Riza, yang akan terucap dari kedua bibirnya, bibir yang selalu bermunajat kepada Allah.
‘’Riza... kenapa nak?
‘’saya...saya tidak apa-apa bi..! jawab Riza gugup
‘’tetapi kenapa tiba-tiba abi menyinggung pernikahan? Tanya Riza lagi
‘’ umur kamu sudah cukup matang untuk membina rumah tangga nak, apa yang kamu harapkan lagi? Pernikahan juga suatu ibadah, bukankah kamu pernah bercerita bahwa bundamu dikampung, sangat mengharapkan suatu hari kamu akan mengenalkan dan membawa seorang wanita sebagai istrimu, membangun rumah tangga yang bahagia, ..! jelas abi
Riza hanya bisa terdiam , kristal bening jatuh dari sudut mata membasahi pipinya , penjelasan Abi sungguh menyayat lembut relung hati Riza . Kata-kata Abi tertancap begitu dalam di sanubari , mencerminkan kegundahan jiwa yang dia rasakan , Abi menatabnya dalam , perlahan Riza mulai membuka gerakan hendak mengutarakan sesuatu kepada Abi.
‘’sungguh saya tidak punya calon , jika Abi berkenan silahkan pilih yang terbaik untuk saya ,saya tidak pernah menuntut banyak atas pilihan Abi , karena saya percaya jika Abi pasti akan memilih yang terbaik bagi saya . Saya percaya , karena Abi sudah seperti orang tua untuk saya ! jelas Riza pasrah .
‘’Alhamdulillah , Abi akan mencoba . Insya Allah akan menjadi yang terbaik !
‘’Amin , saya punya satu persyaratan saja Abi !
‘’Jika Abi nanti menemukan calon untuk saya , saya ingin dia mampu menjalani kewajiban kepada allah , dan tidak kasar kepada orang tua saya !
‘’Baik nak , Abi akan mencari yang demikian , insya allah ada.Kalau begitu Abi permisi dulu , ada ceramah di mesjid lipah . assalamualaikum !
‘’waalaikum salam !
Hari terus berlalu , waktu terus berputar tanpa henti . Sudah seminggu , tidak ada kabar dari pembicaraannya dengan Abi minggu lalu . Riza duduk termenung, memerhatikan dahan yang bergoyang sambut menyambut diterpa angin pagi . Seusai shalat shubuh, Riza tidak tidur lagi , dia mencuci pakaian dan membereskan perpustakaan. Dua hari lalu dia telah melamar pekerjaan menjadi sopir di salah satu kantor di kota . Namun tidak disangka dengan kesopanan yang dia miliki , dia diterima dibidang mengurus gudang . dia tidak perlu bekerja setiap hari , namun hanya masuk tiga kali saja dalam seminggu, tentu saja tidak akan mengganggu aktifitasnya di pesantren . Dengan demikian Riza bisa lebih leluasa membagi waktu.pikirannya menerawang jauh , Akankah Abi tidak menemukan wanita yang cocok denganku ? batin Riza
Angin membelai lembut tubuhnya, matahari memancarkan sinar terang yang gemilang, menyentuh lembut di kulit dengan lembut dan panas yang terpancar ke bumi, Riza masih termenung memikirkan abi.
*
Orang yang sedang di pikirkan oleh Riza, sedang berada di salah satu masjid di banda aceh, menunggu orang yang di nantikan, berkali-kali abi mengusap peluh di dahi yang sudah bercucuran, mataharisudah berada di pertengahan , suara kendaraan riuh menghiasi jalan, laut bergelombang riang menunggu tibanya sang senja, sebuah mobil sedan berhenti di halaman masjid, abi masih bersandar, empat orang manusia tampak keluar dari mobil dan melangkah menuju masjid, abi yang datang bersama ummi beserta dua kerabat pasantren, bersiap-siap bangun menyambut tibanya sang tamu, untuk menghormati, sesudah memberi salam, disertakan jawaban dari abi dan rombongan, sang tamu di persilahkan untuk duduk, sebelum memulai maksud yang akan di utarakan, semu berbincang-bincang seputar sejarah berkembangnya pasantren DARUL ISLAM. Abi mengucap salam untuk awal mula dari pembicaraan yang akan di bahas.
‘’Wa’alaikum salam..! semua menjawab
‘’begini, saudaraku Drs.Abdul Rizis, saya hendak meminang putri Rahmah untuk anak didik kami di pasantren..! jelas abi mantap
‘’ saya dan kerabat, sangat menghormati niat pak kiai sebagai saudara saya, namun sebelumnya saya punya pertanyaan atas saya untuk bapak..!
‘’silahkan Razis..!
‘’ putri saya adalah orang buta, tuli bisu dan cacat, Insya Allah saya yakin batin dan hatinya baik, apakah anak didik bapak itu taat kepada orang tua, mengenal Allah dan apa dia mengenal al-qur’an beserta isinya? Tanya drs. Abdul Razis mantap
‘’ abi, benarkah semua itu kekurangan putri Rahmah? Tanya ummi setengah berbisik di telinga abi
‘’ yang penting hatinya ummi, Riza pun tidak menuntut banyak atas bidadari syurganya kelak..!
‘’ saudaraku, anak didik itu SYAFIQ RIZA AL-FATTAH namanya, pemuda yang sopan, penyayang, cinta pada rasul, taat kepada  Allah, dan tau tentang kitab-kitab Allah, juga mengimani rasul dan kitab-kitab Allah. Insya Allah..!
‘’ saya senang jika itu jawaban dari pak kiai, saya akan bersedia menikahkan putri saya dengan Riza, pemuda dari tanah Aceh, namun, sebelumnya, tolong sampaikan kekurangan dari putri saya Rahmah, kemudian saya akan senantiasa menunggu jawaban, bahagia atau tidak..
‘’baik, insya Allak, sore nanti kami akan kembali ke Bireuen..
Siang itu  mereka berbincang-bincang, serta makan siang bersama, tepat menjelang waktu ashar, rombongan tamu kembali ke tempat penginapan,  karna besok pagi akan segera kembali ke Padang, abi bersiap-siap untuk segera kembali ke pasantren, ummi terlihat sangat murung,..
Sore tiba.. abi beserta rombongan kembali ke pasantren..
‘’ ummi, kenapa terlihat tidak senang..?
‘’ummi takut Riza akan kecewa dengan calon yang kita kenalkan padanya..!
’’ tidak usah risau ummi, abi yakin Riza akan bahagia..!
‘’ Insya Allah bi..!
Setelah lima jam perjalanan, mereka sampai di pasantren, abi langsung ke masjid untuk menunaikan shalat, selepas shalat abi menemukan Riza yang duduk di anak tangga masjid, abi mendekati Riza yang duduk dengan al-qu’an di tangannya.
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’eh abi, Wa’alaikum salam..!
‘’abi sudah mendapatkan calon untukmu Riza..! jelas abi sembari duduk di samping Riza
Hati Riza seakan ada embun yang menetes, entah apa yang membuat hati itu sedemikian sejuk, dia berpaling memandang abi, juga tidak lupa mencium tulus tangan abi..
‘’ wanita itu dari padang, putri adik seperguruan abi saat di Cairo dulu.! Lanjut abi lagi
‘’ apa dia bisa menerima orang tua saya abi?
‘’ Insya Allah nak, tapi abi harus mengutarakan sesuatu, dan itu terserah kamu atas jawaban yang akan kamu berikan..!
‘’apa itu abi?
‘’ nama gadis itu adalah putri rahmah, orang tuanya mengatakan bahwa Rahmah bisu, tuli, buta dan cacat, namun, hatinya baik, insya Allah..!
Air mata membasahi pipinya, bukan karena dia menyesal mendapatka jodoh wanita yang penuh kekurangan, melainkan entah mengapa Riza senang, tidak pernah dia merasa senyaman itu, hatinya bergetar, dia tetap akan bersyukur dengan jodoh yang di carikan abi dia yakin itu yang terbaik untuknya,  mungkin itulah bidadari syurga yang Allah anugerahkan untuknya, yang sengaja Allah titipkan untuk di jaga oleh Riza.
‘’apa kamu menyesal nak?
‘’tidak bi, saya tidak pernah menyesal, namun, saya minta waktu untuk memohon petunjuk dari Allah,.!
‘’Alhamdulillah, abi akan menghargai apa pun jawaban darimu nak..!
‘’ baik bi, insya Allah..!
‘’abi permisi, Assalamu’alaikum..!
“Wa’alaikum salam..!
Tengah malam Riza shalat istikharah dan memohon petunjuk dari Allah, atas seorang wanita yang di pilihkan abi untuknya,  siap shalat, Riza memohon petunjuk dalam do’a panjangnya.
Allah , Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang
menetes penuh keikhlasan, hamba yakin atas semua keagungan-Mu
dari-Mu lah semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan,
cinta dan kebaikan.
Tuangkan dalam jiwa yang bergolak
ini kedamaian. Dan, ganjarlah dengan kemenangan yang nyata
tunjukkanlah pandangan yang kebingungan ini kepada cahaya-Mu, tuhanku
Ya Allah, sirnakan keraguan terhadap fajar yang pasti datang dan
memancar terang, dan hancurkan perasaan yang jahat dengan secercah
sinar kebenaran
hamba berlindung kepada-Mu dari setiap rasa takut yang mendera.
Hanya kepada-Mu manusia dapat bersandar dan bertawakal
Allah, sesungguhnya engkau lah yang dapat menghancurkan semua keraguan, yang dapat menunjukkan jalan yang lurus yang Kau kehendaki, izinkan pilihan ini yang terbaik untukku ya Allah, tuntun aku kejalan-Mu yang benar, izinkan aku berjalan di taman surga-Mu yang indah bersama anak dan istriku kelak, ridhai aku atas segala pilihan atas hidupku..  tabahkan hatiku atas segala nikmat yang akan engkau turunkan untukku , ya Allah, engkau lah tuhanku kepada engkaulah aku memohon petunjuk atas apa yang akan aku lakukan Ya Allah semoga apapun yang akan menjadi pilihanku yang juga menjadi pilihanMu. Allah aku sangat mengharapkan kebaikan yang akan Engkau turunkan untukku, semoga ini akan menjadi yang terbaik untukku, hamba ikhlas Ya Allah, karna Engkaulah sebaik baik penolong..
amin...amin... ya rabbal a’lamin..
Riza terisak dalam do’anya air mata mengalir membasahi pipi, dia telah menetapkan hati atas pilihannya dengan mantap, dengan penuh keikhlasan, dia telah menyerahkan semuanya kepada keridhaan Allah, perlahan dia menyapu air mata yang mengalir lembut, Riza mendekap muka dengan kedua tangannya, berbaring di atas sajadah hingga dia tertidur.
Waktu subuh tiba, Riza bangun melaksanakan shalat subuh, hari ini dia telah mantap untuk menemui abi, serta memberi jawaban, setelah shalat dan merasa matahari sudah cukup terang, Riza berjalan hendak menjumpai abi, kebetulan dia bertemu abi di masjid, dan menemuinya, abi mengajak Riza agar ke rumah, Riza menuruti dengan senang hati, sesampai di rumah abi, mereka hanya ber dua, din karenakan ummi pergi mengikuti pengajian di kampung sebelah, abi duduk di hadapan abi, tidak ada jamuan yang berlebihan, ummi dan abi tidak mempunyai anak, jadi sudah wajar rumah selalu sepi.
‘’ apa kamu sudah menemukan jawabannya nak? Tanya abi memulai
‘’insya Allah sudah bi, !
‘’bagaimana jawaban mu nak?
‘’saya menerima perjodohan ini bi.! Jawab Riza mantap, muka abi terlihat sangat bahagia
‘’tapi, bagaimana akan kekurangannya Riza? Apa kamu sanggup?
‘’insya Allah saya sanggup bi,.!
‘’ Alhamdulillah,abi senang Riza, nanti akan abi bicarakan dengan keluarga putri Rahmah..
‘’ baik bi, kalau begitu saya mohon diri, Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam..!
Riza kembali ke masjid, melaksanakan tugasnya memberi ceramah setiap hari rabu, dia merasa lega atas jawaban yang dia berikan kepada abi,
Setelah dua hari berlalu, abi menemui Riza di masjid, memberi kabar bahwa ijab kabul akan dilaksanakan dua hari lagi dengan tanpa di hadiri oleh sang calon istri, Riza menyetujui semua perkataan abi, dia senang hanya akan melihat dan menyentuh seorang wanita yang akan menjadi bidadari dalam hidupnya pada malam setelah pernikahannya., namun Riza tidak dapat mengundang orang tuanya karena mereka tidak akan bisa pergi, orang tua Riza pernah mengalami kecelakaan, dan cacat, hingga dia mesti berada di pasantre telah lama. Dia pernah berjanji pada bundanya bahwa suatu hari dia akan membawa seorang wanita yang akan menjadi istrinya, Riza senang, janji itu akan segera di tepati Riza terhadap kedua orang tuanya.
Hari pernikahan yang telah di tentukan pun di gelar, hari yang sangat bersejarah dalam hidup Riza, hari yang telah lama di nantikannya, acara itu digelar dengan sederhana, kedua keluarga menyetujui digelar di pasantren, setelah ijab kabul berlangsung, Riza telah mempunyai tanggung jawab terhadap seorang wanita yang telah dinikahinya.
Saat acara lekas selesai, ayah istri Riza menemuinya,
‘’Assalamu’alaikum..!
‘’Wa’alaikum salam, ! Riza mencium tangan orang tua di depannya.
‘’bolehkah saya merangkul ayah..!
‘’ silahkan anakku..! Riza merangkul orang yang sudah menjadi ayahnya.
‘’ nak, temuilah istrimu dikamar, ayah sudah menyuruhnya menunggu mu di kamar kalian..!
‘’baik ayah, Assalamu’alaikum.
“Wa’alaikum salam..!
Perlahan Riza melangkah menemui istrinya, jantungnya berdebar dengan sangat cepat, Riza mengucap bismillah sebelum bembuka pintu, perlahan, pintu bergerak terbuka. Setelah beberapa langkah maju, Riza terkejut melihat punggung wanita dengan mengenakan mukena serba putih, Riza kaget, dia berlari keluar, dia sangat ingat perkataan abi, kalau istrinya buta, tuli, bisu dan cacat, tetapi wanita yang dia lihat tadi tidak cacat, sesuatu bermain dalam benaknya, dia takut apa yang terjadi antaranya dengan zuhra dulu akan terulang kembali, dia teramat takut, Riza yakin itu bukan istrinya Dia sangat ingat perkataan Abi dulu bahwa istrinya bisu buta tuli dan cacat, tidak mungkin orang cacat bisa berdiri tegak, walau dia tidak dapat melihat wajah wanita itu, wajah Riza menjadi teramat pucat dalam seketika...
‘’kenapa tidak masuk nak? Tanya ayah menghampiri Riza
“maaf yah, itu bukan Rahmah, istri saya, dia tidak cacat, !
Ayahnya tersenyum mendengar ucapan menantunya.
“Riza ayo duduk dulu...! ajak ayah
Riza duduk di sofa dan berhadapan dengan ayah mertuanya, tubuhnya masih gemetar dengan wajah masih pucat.
‘’nak, ayah memang pernah mengatakan pada abi, bahwa Rahmah, cacat, buta, tuli, dan bisu, yang ayah maksud, Rahmah cacat untuk melangkah ke tempat yang penuh dengan zina, bisu untuk membicarakan untuk orang lain, buta untuk melihat hal yang tidak berharga, dan tuli untuk mendengar yang tidak baik, ayah tidak menyekolahkan Rahmah, melainkan, ayah membiayai guru untuk mengajarkannya..!
Air mata Riza menetes, mengalir di pipinya, dia bersyukur atas semua anugerah yang telah di anugerahkan Allah untuknya. Setelah berpamitan dengan ayah, Riza kembali kekamar yang semula dia datangi,. Sesampai disana, dia bagaikan patung yang tidak dapat bersua lagi, didepannya benar-benar berdiri seorang bidadari, jika banyak pelukis dan pemahat di dunia, maka sungguh takkan mampu mereka melukis dan memahar rupa seindah ciptaan Allah ini,gadis dengan paras yang sangat cantik, Riza mematung beberapa saat, perlahan, dia memberanikan diri untuk maju, tangannya menjulur menyentuh ubun-ubun istrinya, Rahmah menyambut dam mencium tangan Riza, senyuman tulus di berikan kepada suaminya, senyuman pertamanya untuk laki-laki selain ayahnya.
‘’dik, mari kira shalat? Ajak Riza canggung
‘’ baik mas,.!
Setelah seminggu pernikahan mereka, Riza meminta izin kepada semua keluarga untuk membawa Rahmah menemui orang tuanya, setelah mendapat izin, Riza dan Rahmah pergi.
Dalam perjalanan, Riza tak hentinya memandang istri mungilnya yang tertidur, nyaman dan tentram hatinya dengan hanya memandang istri yang sangat disayangi Riza, berkali kali iya mengucap syukur atas apa yang telah Allah anungrahkan itu...
 sesampainya disana,Riza menemukan orang tuanya dihalaman rumah, dengan spontan Riza memeluk dan menangis di kedua telapak kaki bundanya.
‘’ ibu, Riza telah kembali, Riza telah membawa seorang yang akan menerima bunda, bidadari dunia dan surga Riza kelak bunda, maafkan atas semua kesalahan Riza pada bunda,,..!
Rahmah mencium tangan tua yang telah menjadi bundanya, namun, perlahan mata itu memejam, air mata mengalir bagaikan sungai yang tidak ada ujungnya, tiba-tiba tubuh bunda Riza tergolek lemah, bundanya pingsan,  Riza menangis, Riza mengangkat ke dalam..
“Bibi apa yang terjadi pada bunda?” tanya riza pada orang yang merawat bundanya.
“Sabarlah nak, saya sudah memeriksa bundamu, dan Allah sudah mengambilnya!”
 Bunda telah pergi di pertemuan mereka, setelah bertahun-tahun mereka berpisah bahkan Riza belum menuntaskan impiannya, yang dulu dia berharap saat dia pulang nanti maka dia akan merawat bundanya dengan penuh kesabaran dan kelembutan. Riza menangis, namun dia sadar bahwa dia tidak boleh terisak, orang yang dia sayang harus pergi dengan tenang. Rahmah mencoba menenangkan suaminya, seseorang menyentuh bahu Riza.
‘’sabarlah nak, bundamu sudah menunggumu sekian lama, ikhlaskan kepergiannya, jangan buat dia susah menghadap Allah! Jelas seorang yang selama ini menjaga bunda Riza
Riza bangun dan menyapu air matanya, Ya Allah, telah ku ikhlaskan kepergian bunda ku, tempatkan dia di surgamu, mudahkan dia jalan untuk menghadap mu! Batin Riza
Setelah kepergian ibunda tercintanya, Riza akan selalu mendo’akan bunda dan ayah yang di kasihinya, tidak akan pernah dia lupakan jasa yang telah Riza dapatkan dari mereka, Riza akan bangkit, dia akan memulai album baru kehidupan bersama istrinya Rahmah, bidadari dunia dan surganya.

tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar